Kamis, 12 September 2024

WNI Merasakan Idul Fitri yang “Aneh” di Malaysia

KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) – Merayakan Hari Raya Idul Fitri di tengah wabah corona (Covid-19), memang penuh keterbatasan dan terasa tak normal. Sebab semuanya harus mengikuti protokol yang sudah dibuat oleh pemerintah untuk memutus rankaian penularan pandemi tersebut.

Hal itu juga dirasakan masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri, salah satunya di Malaysia. Mereka meraskan, seumur hidup baru kali mengalami hal yang dianggap aneh saat merayakan hari kemenangan umat Islam ini.

Hal itu turut dirasakan oleh seorang tokoh pekerja migran Indonesia di Malaysia, Ali Fauzi. Selama kurang lebih 25 tahun bekerja dan menetap di Malaysia, baru tahun ini ia merasakan momentum lebaran yang sangat berbeda.

Seperti lansir CNN, Ahad (24/5/2020), Ali bercerita, selama Ramadan sangat sulit baginya menunaikan ibadah puasa di tengah situasi pandemi, terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok. Namun, ia bersyukur karena masih banyak organisasi masyarakat Indonesia di Malaysia yang menyalurkan sembako kepada para TKI di Malaysia.

- Advertisement -

Lalu ketika memasuki pengujung Ramadan, lelaki berusia 47 tahun itu mengatakan suasana malam takbiran di Malaysia hanya berlangsung di musala dan masjid. Hal itu sangat berbeda dengan Indonesia, di mana masih sangat mudah ditemukan kegiatan takbir keliling.

Baca Juga:  Kunjungi Banda Aceh, Mendag Pantau Perkembangan Harga Minyak Goreng

Selain itu, Malaysia juga memiliki tradisi mudik lebaran yang lebih dikenal dengan istilah Balik Kampung. Namun tahun ini, pemerintah Malaysia tidak memperbolehkan masyarakatnya melakukan Balik Kampung, seperti halnya larangan mudik di Indonesia. Upaya itu termasuk dalam serangkaian kebijakan pembatasan untuk menekan penyebaran virus corona.

- Advertisement -

"Malaysia menerapkan peraturan rentas negeri atau kalau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah PSBB. Tapi kelebihan orang Malaysia adalah rata-rata mereka mau mengikuti peraturan pemerintah," kata pria asal Lamongan, Jawa Timur, itu.

Selain melarang mudik, aktivitas silaturahmi dari rumah ke rumah juga ditiadakan di Malaysia. Namun, khusus di hari pertama lebaran, pemerintah mengizinkan masyarakat bersilaturahmi dengan tetap mengikuti protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan mengenakan masker.

"Untuk silaturahmi, sampai saat ini masih relatif sepi karena warga juga khawatir dengan wabah Covid-19. Seperti di tempat tinggal saya di kawasan Ampang, nyaris tidak ada orang yang datang ke rumah. Enggak seperti hari raya pada umumnya," kata Ali.

Baca Juga:  Polri: Alhamdulillah, Habib Rizieq Sehat Walafiat 

Dia juga bercerita, di banyak tempat di Malaysia, pelaksanaan salat Idul Fitri hanya boleh dilakukan berjamaah di rumah masing-masing. Itu karena jumlah jemaah yang diperbolehkan ke masjid jumlahnya sangat terbatas.

Jemaah yang menunaikan salat Idul Fitri di masjid pun harus menaati protokol kesehatan dengan ketat.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ngadianto, warga Jambi, yang tinggal di Kelantan. Bagi perantau seperti dia, rasa rindu akan pulang kampung ke Tanah Air pun sempat ia rasakan. Namun, ia memilih tunduk pada peraturan ketat pemerintah Malaysia.

"Itu karena semua warga asing yang masuk ke Malaysia mulai tanggal 1 Juni 2020, harus dikarantina dengan biaya sendiri sebesar RM150 atau lebih kurang Rp600.000 sehari selama 14 hari," ujar Ngadianto saat dihubungi Riaupos.co lewat pesan pendek.

Hingga hari ini, kasus Covid-19 di Malaysia mencapai 7.185 orang dan belum ada penambahan kasus baru. Sebanyak 115 orang di antaranya meninggal, dan 5.912 orang dinyatakan sembuh. 

Sumber: CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) – Merayakan Hari Raya Idul Fitri di tengah wabah corona (Covid-19), memang penuh keterbatasan dan terasa tak normal. Sebab semuanya harus mengikuti protokol yang sudah dibuat oleh pemerintah untuk memutus rankaian penularan pandemi tersebut.

Hal itu juga dirasakan masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri, salah satunya di Malaysia. Mereka meraskan, seumur hidup baru kali mengalami hal yang dianggap aneh saat merayakan hari kemenangan umat Islam ini.

Hal itu turut dirasakan oleh seorang tokoh pekerja migran Indonesia di Malaysia, Ali Fauzi. Selama kurang lebih 25 tahun bekerja dan menetap di Malaysia, baru tahun ini ia merasakan momentum lebaran yang sangat berbeda.

Seperti lansir CNN, Ahad (24/5/2020), Ali bercerita, selama Ramadan sangat sulit baginya menunaikan ibadah puasa di tengah situasi pandemi, terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok. Namun, ia bersyukur karena masih banyak organisasi masyarakat Indonesia di Malaysia yang menyalurkan sembako kepada para TKI di Malaysia.

Lalu ketika memasuki pengujung Ramadan, lelaki berusia 47 tahun itu mengatakan suasana malam takbiran di Malaysia hanya berlangsung di musala dan masjid. Hal itu sangat berbeda dengan Indonesia, di mana masih sangat mudah ditemukan kegiatan takbir keliling.

Baca Juga:  IBT Pelita Indonesia Gelar Yudisium Magister Manajemen

Selain itu, Malaysia juga memiliki tradisi mudik lebaran yang lebih dikenal dengan istilah Balik Kampung. Namun tahun ini, pemerintah Malaysia tidak memperbolehkan masyarakatnya melakukan Balik Kampung, seperti halnya larangan mudik di Indonesia. Upaya itu termasuk dalam serangkaian kebijakan pembatasan untuk menekan penyebaran virus corona.

"Malaysia menerapkan peraturan rentas negeri atau kalau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah PSBB. Tapi kelebihan orang Malaysia adalah rata-rata mereka mau mengikuti peraturan pemerintah," kata pria asal Lamongan, Jawa Timur, itu.

Selain melarang mudik, aktivitas silaturahmi dari rumah ke rumah juga ditiadakan di Malaysia. Namun, khusus di hari pertama lebaran, pemerintah mengizinkan masyarakat bersilaturahmi dengan tetap mengikuti protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan mengenakan masker.

"Untuk silaturahmi, sampai saat ini masih relatif sepi karena warga juga khawatir dengan wabah Covid-19. Seperti di tempat tinggal saya di kawasan Ampang, nyaris tidak ada orang yang datang ke rumah. Enggak seperti hari raya pada umumnya," kata Ali.

Baca Juga:  Pembangunan Siak Tumbuh Pesat

Dia juga bercerita, di banyak tempat di Malaysia, pelaksanaan salat Idul Fitri hanya boleh dilakukan berjamaah di rumah masing-masing. Itu karena jumlah jemaah yang diperbolehkan ke masjid jumlahnya sangat terbatas.

Jemaah yang menunaikan salat Idul Fitri di masjid pun harus menaati protokol kesehatan dengan ketat.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ngadianto, warga Jambi, yang tinggal di Kelantan. Bagi perantau seperti dia, rasa rindu akan pulang kampung ke Tanah Air pun sempat ia rasakan. Namun, ia memilih tunduk pada peraturan ketat pemerintah Malaysia.

"Itu karena semua warga asing yang masuk ke Malaysia mulai tanggal 1 Juni 2020, harus dikarantina dengan biaya sendiri sebesar RM150 atau lebih kurang Rp600.000 sehari selama 14 hari," ujar Ngadianto saat dihubungi Riaupos.co lewat pesan pendek.

Hingga hari ini, kasus Covid-19 di Malaysia mencapai 7.185 orang dan belum ada penambahan kasus baru. Sebanyak 115 orang di antaranya meninggal, dan 5.912 orang dinyatakan sembuh. 

Sumber: CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari