Balita Gizi Buruk Kehabisan Biaya

Diusianya yang masih belia, Rianda harus menjalani perawatan di rumah sakit. Balita berusia 2 tahun 10 bulan yang divonis menderita gizi buruk asal Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti itu sejak 26 hari lalu menjalani perawatan di Ruang Cempaka 1, lantai 5 kamar 505 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad, Pekanbaru.

Laporan: Soleh Saputra (Pekanbaru)

- Advertisement -

AKIBAT lamanya perawatan, orang tua Rianda mulai kehabisan biaya untuk biaya keperluan sehari-hari. Belum lagi untuk menebus obat yang tidak disediakan oleh pihak rumah sakit. Meskipun sudah hampir sebulan menjalani perawatan sejak 1 Juni lalu, belum ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti.

Suryani, ibu kandung Rianda menceritakan bahwa ia sempat membawa anaknya untuk berobat ke RSUD Meranti yang ada di Selat Panjang. Namun hanya mendapatkan perawatan satu malam, selanjutnya ia disarankan untuk merujuk anaknya ke RSUD Arifin Achmad.

- Advertisement -

"Sejak dirawat di RSUD Arifin Achmad mulai ada perubahan, namun masih nampak ada pembengkakan di perut. Belum nampak normal seperti anak-anak yang lain," kata Suryani.

Selain harus menanggung biaya kebutuhan sehari-hari selama mendampingi anaknya mendapatkan perawatan, Suryani juga dipusingkan dengan adanya obat yang harus dibeli. Pasalnya menurut keterangan pihak rumah sakit obat tersebut tidak tersedia di RSUD Arifin Achmad.

"Kemarin ada disuruh beli obat sirup, katanya tidak ada obat itu di rumah sakit. Pusing juga saya membelinya pakai uang apa, sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Hanya mengandalkan ada bantuan orang-orang dari kampung," ujar Suryani yang di kampung halaman berprofesi sebagai buruh tani tersebut.

Karena itu, Suryani berharap ada bantuan atau perhatian dari Pemkab Meranti. Pasalnya ia belum tahu sampai kapan anaknya akan menjalani perawatan di RSUD Arifin Achmad.

"Harapannya ada bantuan dari pemerintah, untuk kebutuhan kami sehari-hari. Kami belum tahu lagi sampai kapan di rumah sakit. Karena suami saya bekerja sebagai nelayan di Natuna, sekali tiga bulan bisa pulang," katanya.

Sementara itu, Direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly ketika dikonfirmasi perihal adanya keluhan orang tua Riyanda terkait adanya obat yang harus dibeli di luar rumah sakit mengaku akan segera mengeceknya. Namun yang jelas, pasien tersebut tetap ditangani dan tidak terlantar di rumah sakit.

"Akan segera saya cek, yang jelas pasien itu tidak terlantar di rumah sakit seperti Informasi yang beredar," ujarnya.

Editor: Rinaldi

 

Diusianya yang masih belia, Rianda harus menjalani perawatan di rumah sakit. Balita berusia 2 tahun 10 bulan yang divonis menderita gizi buruk asal Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti itu sejak 26 hari lalu menjalani perawatan di Ruang Cempaka 1, lantai 5 kamar 505 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad, Pekanbaru.

Laporan: Soleh Saputra (Pekanbaru)

AKIBAT lamanya perawatan, orang tua Rianda mulai kehabisan biaya untuk biaya keperluan sehari-hari. Belum lagi untuk menebus obat yang tidak disediakan oleh pihak rumah sakit. Meskipun sudah hampir sebulan menjalani perawatan sejak 1 Juni lalu, belum ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti.

Suryani, ibu kandung Rianda menceritakan bahwa ia sempat membawa anaknya untuk berobat ke RSUD Meranti yang ada di Selat Panjang. Namun hanya mendapatkan perawatan satu malam, selanjutnya ia disarankan untuk merujuk anaknya ke RSUD Arifin Achmad.

"Sejak dirawat di RSUD Arifin Achmad mulai ada perubahan, namun masih nampak ada pembengkakan di perut. Belum nampak normal seperti anak-anak yang lain," kata Suryani.

Selain harus menanggung biaya kebutuhan sehari-hari selama mendampingi anaknya mendapatkan perawatan, Suryani juga dipusingkan dengan adanya obat yang harus dibeli. Pasalnya menurut keterangan pihak rumah sakit obat tersebut tidak tersedia di RSUD Arifin Achmad.

"Kemarin ada disuruh beli obat sirup, katanya tidak ada obat itu di rumah sakit. Pusing juga saya membelinya pakai uang apa, sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Hanya mengandalkan ada bantuan orang-orang dari kampung," ujar Suryani yang di kampung halaman berprofesi sebagai buruh tani tersebut.

Karena itu, Suryani berharap ada bantuan atau perhatian dari Pemkab Meranti. Pasalnya ia belum tahu sampai kapan anaknya akan menjalani perawatan di RSUD Arifin Achmad.

"Harapannya ada bantuan dari pemerintah, untuk kebutuhan kami sehari-hari. Kami belum tahu lagi sampai kapan di rumah sakit. Karena suami saya bekerja sebagai nelayan di Natuna, sekali tiga bulan bisa pulang," katanya.

Sementara itu, Direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly ketika dikonfirmasi perihal adanya keluhan orang tua Riyanda terkait adanya obat yang harus dibeli di luar rumah sakit mengaku akan segera mengeceknya. Namun yang jelas, pasien tersebut tetap ditangani dan tidak terlantar di rumah sakit.

"Akan segera saya cek, yang jelas pasien itu tidak terlantar di rumah sakit seperti Informasi yang beredar," ujarnya.

Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya