Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Muhammadiyah Berjasa Besar Jaga NKRI

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan jasa para pimpinan Muhammadiyah dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu diungkapkan saat hadir dalam perayaan Milad ke-107 Muhammadiyah di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ, Selasa (19/11).

Menurut politikus asal Prambanan, Klaten Jawa Tengah itu, peran pimpinan Muhammadiyah menjaga tetap utuhnya NKRI sangatlah besar. Kasman Singodimedjo misalnya, dia adalah pimpinan Muhammadiyah, yang menguasai bidang hukum.

Kasman merupakan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Salah satu jasa besarnya bagi bangsa Indonesia adalah turut meletakkan dasar-dasar penyusunan konstitusi. Bersama Ki. Bagus Hadikusumo dan KH. Wahid Hasyim. Kasman berperan besar menerima keberatan kelompok Indonesia timur atas 7 kata dalam piagam Jakarta, dan mengubahnya menjadi bunyi sila pertama Pancasila seperti sekarang ini.

"Kalau saja, Mr. Kasman, Ki Bagus Hadikusumo dan KH. Wahid Hasyim menolak penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta, apa jadinya Indonesia waktu itu. Mungkin umur proklamasi 17 Agustus tidak akan sepanjang sekarang," kata Hidayat.

Baca Juga:  Kunni: Bicara Tradisi, Bicara Perempuan

Selain Mr. Kasman dan Ki. Bagus Hadikusumo, kata Hidayat pimpinan Muhammadiyah yang juga berjasa terhadap NKRI adalah Panglima Besar Soedirman. Dalam kondisi sakit paru-paru yang sangat parah, Soedirman tetap berjuang memimpin perang gerilya. Dengan keberanian tersebut, keberadaan Indonesia masih tetap diakui dunia.

Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid, saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar di hadapan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Jakarta. Acara tersebut berlangsung di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ, Selasa (19/11).

Ikut hadir pada acara tersebut, anggota Fraksi PKS MPR RI Dr. Mardani Ali Sera, Wakil Rektor UMJ Bidang Kemahasiswaan Dr. Misriandi serta Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Dr. Iswan.

Selain pimpinan Muhammadiyah yang memang menguasai ilmu agama, menurut Hidayat ulama-ulama di luar Muhammadiyah juga sangat banyak yang ikut memberi kontribusi terhadap tegaknya NKRI.

Baca Juga:  Warga 50 Kota Ditemukan Tergeletak di Pinggir Jalan di Kampar

Sebut saja KH. Hasyim Asy’ari, ulama NU yang mencetuskan resolusi jihad sehingga muncul perlawanan 10 Oktober serta Muhamad Natsir, tokoh Islam yang dikenal dengan Mosi Integral. Natsir berusaha menyampaikan gagasan menolak RIS kepada Mohammad Hatta.

RIS sebelumnya dikukuhkan Belanda melalui Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 1949 dan memecah Indonesia menjadi 16 negara bagian. Usaha Mohamad Natsir akhirnya diterima oleh Soekarno kemudian Indonesia kembali menjadi NKRI.

Melihat perjalanan sejarah tersebut, menurut Hidayat dikotomi antara Islam dan Indonesia tak perlu dipersoalkan. Karena sejak awal, umat Islam sudah ikut berjuang demi tegaknya bangsa Indonesia.

"Saya tidak habis pikir, masih ada orang yang takut terhadap Islam. Mana mungkin orang yang dulu berjuang dan berkorban demi bangsanya, kini membuat kerusakan. Maka kita harus mempelajari sejarah, untuk bisa melihat persoalan ini secara lebih jelas," kata Hidayat menambahkan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan jasa para pimpinan Muhammadiyah dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu diungkapkan saat hadir dalam perayaan Milad ke-107 Muhammadiyah di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ, Selasa (19/11).

Menurut politikus asal Prambanan, Klaten Jawa Tengah itu, peran pimpinan Muhammadiyah menjaga tetap utuhnya NKRI sangatlah besar. Kasman Singodimedjo misalnya, dia adalah pimpinan Muhammadiyah, yang menguasai bidang hukum.

- Advertisement -

Kasman merupakan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Salah satu jasa besarnya bagi bangsa Indonesia adalah turut meletakkan dasar-dasar penyusunan konstitusi. Bersama Ki. Bagus Hadikusumo dan KH. Wahid Hasyim. Kasman berperan besar menerima keberatan kelompok Indonesia timur atas 7 kata dalam piagam Jakarta, dan mengubahnya menjadi bunyi sila pertama Pancasila seperti sekarang ini.

"Kalau saja, Mr. Kasman, Ki Bagus Hadikusumo dan KH. Wahid Hasyim menolak penghapusan 7 kata dalam piagam Jakarta, apa jadinya Indonesia waktu itu. Mungkin umur proklamasi 17 Agustus tidak akan sepanjang sekarang," kata Hidayat.

- Advertisement -
Baca Juga:  Tahun Depan Target Produksi Massal Drone Elang Hitam

Selain Mr. Kasman dan Ki. Bagus Hadikusumo, kata Hidayat pimpinan Muhammadiyah yang juga berjasa terhadap NKRI adalah Panglima Besar Soedirman. Dalam kondisi sakit paru-paru yang sangat parah, Soedirman tetap berjuang memimpin perang gerilya. Dengan keberanian tersebut, keberadaan Indonesia masih tetap diakui dunia.

Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid, saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar di hadapan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Jakarta. Acara tersebut berlangsung di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ, Selasa (19/11).

Ikut hadir pada acara tersebut, anggota Fraksi PKS MPR RI Dr. Mardani Ali Sera, Wakil Rektor UMJ Bidang Kemahasiswaan Dr. Misriandi serta Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Dr. Iswan.

Selain pimpinan Muhammadiyah yang memang menguasai ilmu agama, menurut Hidayat ulama-ulama di luar Muhammadiyah juga sangat banyak yang ikut memberi kontribusi terhadap tegaknya NKRI.

Baca Juga:  Kunni: Bicara Tradisi, Bicara Perempuan

Sebut saja KH. Hasyim Asy’ari, ulama NU yang mencetuskan resolusi jihad sehingga muncul perlawanan 10 Oktober serta Muhamad Natsir, tokoh Islam yang dikenal dengan Mosi Integral. Natsir berusaha menyampaikan gagasan menolak RIS kepada Mohammad Hatta.

RIS sebelumnya dikukuhkan Belanda melalui Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 1949 dan memecah Indonesia menjadi 16 negara bagian. Usaha Mohamad Natsir akhirnya diterima oleh Soekarno kemudian Indonesia kembali menjadi NKRI.

Melihat perjalanan sejarah tersebut, menurut Hidayat dikotomi antara Islam dan Indonesia tak perlu dipersoalkan. Karena sejak awal, umat Islam sudah ikut berjuang demi tegaknya bangsa Indonesia.

"Saya tidak habis pikir, masih ada orang yang takut terhadap Islam. Mana mungkin orang yang dulu berjuang dan berkorban demi bangsanya, kini membuat kerusakan. Maka kita harus mempelajari sejarah, untuk bisa melihat persoalan ini secara lebih jelas," kata Hidayat menambahkan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari