Kamis, 24 Juli 2025

Ditangkap karena Kritis, Warga Net Minta Polisi Bebaskan Ravio Patra

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Banyak warga net menyuarakan #BebaskanRavio melalui petisi di laman Change.org, usai Ravio Patra diamankan aparat keamanan, Rabu (22/4) malam. Ravio Patra merupakan pengamat kebijakan publik dan aktivis. Ia diduga menyebarkan berita bohong dan ajakan melakukan kekerasan melalui WhatsApp.

Menurut penggagas petisi, Ryan Fajar Febrianto, Ravio sudah tidak bisa mengakses WhatsApp-nya sejak Rabu siang karena diretas. Pihak WhattsApp pun, kata sahabat Ravio ini, juga sudah mengkonfirmasi mengenai peretasan terhadap akun Ravio tersebut.

Akun Ravio dipakai untuk menyebarkan pesan provokatif, ajakan penjarahan pada 30 April mendatang. Ajakan bahkan disebut disebar ke nomor yang tidak dikenal.

"Malamnya sekitar pukul 19.00, Ravio ditangkap di rumah. Sebelum ditangkap, Ravio menceritakan mengenai peretasan ini kepada teman-teman SAFEnet. Mereka menyarankan untuk mematikan semua perangkat elektronik dan mengungsi ke rumah aman," ujar Ryan dalam petisinya yang dapat diakses di www.change.org/BebaskanRavio.

Baca Juga:  Wiranto Tuding Tujuan Akhir Demo, Gagalkan Pelantikan Presiden

Ravio disebut selama tiga tahun terakhir konsisten mendorong keterbukaan dan transparansi pemerintah sebagai Independent Research Mechanism (IRM) di Open Government Partnership (OGP) untuk Indonesia.

Melalui akun Twitternya, @raviopatra, Ravio juga kritis membahas kebijakan penanganan Covid-19, termasuk permasalahan terkait staf khusus milenial dan program Kartu Prakerja.

"Penangkapan Ravio ini membuat saya geram, terutama di tengah situasi Covid-19 di mana masyarakat membutuhkan transparansi informasi, khususnya dari pemerintah. Kalau dilihat dari kronologisnya, peretasan dan penyebaran itu terkesan untuk mengkambinghitamkan Ravio sebagai penyulut kerusuhan. Pemerintah harus pastikan perlindungan hukum warga negara sesuai UUD 1945," kata Ryan.

Beberapa pendukung petisi #BebaskanRavio mengingatkan pentingnya keterbukaan informasi. Karena itu, tidak boleh ada pembungkaman karena itu adalah bentuk penghianatan.

Baca Juga:  Semua Wilayah PPKM Masuk Level 3

"#JANGANMAUDIBUNGKAM! Hari ini Ravio, bisa jadi besok orang yang kita kenal. Terlalu rendahan dan picik memfitnah orang cerdas dan kritis menjadi anarko ugal-ugalan melakukan penjarahan," tulis Dinda Cendikia.

Sementara itu, Rira Murmaida mengingatkan bahwa Ravio merupakan korban. Ia kemudian meminta aparat menangkap pelaku sebenarnya.

"Ravio adalah korban. Tangkap pelaku peretasan WA-nya. Lindungi hak-hak sipilnya, jangan main culik orang yang kritis," tulis Rira Murmaida.

Sumber: JPNN.Com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Banyak warga net menyuarakan #BebaskanRavio melalui petisi di laman Change.org, usai Ravio Patra diamankan aparat keamanan, Rabu (22/4) malam. Ravio Patra merupakan pengamat kebijakan publik dan aktivis. Ia diduga menyebarkan berita bohong dan ajakan melakukan kekerasan melalui WhatsApp.

Menurut penggagas petisi, Ryan Fajar Febrianto, Ravio sudah tidak bisa mengakses WhatsApp-nya sejak Rabu siang karena diretas. Pihak WhattsApp pun, kata sahabat Ravio ini, juga sudah mengkonfirmasi mengenai peretasan terhadap akun Ravio tersebut.

Akun Ravio dipakai untuk menyebarkan pesan provokatif, ajakan penjarahan pada 30 April mendatang. Ajakan bahkan disebut disebar ke nomor yang tidak dikenal.

"Malamnya sekitar pukul 19.00, Ravio ditangkap di rumah. Sebelum ditangkap, Ravio menceritakan mengenai peretasan ini kepada teman-teman SAFEnet. Mereka menyarankan untuk mematikan semua perangkat elektronik dan mengungsi ke rumah aman," ujar Ryan dalam petisinya yang dapat diakses di www.change.org/BebaskanRavio.

Baca Juga:  Ini Ramalan Tentang Karier, Cinta, dan Pekerjaan untuk Shio Tikus 2020

Ravio disebut selama tiga tahun terakhir konsisten mendorong keterbukaan dan transparansi pemerintah sebagai Independent Research Mechanism (IRM) di Open Government Partnership (OGP) untuk Indonesia.

- Advertisement -

Melalui akun Twitternya, @raviopatra, Ravio juga kritis membahas kebijakan penanganan Covid-19, termasuk permasalahan terkait staf khusus milenial dan program Kartu Prakerja.

"Penangkapan Ravio ini membuat saya geram, terutama di tengah situasi Covid-19 di mana masyarakat membutuhkan transparansi informasi, khususnya dari pemerintah. Kalau dilihat dari kronologisnya, peretasan dan penyebaran itu terkesan untuk mengkambinghitamkan Ravio sebagai penyulut kerusuhan. Pemerintah harus pastikan perlindungan hukum warga negara sesuai UUD 1945," kata Ryan.

- Advertisement -

Beberapa pendukung petisi #BebaskanRavio mengingatkan pentingnya keterbukaan informasi. Karena itu, tidak boleh ada pembungkaman karena itu adalah bentuk penghianatan.

Baca Juga:  Bruno Mars dan Kekasihnya Makin Mesra

"#JANGANMAUDIBUNGKAM! Hari ini Ravio, bisa jadi besok orang yang kita kenal. Terlalu rendahan dan picik memfitnah orang cerdas dan kritis menjadi anarko ugal-ugalan melakukan penjarahan," tulis Dinda Cendikia.

Sementara itu, Rira Murmaida mengingatkan bahwa Ravio merupakan korban. Ia kemudian meminta aparat menangkap pelaku sebenarnya.

"Ravio adalah korban. Tangkap pelaku peretasan WA-nya. Lindungi hak-hak sipilnya, jangan main culik orang yang kritis," tulis Rira Murmaida.

Sumber: JPNN.Com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€” Banyak warga net menyuarakan #BebaskanRavio melalui petisi di laman Change.org, usai Ravio Patra diamankan aparat keamanan, Rabu (22/4) malam. Ravio Patra merupakan pengamat kebijakan publik dan aktivis. Ia diduga menyebarkan berita bohong dan ajakan melakukan kekerasan melalui WhatsApp.

Menurut penggagas petisi, Ryan Fajar Febrianto, Ravio sudah tidak bisa mengakses WhatsApp-nya sejak Rabu siang karena diretas. Pihak WhattsApp pun, kata sahabat Ravio ini, juga sudah mengkonfirmasi mengenai peretasan terhadap akun Ravio tersebut.

Akun Ravio dipakai untuk menyebarkan pesan provokatif, ajakan penjarahan pada 30 April mendatang. Ajakan bahkan disebut disebar ke nomor yang tidak dikenal.

"Malamnya sekitar pukul 19.00, Ravio ditangkap di rumah. Sebelum ditangkap, Ravio menceritakan mengenai peretasan ini kepada teman-teman SAFEnet. Mereka menyarankan untuk mematikan semua perangkat elektronik dan mengungsi ke rumah aman," ujar Ryan dalam petisinya yang dapat diakses di www.change.org/BebaskanRavio.

Baca Juga:  HRSร‚ Imami Penyidik saatร‚ Salat Magrib di Mapolda Metro Jayaร‚ 

Ravio disebut selama tiga tahun terakhir konsisten mendorong keterbukaan dan transparansi pemerintah sebagai Independent Research Mechanism (IRM) di Open Government Partnership (OGP) untuk Indonesia.

Melalui akun Twitternya, @raviopatra, Ravio juga kritis membahas kebijakan penanganan Covid-19, termasuk permasalahan terkait staf khusus milenial dan program Kartu Prakerja.

"Penangkapan Ravio ini membuat saya geram, terutama di tengah situasi Covid-19 di mana masyarakat membutuhkan transparansi informasi, khususnya dari pemerintah. Kalau dilihat dari kronologisnya, peretasan dan penyebaran itu terkesan untuk mengkambinghitamkan Ravio sebagai penyulut kerusuhan. Pemerintah harus pastikan perlindungan hukum warga negara sesuai UUD 1945," kata Ryan.

Beberapa pendukung petisi #BebaskanRavio mengingatkan pentingnya keterbukaan informasi. Karena itu, tidak boleh ada pembungkaman karena itu adalah bentuk penghianatan.

Baca Juga:  Wiranto Tuding Tujuan Akhir Demo, Gagalkan Pelantikan Presiden

"#JANGANMAUDIBUNGKAM! Hari ini Ravio, bisa jadi besok orang yang kita kenal. Terlalu rendahan dan picik memfitnah orang cerdas dan kritis menjadi anarko ugal-ugalan melakukan penjarahan," tulis Dinda Cendikia.

Sementara itu, Rira Murmaida mengingatkan bahwa Ravio merupakan korban. Ia kemudian meminta aparat menangkap pelaku sebenarnya.

"Ravio adalah korban. Tangkap pelaku peretasan WA-nya. Lindungi hak-hak sipilnya, jangan main culik orang yang kritis," tulis Rira Murmaida.

Sumber: JPNN.Com
Editor: Rinaldi

 

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari