Kamis, 4 Juli 2024

Santri Milenial Harus Melek Literasi Digital

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Santri masa kini tidak cukup hanya pintar mengaji. Santri harus mengikuti dan menguasai perkembangan zaman, terutama teknologi. Sebab, tantangan yang dihadapi para santri abad ini semakin kompleks. 

Pesan itu disampaikan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi menyambut Hari Santri yang diperingati hari mengatakan, penetapan Hari Santri setiap 22 Oktober merujuk terbitnya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Resolusi itu menyulut semangat juang santri dan masyarakat dalam mempertahankan NKRI dari sekutu Belanda dan Inggris. 

- Advertisement -

Dia menilai jihad santri masa kini semakin berat. Santri tidak hanya dituntut memiliki kemampuan ilmu keislaman. Tetapi juga mempunyai pandangan yang luas terhadap beragamnya keilmuan umum. Santri juga harus memiliki kemampuan literasi digital."Kalau dulu berhadapan dengan penjajahan Belanda, tantangan santri saat ini jauh lebih kompleks," katanya di Jakarta, kemarin (21/10). 

Baca Juga:  WHO: Varian Corona di Vietnam Bukan Gabungan Inggris-India 

Tantangan para santri masa kini, antara lain, bergelut dengan isu-isu sosial kemasyarakatan. Kemudian juga isu tentang lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan. Menurut Zainut, isu-isu tersebut saat ini semakin rumit dibandingkan masa lalu.

Para santri masa kini juga dihadapkan dengan tantangan revolusi industri 4.0 dengan segala dampaknya. Zainut mengatakan, santri pada abad ke-21 saat ini harus memiliki keterampilan literasi digital."Di samping literasi baca tulis, numerasi, literasi sains, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan," paparnya.

- Advertisement -

Mengutip pesan dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Zainut mengatakan bahwa santri masa kini atau santri milenial tidak cukup hanya pintar mengaji. Lebih dari itu,  para santri harus mempunyai daya hidup dan kreatifitas. Supaya bisa siap memasuki dunia industri dan dunia usaha (DU/DI).

Baca Juga:  Gubri Dukung Tim PDKB Sentuh Langsung PLN

Di tempat terpisah, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan, pesantren merupakan salah satu pilar strategis bangsa Indonesia untuk mewujudkan generasi emas dan Indonesia hebat. Pendidikan berbasis pesantren mempunyai akar yang kuat dan kokoh. 

Sebab, pesantren tidak hanya menjadi model pendidikan tertua di Indonesia. Tetapi juga telah membuktikan bahwa sistem pendidikannya tidak lekang oleh zaman. Pesantren juga turut memberikan kontribusi besar dalam membangun bangsa dari berbagai aspek."Seperti ekonomi, sosial, budaya, moral, dan akhlak," katanya saat kunjungan ke Universitas Ibrahimy, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, kemarin. Sementara itu, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta seluruh kadernya yang duduk di DPRD provinsi dan kabupaten/kota untuk mengawal Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2021 tentang Pendanaan Penyelenggaraan Pesantren.(mia/lum/jpg)
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Santri masa kini tidak cukup hanya pintar mengaji. Santri harus mengikuti dan menguasai perkembangan zaman, terutama teknologi. Sebab, tantangan yang dihadapi para santri abad ini semakin kompleks. 

Pesan itu disampaikan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi menyambut Hari Santri yang diperingati hari mengatakan, penetapan Hari Santri setiap 22 Oktober merujuk terbitnya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Resolusi itu menyulut semangat juang santri dan masyarakat dalam mempertahankan NKRI dari sekutu Belanda dan Inggris. 

Dia menilai jihad santri masa kini semakin berat. Santri tidak hanya dituntut memiliki kemampuan ilmu keislaman. Tetapi juga mempunyai pandangan yang luas terhadap beragamnya keilmuan umum. Santri juga harus memiliki kemampuan literasi digital."Kalau dulu berhadapan dengan penjajahan Belanda, tantangan santri saat ini jauh lebih kompleks," katanya di Jakarta, kemarin (21/10). 

Baca Juga:  Mahfud MD soal Pengamanan Reuni Akbar 212 di Monas

Tantangan para santri masa kini, antara lain, bergelut dengan isu-isu sosial kemasyarakatan. Kemudian juga isu tentang lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan. Menurut Zainut, isu-isu tersebut saat ini semakin rumit dibandingkan masa lalu.

Para santri masa kini juga dihadapkan dengan tantangan revolusi industri 4.0 dengan segala dampaknya. Zainut mengatakan, santri pada abad ke-21 saat ini harus memiliki keterampilan literasi digital."Di samping literasi baca tulis, numerasi, literasi sains, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan," paparnya.

Mengutip pesan dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Zainut mengatakan bahwa santri masa kini atau santri milenial tidak cukup hanya pintar mengaji. Lebih dari itu,  para santri harus mempunyai daya hidup dan kreatifitas. Supaya bisa siap memasuki dunia industri dan dunia usaha (DU/DI).

Baca Juga:  Tanam Pohon Jaga Kelestarian Hutan

Di tempat terpisah, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan, pesantren merupakan salah satu pilar strategis bangsa Indonesia untuk mewujudkan generasi emas dan Indonesia hebat. Pendidikan berbasis pesantren mempunyai akar yang kuat dan kokoh. 

Sebab, pesantren tidak hanya menjadi model pendidikan tertua di Indonesia. Tetapi juga telah membuktikan bahwa sistem pendidikannya tidak lekang oleh zaman. Pesantren juga turut memberikan kontribusi besar dalam membangun bangsa dari berbagai aspek."Seperti ekonomi, sosial, budaya, moral, dan akhlak," katanya saat kunjungan ke Universitas Ibrahimy, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, kemarin. Sementara itu, Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta seluruh kadernya yang duduk di DPRD provinsi dan kabupaten/kota untuk mengawal Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2021 tentang Pendanaan Penyelenggaraan Pesantren.(mia/lum/jpg)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari