Berhadapan langsung dengan ular secara tiba-tiba, bisa jadi momen yang mendebarkan bagi sebagian orang. Salah perhitungan sedikit saja, nyawa bisa jadi taruhannya. Baik nyawa si reptil berdarah dingin ini, ataupun nyawa manusianya, sama-sama dalam bahaya jika tak mengetahui cara menghadapinya.
(RIAUPOS.CO) – Momen bertemunya manusia dengan ular tak jarang diakhiri dengan terjadinya pemukulan atau pembunuhan terhadap hewan melata tersebut. Di mata warga, kehadirannya dianggap akan mengganggu dan membahayakan jika dibiarkan. Padahal ada win-win solution yang bisa diambil untuk menyelesaikan masalah itu. Namun, edukasi masyarakat terkait bagaimana cara me-rescue ular masih belum merata.
Hal tersebut akhirnya membuat pria bernama Muammar Syahida (Amar) mendedikasikan dirinya untuk membantu masyarakat yang menghadapi situasi genting tersebut. Dengan kata lain, ia me-rescue ular demi menghindari terjadinya hal-hal yang tak diinginkan tadi. Masyarakat Riau pun kini sering mengandalkannya untuk membantu menyelamatkan ular yang mereka temukan. Baik di alam liar maupun di dalam rumah.
Bukan tanpa alasan Amar jadi andalan. Ia punya kepawaian dalam menaklukkan ular dan beberapa jenis reptil berbahaya lainnya. Amar mengaku menguasai teknik hingga paham karakteristik dari hewan melata tersebut.
"Sejak SD sudah hobi menonton film-film dokumenter tentang binatang. Nonton National Geographic dan lainnya. Dari situ, saya belajar secara otodidak dan mempraktikkannya langsung dengan kehati-hatian," ujarnya kepada Riau Pos.
Rasa cinta terhadap ular ditambah usaha untuk memahami karakter hewan yang ia cintai itu, membuatnya memiliki keyakinan tersendiri. Keyakinan untuk bisa menyelamatkan ular berbahaya itu melunturkan rasa takutnya. "Ya, takut itu pasti ada. Tapi, karena saya punya pemahaman tentang karakternya, hafal gerak-geriknya, jangkauan serangannya, dan takut itu berubah jadi yakin," sambungnya yang juga memelihara ular piton sepanjang 5 meter di dalam rumahnya ini.
Tapi, bukan berarti dengan pengetahuannya itu, Amar bisa lolos dari serangan sang predator. Berkali-kali ia harus membayar mahal demi aksi penyelamatan yang ia lakukan. Terparah ialah, saat ia diserang oleh seekor ular hijau di tahun 2012 lalu. Ular berbisa itu tetiba menggigit jempol tangan sebelah kirinya.
Kejadian tak terlupakan itu terjadi secara singkat saat ia berniat memasukkan satwa eksotis tersebut ke dalam karung, usai rescue. "Namanya satwa liar, walaupun kita mengerti gerakannya, tapi gerakannya pasti lebih cepat dari pada kita. Ini salah satu risikonya," ungkap Amar sembari menunjukkan jempol tangannya yang kini menjadi lebih kecil setelah serangan itu.
Akibatnya, sistem jaringan syaraf di bagian atas jarinya itu sudah mati dan harus dilepas melalui operasi pengurangan daging. Lantas, pasca kejadian itu, apakah Amar jera atau kapok? Oh, tentu tidak. Amar mengaku tidak gentar. Itu justru dijadikannya pembelajaran dan pengalaman untuk lebih waspada ke depannya.
Ikhlas Rescue Modal Sendiri
Karena namanya sebagai penyelamat ular dan reptil semakin dikenal, Amar sudah wara-wiri ke berbagai pelosok Riau. Demi membantu masyarakat untuk menangkap ular yang perlu diselamatkan. Sebut saja Bengkalis, Siak, Pelalawan dan daerah lainnya sudah ia datangi atas panggilan dari warga.
Siapa sangka, dalam melancarkan misi penyelamatan itu, Amar tak memungut biaya sepeser pun ke masyarakat. Panggilan warga itu membuat hatinya ikut terpanggil. Semua biaya ia modali sendiri. Mulai dari biaya transportasi dan lainnya. "Rescue pakai uang pribadi. Nggak minta bayaran. Ikhlas, asal ularnya nggak dibunuh, kasihan. Selagi bisa diamankan ya diamankan," terang pria kelahiran Solo, 23 Maret 1993 ini.
Jam berapa pun panggilan masuk, pasti akan ia respon selagi ia tak ada kesibukan lain. Karena menurutnya, di balik pengorbanannya itu, ada kepuasan tersendiri yang membuatnya senang dan bahagia. Apalagi saat ular yang membuat warga takut dan cemas, bisa ia tangkap dan pindahkan ke tempat yang lebih layak.
"Ada rasa puas, saat ular berhasil ditangkap. Senang melihat warga tersenyum dan ular juga selamat dan bisa di-rescue. Sebaliknya, ada rasa bersalah jika pulang dengan tangan kosong kerena ularnya kabur. Bersalah lihat wajah warga masih cemas," sambungnya.