Selasa, 17 September 2024

Mencari Nafkah Berkeliling dengan APD

Seorang bocah laki-laki mendorong kursi roda yang membawa ibunya saat menyusuri Jalan KH Ahad Dahlan. Ibu dan anak itu mengenakan face shield. Di tengah hingar bingar keramaian arus lalu lintas di jalan, mereka menjajakan aneka keripik.

(RIAUPOS.CO) – Novriyanti (34) sebenarnya tak ingin melibatkan anaknya yang masih bocah untuk turut berkeliling berjualan keripik. Tapi, sejak dirinya terkena diabetes dan mengharuskan kaki kanannya diamputasi pada 2017, anak semata wayangnya itu mulai membantunya.

“Dulunya berjualan di kantin sekolah. Namun, sejak sakit gula, kaki bagian kanan harus diamputasi,” sebut Novriyanti yang ditemui sedang menyusuri Jalan KH Ahmad Dahlan, Sukajadi, Sabtu (20/6).

Berbagai macam keripik tertata rapi di keranjang jualannya berwarna merah. Ada keripik tempe, ubi, pisang dan opak. Harganya bervariasi tergantung ukuran. Mulai dari Rp2.000 hingga Rp12 ribu. Keripik-keripik tersebut hasil buatannya sendiri. Adapula titipan orang. Keranjang jualannya muat membawa 25 sampai 30 bungkus keripik.

- Advertisement -
Baca Juga:  KPK Segera Panggil Azis Syamsudin

Wanita yang tinggal di Jalan Durian itu mengisahkan, ia berjualan setiap hari ditemani anak semata wayangnya. Mulai Senin sampai Sabtu berjualan setelah waktu Ashar sampai pukul 18.00 WIB di sepanjang Jalan Durian sampai Jalan Ahmad Dahlan. Bahkan dulunya, saat car free day (CFD), mereka Jalan Jenderal Sudirman. Bahkan bisa sampai ke Jalan Ronggowarsito.

“Kalau pas CFD berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB. Jika CFD sudah mulai sepi, kami pun pulang. Lalu berjualan lagi setelah waktu Ashar,” ucapnya.

- Advertisement -

Meski tengah pandemi Covid-19,  Novriyanti mengaku harus tetap berjualan untuk menghidupi kehidupan mereka sehari-hari. Tapi ia juga harus melindungi anaknya Alif dari bahaya virus corona. Mereka mengenakan alat pelindung diri (APD).

Baca Juga:  Pemkab Kampar Tanda Tangani MoU dengan UGM Yogyakarta

“Sesuai imbauan pemerintah untuk melindungi diri. Anak saya biar senang ditambah mainan tembak-tembakan. Biar tidak bosan,” sebutnya. Disinggung bantuan saat Covid-19, dirinya mengaku kerap mendapat bantuan. “Alhamdulillah banyak yang membantu sembako. Lupa berapa kali,” tuturnya.

Tahun ini, anaknya yang bernama Alif akan masuk sekolah dasar (SD). Sehingga ia harus bekerja lebih keras lagi. Diakuinya, hasil penjualan sejak Covid-19 menurun. “Hasil jualan kalau dulu bisa Rp100 ribu. Sekarang Rp50 ribu sampai Rp70 ribu saja,” terangnya.(bersambung)

Laporan SOFIAH, Pekanbaru

Seorang bocah laki-laki mendorong kursi roda yang membawa ibunya saat menyusuri Jalan KH Ahad Dahlan. Ibu dan anak itu mengenakan face shield. Di tengah hingar bingar keramaian arus lalu lintas di jalan, mereka menjajakan aneka keripik.

(RIAUPOS.CO) – Novriyanti (34) sebenarnya tak ingin melibatkan anaknya yang masih bocah untuk turut berkeliling berjualan keripik. Tapi, sejak dirinya terkena diabetes dan mengharuskan kaki kanannya diamputasi pada 2017, anak semata wayangnya itu mulai membantunya.

“Dulunya berjualan di kantin sekolah. Namun, sejak sakit gula, kaki bagian kanan harus diamputasi,” sebut Novriyanti yang ditemui sedang menyusuri Jalan KH Ahmad Dahlan, Sukajadi, Sabtu (20/6).

Berbagai macam keripik tertata rapi di keranjang jualannya berwarna merah. Ada keripik tempe, ubi, pisang dan opak. Harganya bervariasi tergantung ukuran. Mulai dari Rp2.000 hingga Rp12 ribu. Keripik-keripik tersebut hasil buatannya sendiri. Adapula titipan orang. Keranjang jualannya muat membawa 25 sampai 30 bungkus keripik.

Baca Juga:  Pemkab Kampar Tanda Tangani MoU dengan UGM Yogyakarta

Wanita yang tinggal di Jalan Durian itu mengisahkan, ia berjualan setiap hari ditemani anak semata wayangnya. Mulai Senin sampai Sabtu berjualan setelah waktu Ashar sampai pukul 18.00 WIB di sepanjang Jalan Durian sampai Jalan Ahmad Dahlan. Bahkan dulunya, saat car free day (CFD), mereka Jalan Jenderal Sudirman. Bahkan bisa sampai ke Jalan Ronggowarsito.

“Kalau pas CFD berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB. Jika CFD sudah mulai sepi, kami pun pulang. Lalu berjualan lagi setelah waktu Ashar,” ucapnya.

Meski tengah pandemi Covid-19,  Novriyanti mengaku harus tetap berjualan untuk menghidupi kehidupan mereka sehari-hari. Tapi ia juga harus melindungi anaknya Alif dari bahaya virus corona. Mereka mengenakan alat pelindung diri (APD).

Baca Juga:  WNI dari Hubei Dikarantina di Natuna

“Sesuai imbauan pemerintah untuk melindungi diri. Anak saya biar senang ditambah mainan tembak-tembakan. Biar tidak bosan,” sebutnya. Disinggung bantuan saat Covid-19, dirinya mengaku kerap mendapat bantuan. “Alhamdulillah banyak yang membantu sembako. Lupa berapa kali,” tuturnya.

Tahun ini, anaknya yang bernama Alif akan masuk sekolah dasar (SD). Sehingga ia harus bekerja lebih keras lagi. Diakuinya, hasil penjualan sejak Covid-19 menurun. “Hasil jualan kalau dulu bisa Rp100 ribu. Sekarang Rp50 ribu sampai Rp70 ribu saja,” terangnya.(bersambung)

Laporan SOFIAH, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari