JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Indonesia rentan terhadap serangan siber. Dari data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang 2018 terdapat 232 juta serangan siber.
Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi, dan Forensik BSSN Brigjen TNI Bondan Widiawan mengungkapkan, jumlah persis serangan tersebut adalah 232.447.974 kali. Serangan terbanyak bersumber dari dalam Indonesia. Targetnya pun layanan internet Indonesia.
"Dari Indonesia untuk Indonesia," ungkapnya dalam ASEAN CISO Forum 2019 di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kemarin (19/9).
Jika dibandingkan dengan 2015, jumlah tersebut meningkat signifikan. Saat itu ada 28 juta serangan siber. Untuk tahun ini, BSSN mengungkapkan bahwa serangan tersebut masih sering terjadi. Menurut Bondan, 64 persen serangan siber tahun ini merupakan aktivitas Trojan. Data tersebut merupakan hasil pantauan Mata Garuda BSSN.
Bondan menjelaskan, aktivitas Trojan tersebut menggali informasi dari device atau peranti yang menjadi target.
"Bahkan, Trojan bisa me-manage device kita," katanya.
Sebab, Trojan memiliki kepentingan supaya peranti yang diserang tetap stabil, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal, Trojan terus menggali data atau informasi.
Menurut dia, ancaman serangan siber di ASEAN adalah IP (internet protocol) data record. Apalagi, saat ini komunikasi masyarakat sudah berbasis data. Baik instant message (chat) maupun panggilan suara atau audio berbasis data internet. Masyarakat sudah jarang berkomunikasi dengan menggunakan SMS atau panggilan suara telepon. Serangan berupa IP data record bisa dimanfaatkan untuk profiling seseorang.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Indonesia rentan terhadap serangan siber. Dari data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang 2018 terdapat 232 juta serangan siber.
Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi, dan Forensik BSSN Brigjen TNI Bondan Widiawan mengungkapkan, jumlah persis serangan tersebut adalah 232.447.974 kali. Serangan terbanyak bersumber dari dalam Indonesia. Targetnya pun layanan internet Indonesia.
- Advertisement -
"Dari Indonesia untuk Indonesia," ungkapnya dalam ASEAN CISO Forum 2019 di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kemarin (19/9).
Jika dibandingkan dengan 2015, jumlah tersebut meningkat signifikan. Saat itu ada 28 juta serangan siber. Untuk tahun ini, BSSN mengungkapkan bahwa serangan tersebut masih sering terjadi. Menurut Bondan, 64 persen serangan siber tahun ini merupakan aktivitas Trojan. Data tersebut merupakan hasil pantauan Mata Garuda BSSN.
- Advertisement -
Bondan menjelaskan, aktivitas Trojan tersebut menggali informasi dari device atau peranti yang menjadi target.
"Bahkan, Trojan bisa me-manage device kita," katanya.
Sebab, Trojan memiliki kepentingan supaya peranti yang diserang tetap stabil, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal, Trojan terus menggali data atau informasi.
Menurut dia, ancaman serangan siber di ASEAN adalah IP (internet protocol) data record. Apalagi, saat ini komunikasi masyarakat sudah berbasis data. Baik instant message (chat) maupun panggilan suara atau audio berbasis data internet. Masyarakat sudah jarang berkomunikasi dengan menggunakan SMS atau panggilan suara telepon. Serangan berupa IP data record bisa dimanfaatkan untuk profiling seseorang.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi