Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Melawan “Kutukan Kota Bertuah”

Jika hujan deras mengguyur Kota Pekanbaru, maka banjir dan genangan air adalah hasilnya. Meski durasi hujan tak lama, namun beberapa jalan protokol tergenang. Akibatnya, pengguna jalan kesulitan saat berkendara. Itu di tengah kota. Apalagi di sejumlah wilayah pinggiran kota yang padat penduduk. Kerap kondisi ini membuat kota dijuluki "kota berkuah" Tak lagi kota bertuah. Kapan "kutukan"itu akan berakhir?

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Hari masih pagi menjelang siang. Sejumlah pria muda yang dipimpin oleh seorang pria berkacamata minus sedang mengamati sejumlah daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Kota Pekanbaru. Pagi itu mereka berada di Sungai Sail. 

Bukan saja mengamati tetapi juga membawa alat ukur, kertas, pena dan kamera. Sudah hampir empat bulan rombongan kecil itu bergerak dari satu titik ke titik lainnya mengamati parit, anak sungai, sungai, gorong-gorong, box culvert dan apa saja yang terkait dengan itu.

Baca Juga:  Sekolah di Kampar Diliburkan, Forkompimda Bagi Masker Siang ini

Dan setelah lima bulan berlalu, rampunglah hasil kerja keras mereka yang dituangkan dalam laporan lengkap bertajuk rencana induk (master plan) mengatasi banjir Kota Pekanbaru. Lengkap dengan 120 titik langganan genangan air dengan total luasnya mencapai 291 hektare. 375 masalah aliran air (drainase) yang ditemukan dan harus segera diperbaiki. Pria berkacamata itu adalah Dr Ikhsan. Dialah ketua tim penyusun Master Plan Mengatasi Banjir Kota Pekanbaru. 

"Dengan adanya masterplan ini, maka kerja-kerja teknis sudah lebih terbantu, karena kita sudah tahu di mana titik-titik rawan banjir yang bisa segera kita tangani segera,"ujarnya saat berbincang dengan Riau Pos.

Menurutnya, banjir muncul utamanya karena permasalahan lingkungan. 

Baca Juga:  Sudah Berusia 33 Tahun, Agnez Mo Beber Alasan Belum Mau Menikah

"Kasusnya di kota kita, debit air yang datang misalnya karena hujan itu kapasitasnya tidak lagi terserap oleh tanah. Sebab pesatnya pembangunan membuat tertutupnya tanah, baik oleh bangunan maupun cor lantai halaman sehingga area resapan air sangat minim sekali,"ujarnya.

Akibatnya debit air tersebut  tidak terserap dan mengalir atau menggenang di permukaan aspal. Untuk Pekanbaru, penyebab banjir adalah kurangnya area resapan air (tanah) dan adanya drainase yang tidak berfungsi mengalirkan air.

Jika hujan deras mengguyur Kota Pekanbaru, maka banjir dan genangan air adalah hasilnya. Meski durasi hujan tak lama, namun beberapa jalan protokol tergenang. Akibatnya, pengguna jalan kesulitan saat berkendara. Itu di tengah kota. Apalagi di sejumlah wilayah pinggiran kota yang padat penduduk. Kerap kondisi ini membuat kota dijuluki "kota berkuah" Tak lagi kota bertuah. Kapan "kutukan"itu akan berakhir?

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Hari masih pagi menjelang siang. Sejumlah pria muda yang dipimpin oleh seorang pria berkacamata minus sedang mengamati sejumlah daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Kota Pekanbaru. Pagi itu mereka berada di Sungai Sail. 

- Advertisement -

Bukan saja mengamati tetapi juga membawa alat ukur, kertas, pena dan kamera. Sudah hampir empat bulan rombongan kecil itu bergerak dari satu titik ke titik lainnya mengamati parit, anak sungai, sungai, gorong-gorong, box culvert dan apa saja yang terkait dengan itu.

Baca Juga:  Sudah Berusia 33 Tahun, Agnez Mo Beber Alasan Belum Mau Menikah

Dan setelah lima bulan berlalu, rampunglah hasil kerja keras mereka yang dituangkan dalam laporan lengkap bertajuk rencana induk (master plan) mengatasi banjir Kota Pekanbaru. Lengkap dengan 120 titik langganan genangan air dengan total luasnya mencapai 291 hektare. 375 masalah aliran air (drainase) yang ditemukan dan harus segera diperbaiki. Pria berkacamata itu adalah Dr Ikhsan. Dialah ketua tim penyusun Master Plan Mengatasi Banjir Kota Pekanbaru. 

- Advertisement -

"Dengan adanya masterplan ini, maka kerja-kerja teknis sudah lebih terbantu, karena kita sudah tahu di mana titik-titik rawan banjir yang bisa segera kita tangani segera,"ujarnya saat berbincang dengan Riau Pos.

Menurutnya, banjir muncul utamanya karena permasalahan lingkungan. 

Baca Juga:  Jaring Bibit Potensial, Turnamen Terbuka Bolavoli Diapresiasi

"Kasusnya di kota kita, debit air yang datang misalnya karena hujan itu kapasitasnya tidak lagi terserap oleh tanah. Sebab pesatnya pembangunan membuat tertutupnya tanah, baik oleh bangunan maupun cor lantai halaman sehingga area resapan air sangat minim sekali,"ujarnya.

Akibatnya debit air tersebut  tidak terserap dan mengalir atau menggenang di permukaan aspal. Untuk Pekanbaru, penyebab banjir adalah kurangnya area resapan air (tanah) dan adanya drainase yang tidak berfungsi mengalirkan air.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari