Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Relawan Vaksin Nusantara Jalani Penyuntikan Sel Dendritik 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sejumlah relawan Vaksin Nusantara kembali datang ke RSPAD Gatot Soebroto Kamis (22/4) setelah sebelumnya diambil sampel darah. Proses pemberian sel tersebut terus berlanjut meski sempat menimbulkan kontroversi. Juga adanya MoU antara KSAD dan Menteri Kesehatan serta Kepala BPOM soal penelitian sel dendritik.

Terpantau di lokasi, rombongan relawan dari DPR tersebut tiba sekitar pukul 12.50 WIB. Di antaranya ada Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena, Anggota Komisi VII Adian Napitupulu, dan Anggota Komisi IX Saleh Partaonan Daulay. Ada pula mantan Panglima TNI Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo.

Gatot keluar pertama kali setelah menerima penyuntikan. Dia mengaku menerima suntikan langsung dari Terawan Agus Putranto. Alih-alih Vaksin Nusantara, Gatot menerangkan bahwa yang disuntikkan kepadanya dan para relawan ini adalah sel T yang sudah dimasukkan ke dalam sampel darah masing-masing. Sel ini nantinya tidak membentuk antibodi, melainkan imun.

"Memang sulit menjelaskannya karena belum lama ditemukan. Dan sejak 2015 di RS ini sudah punya penelitian itu untuk cancer,"jelas Gatot usai penyuntikan kemarin siang. Gatot pun menegaskan bahwa penelitian itu mengambil peran penting bukan hanya untuk mengatasi pandemi. Tetapi juga untuk pertahanan negara dari sisi kesehatan.

Baca Juga:  Bupati Apresiasi Bazar UMKM dan Ekonomi Kreatif

Terkait MoU beberapa waktu lalu, Gatot tidak banyak berkomentar. Yang terpenting adalah penelitian terhadap sel dendritik tersebut tetap berjalan. Bahkan dia mengaku sempat mendiskusikan secara singkat nama lain yang bakal dipakai untuk merujuk pada sel tersebut, menggantikan Vaksin Nusantara. "Mau dibilang vaksin Gethuk juga tidak apa-apa, apalah arti sebuah nama,"kelakarnya.

Selang beberapa saat kemudian, Adian Napitupulu juga menyelesaikan proses penyuntikannya. Dia menegaskan bahwa proses ini dia jalani atas kemauannya sendiri, sehingga berharap tidak menjadi polemik berkepanjangan di luar. Politisi PDI Perjuangan itu sendiri enggan terlibat dalam perdebatan di luar tentang definisi vaksin tersebut.

Adian mengaku yakin dengan metode pemberian sel dendritik di RSPAD itu karena merasa paling cocok dibandingkan vaksin lain. Hal tersebut karena statusnya sebagai penderita komorbid. "Kalau menurut saya, saya kan komorbid. Sinovac tidak cocok, AstraZeneca tidak cocok. Yang paling mungkin ini. Ini harapan saya jadi jangan hilangkan harapan saya,"tegas Adian. 

Baca Juga:  Joe Biden Hentikan Proyek Tembok Pembatas AS-Meksiko Era Donald Trump

Untuk pemberian sel itu, para relawan sudah menandatangani perjanjian untuk menerima dan rutin melakukan pemantauan selama jangka waktu tertentu. Sejauh ini tidak ada pungutan biaya apa pun, namun para relawan mengakui tidak menutup kemungkinan jika nantinya masyarakat yang akan menggunakan metode ini perlu biaya.

"Setahu saya tadi bincang-bincang, penelitian ini memang tak murah. Tapi kalau sudah jadi nanti, tak terlalu mahal juga,"jelas Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. Dia sendiri belum bisa memperkirakan berapa kisarannya. Namun saat ini dia mengklaim tengah dipikirkan bagaimana agar metode itu juga bisa segera diterapkan di tempat selain RSPAD.

Dasco menjelaskan bahwa setidaknya ada 22 orang yang menerima suntik bersama dengannya kemarin.(deb/lyn/jpg)
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sejumlah relawan Vaksin Nusantara kembali datang ke RSPAD Gatot Soebroto Kamis (22/4) setelah sebelumnya diambil sampel darah. Proses pemberian sel tersebut terus berlanjut meski sempat menimbulkan kontroversi. Juga adanya MoU antara KSAD dan Menteri Kesehatan serta Kepala BPOM soal penelitian sel dendritik.

Terpantau di lokasi, rombongan relawan dari DPR tersebut tiba sekitar pukul 12.50 WIB. Di antaranya ada Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena, Anggota Komisi VII Adian Napitupulu, dan Anggota Komisi IX Saleh Partaonan Daulay. Ada pula mantan Panglima TNI Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo.

- Advertisement -

Gatot keluar pertama kali setelah menerima penyuntikan. Dia mengaku menerima suntikan langsung dari Terawan Agus Putranto. Alih-alih Vaksin Nusantara, Gatot menerangkan bahwa yang disuntikkan kepadanya dan para relawan ini adalah sel T yang sudah dimasukkan ke dalam sampel darah masing-masing. Sel ini nantinya tidak membentuk antibodi, melainkan imun.

"Memang sulit menjelaskannya karena belum lama ditemukan. Dan sejak 2015 di RS ini sudah punya penelitian itu untuk cancer,"jelas Gatot usai penyuntikan kemarin siang. Gatot pun menegaskan bahwa penelitian itu mengambil peran penting bukan hanya untuk mengatasi pandemi. Tetapi juga untuk pertahanan negara dari sisi kesehatan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Diperiksa KPK, Advokat PDIP Bicara soal Uang Rp400 Juta

Terkait MoU beberapa waktu lalu, Gatot tidak banyak berkomentar. Yang terpenting adalah penelitian terhadap sel dendritik tersebut tetap berjalan. Bahkan dia mengaku sempat mendiskusikan secara singkat nama lain yang bakal dipakai untuk merujuk pada sel tersebut, menggantikan Vaksin Nusantara. "Mau dibilang vaksin Gethuk juga tidak apa-apa, apalah arti sebuah nama,"kelakarnya.

Selang beberapa saat kemudian, Adian Napitupulu juga menyelesaikan proses penyuntikannya. Dia menegaskan bahwa proses ini dia jalani atas kemauannya sendiri, sehingga berharap tidak menjadi polemik berkepanjangan di luar. Politisi PDI Perjuangan itu sendiri enggan terlibat dalam perdebatan di luar tentang definisi vaksin tersebut.

Adian mengaku yakin dengan metode pemberian sel dendritik di RSPAD itu karena merasa paling cocok dibandingkan vaksin lain. Hal tersebut karena statusnya sebagai penderita komorbid. "Kalau menurut saya, saya kan komorbid. Sinovac tidak cocok, AstraZeneca tidak cocok. Yang paling mungkin ini. Ini harapan saya jadi jangan hilangkan harapan saya,"tegas Adian. 

Baca Juga:  Joe Biden Hentikan Proyek Tembok Pembatas AS-Meksiko Era Donald Trump

Untuk pemberian sel itu, para relawan sudah menandatangani perjanjian untuk menerima dan rutin melakukan pemantauan selama jangka waktu tertentu. Sejauh ini tidak ada pungutan biaya apa pun, namun para relawan mengakui tidak menutup kemungkinan jika nantinya masyarakat yang akan menggunakan metode ini perlu biaya.

"Setahu saya tadi bincang-bincang, penelitian ini memang tak murah. Tapi kalau sudah jadi nanti, tak terlalu mahal juga,"jelas Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. Dia sendiri belum bisa memperkirakan berapa kisarannya. Namun saat ini dia mengklaim tengah dipikirkan bagaimana agar metode itu juga bisa segera diterapkan di tempat selain RSPAD.

Dasco menjelaskan bahwa setidaknya ada 22 orang yang menerima suntik bersama dengannya kemarin.(deb/lyn/jpg)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari