Kamis, 12 September 2024

Suhu Panas Berlangsung Sampai Akhir Oktober

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pada beberapa hari terakhir, suhu udara pada siang hari terasa sangat panas. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, suhu udara paling panas yang melebihi 39 derajat Celcius terjadi pada Selasa (22/10) di Semarang, Jawa Tengah.

Pada 20 Oktober kemarin, terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi. Tiga stasiun itu adalah Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38,8 derajat celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat celcius. Angka tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum hanya mencapai 37 C. BMKG memperkirakan, kondisi ini masih berlangsung sampai akhir Oktober 2019.

"Normalnya tren mulai menurun pada bulan November. Seiring dengan gerak semu matahari ke Australia. Dikategorikan ekstrem apabila +- 3 derajat celcius dari nilai suhu maks/min di suatu daerah tersebut," kata Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko.

Baca Juga:  Penggunaan Obat Diet untuk Lawan Obesitas Disetujui di Amerika

Deputi Bidang Meteorologi R Mulyono R Prabowo menambahkan, berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu matahari. Pada bulan September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember. Sehingga pada Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan, yakni di atas Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan lainnya.

- Advertisement -

Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara. Gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Tolak Karantina, Anggota DPR RI Asal Sumbar Dilaporkan ke MKD

"Dalam waktu sekitar satu pekan ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya," paparnya.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam, yaitu melalui call center 021-6546315/18 dan media sosial BMKG atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pada beberapa hari terakhir, suhu udara pada siang hari terasa sangat panas. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, suhu udara paling panas yang melebihi 39 derajat Celcius terjadi pada Selasa (22/10) di Semarang, Jawa Tengah.

Pada 20 Oktober kemarin, terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi. Tiga stasiun itu adalah Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38,8 derajat celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat celcius. Angka tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum hanya mencapai 37 C. BMKG memperkirakan, kondisi ini masih berlangsung sampai akhir Oktober 2019.

"Normalnya tren mulai menurun pada bulan November. Seiring dengan gerak semu matahari ke Australia. Dikategorikan ekstrem apabila +- 3 derajat celcius dari nilai suhu maks/min di suatu daerah tersebut," kata Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko.

Baca Juga:  Tolak Karantina, Anggota DPR RI Asal Sumbar Dilaporkan ke MKD

Deputi Bidang Meteorologi R Mulyono R Prabowo menambahkan, berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu matahari. Pada bulan September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember. Sehingga pada Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan, yakni di atas Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan lainnya.

Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara. Gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Baca Juga:  Sekda: Tidak Ada Unsur Suka dan Tak Suka

"Dalam waktu sekitar satu pekan ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya," paparnya.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam, yaitu melalui call center 021-6546315/18 dan media sosial BMKG atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari