Minggu, 7 Juli 2024

Omzet Turun, Penyakit Kulit Mengintai

Dua tahun sudah kondisi Jalan Teratai, Pasar Kodim Pekanbaru menjadi sasaran proyek galian pipa bawah tanah. Sayangnya, hingga kini kondisi jalan masih menganga. Kerusakan di sekitar galian jadi bencana besar bagi masyarakat sekitar dan warga yang melintas. Khususnya bagi yang memiliki usaha di jalan tersebut. Selama dua tahun ini, berbagai kerugian materil dan nonmateril terpaksa mereka tanggung sendiri.
 

(RIAUPOS.CO) – Di musim hujan seperti sekarang, warga di sekitar harus merasakan genangan yang muncul akibat penggalian tersebut. Jalan pun sampai tak terlihat akibat genangan yang baru akan surut dalam waktu beberapa jam tersebut. Sebaliknya, di musim panas, debu yang beterbangan menjadi pemandangan yang tak terelakkan. Salah satu penghuni ruko di jalan tersebut, Rijal, mengaku tak bisa berbuat banyak dengan kondisi jalan di depan usaha ponselnya.

- Advertisement -

Ia tak menyangka proyek yang niatnya baik ini justru berdampak buruk pada usahanya. Meski masih ada pengendara yang melintas, namun jumlahnya tak seramai dulu. Omzet kios ponselnya pun terjun bebas semenjak proyek tersebut menjajah.

“Kerugian paling terasa ya omzetlah yang menurun. Aktivitas jual beli berkurang di sini karena becek,” ujarnya kepada Riau Pos.

Adapun penurunan omzet diper­kirakannya mencapai 40 persen. Angka tersebut terbilang besar bagi seorang pengusaha seperti dirinya. Terlebih ia dan keluarga menggantungkan hidupnya dari usaha ponsel tersebut.

- Advertisement -

“Ya ini tempat kami cari nafkah. Terasa kalilah kerugiannya,” sambungnya lagi.

Baca Juga:  Anak 6-11 Bisa Divaksin Covid-19, Orang Tua Tak Usah Ragu

Namun, ia mengaku tak bisa berbuat banyak. Ia tetap bertahan dan berjualan seperti biasa, berharap masih ada pembeli yang mampir.

“Tetap buka. Memanfaatkan apa yang ada aja,” ujarnya.

Tak jarang, Rijal turun tangan langsung menyiram kondisi jalan apabila tengah kering dan berdebu. Jika becek, ia pun mendapatkan kerja tambahan membersihkan trotoar depan rumahnya yang ikut kotor.

“Kadang ya gimana kan, namanya becek, orang naik ke trotoar depan rumah. Jejak-jejaknya itu kan mengotori. Terpaksa kita bersihkan dulu. Nambah kerjaan sebenarnya. Itulah yang kita rasakan sekarang,” paparnya.

Selain kerugian materil, ia juga bercerita bahwa penyakit kulit mengintai ia dan keluarga semenjak proyek yang tepat di depan rukonya tersebut dimulai. Kondisi jalan yang sering lembab dan tergenang air kotor dinilainya menjadi sarang penyakit yang berdampak pada kulit.  

“Yang paling terasa kali penyakit kulit. Gatal-gatal karena genangan air, efek dari galian ini. Ada juga dampak dari sananya,” sambungnya lagi.

Di samping itu, pria berusia 38 tahun ini juga sering melihat  pengendara roda dua yang mengalami ringsek di area galian tersebut. Hal ini diakibatkan jalan berlubang yang tak terlihat di malam hari terlebih jika ada genangan air.  

“Di dekat Jalan Teratai arah ke dalam Pasar Kodim ini terasa kali beceknya. Ada juga orang kecebur di sana karena parit yang dibuka nggak ditutup lagi,” jelasnya.

Baca Juga:  Pangeran William Sambut Penyelidikan Wawancara "Jebakan" Putri Diana

Satu di antara pengendara yang pernah mengalami kejadian buruk tersebut adalah Albert. Meski mengaku telah berhati-hati, namun nasib nahas tak bisa ia hindari.

“Waktu itu lewat sana setelah hujan. Kondisi jalan licin dan tergenang. Jadi lubang tu nggak tampak lagi. Akibatnya terpuruklah motor kami. Untung ada yang menolong,” kenangnya.

Luka-luka ringan di tangan dan baret di motor pun terpaksa ia rasakan. Sempat ada trauma dalam dirinya pascakejadian itu. Ia mengaku kaget dan shock. Sehingga, semenjak itu, sebisa mungkin ia menghindari melintas di titik-titik galian tersebut.

“Sebisa mungkin menghindari. Cari jalan lain. Atau kalau pun harus lewat sini, saya biasanya pelan-pelan kali karena masih ada trauma setelah jatuh kemarin,” terangnya lagi.

Baik Rijal maupun Albert sama-sama mengharapkan proyek cepat selesai. Terlebih proyek sejenis di Jalan Seroja dan Jalan Cempaka yang tak jauh dari situ juga sudah mulai berakhir.

‘’Sampai sekarang kami masih menunggu saja. Kalau dilihat Jalan Seroja dan Jalan Cempaka sudah mulai normal kondisinya. Semoga ada upaya untuk diselesaikan segera proyek ini,” harap Rijal.

Ia sebelumnya pernah menyampaikan unek-uneknya kepada pekerja galian. Namun, tak ada respon hingga saat ini.

“Ada nengok yang baju seragam proyek itu, sempat juga bilang ke mereka. Minimal hilangkanlah genangannya. Tapi karena mereka cuma orang lapangan, ya nggak ada direspon sampai sekarang,” katanya.***

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru

Dua tahun sudah kondisi Jalan Teratai, Pasar Kodim Pekanbaru menjadi sasaran proyek galian pipa bawah tanah. Sayangnya, hingga kini kondisi jalan masih menganga. Kerusakan di sekitar galian jadi bencana besar bagi masyarakat sekitar dan warga yang melintas. Khususnya bagi yang memiliki usaha di jalan tersebut. Selama dua tahun ini, berbagai kerugian materil dan nonmateril terpaksa mereka tanggung sendiri.
 

(RIAUPOS.CO) – Di musim hujan seperti sekarang, warga di sekitar harus merasakan genangan yang muncul akibat penggalian tersebut. Jalan pun sampai tak terlihat akibat genangan yang baru akan surut dalam waktu beberapa jam tersebut. Sebaliknya, di musim panas, debu yang beterbangan menjadi pemandangan yang tak terelakkan. Salah satu penghuni ruko di jalan tersebut, Rijal, mengaku tak bisa berbuat banyak dengan kondisi jalan di depan usaha ponselnya.

Ia tak menyangka proyek yang niatnya baik ini justru berdampak buruk pada usahanya. Meski masih ada pengendara yang melintas, namun jumlahnya tak seramai dulu. Omzet kios ponselnya pun terjun bebas semenjak proyek tersebut menjajah.

“Kerugian paling terasa ya omzetlah yang menurun. Aktivitas jual beli berkurang di sini karena becek,” ujarnya kepada Riau Pos.

Adapun penurunan omzet diper­kirakannya mencapai 40 persen. Angka tersebut terbilang besar bagi seorang pengusaha seperti dirinya. Terlebih ia dan keluarga menggantungkan hidupnya dari usaha ponsel tersebut.

“Ya ini tempat kami cari nafkah. Terasa kalilah kerugiannya,” sambungnya lagi.

Baca Juga:  Pertegas Penanganan Karhutla melalui Perda

Namun, ia mengaku tak bisa berbuat banyak. Ia tetap bertahan dan berjualan seperti biasa, berharap masih ada pembeli yang mampir.

“Tetap buka. Memanfaatkan apa yang ada aja,” ujarnya.

Tak jarang, Rijal turun tangan langsung menyiram kondisi jalan apabila tengah kering dan berdebu. Jika becek, ia pun mendapatkan kerja tambahan membersihkan trotoar depan rumahnya yang ikut kotor.

“Kadang ya gimana kan, namanya becek, orang naik ke trotoar depan rumah. Jejak-jejaknya itu kan mengotori. Terpaksa kita bersihkan dulu. Nambah kerjaan sebenarnya. Itulah yang kita rasakan sekarang,” paparnya.

Selain kerugian materil, ia juga bercerita bahwa penyakit kulit mengintai ia dan keluarga semenjak proyek yang tepat di depan rukonya tersebut dimulai. Kondisi jalan yang sering lembab dan tergenang air kotor dinilainya menjadi sarang penyakit yang berdampak pada kulit.  

“Yang paling terasa kali penyakit kulit. Gatal-gatal karena genangan air, efek dari galian ini. Ada juga dampak dari sananya,” sambungnya lagi.

Di samping itu, pria berusia 38 tahun ini juga sering melihat  pengendara roda dua yang mengalami ringsek di area galian tersebut. Hal ini diakibatkan jalan berlubang yang tak terlihat di malam hari terlebih jika ada genangan air.  

“Di dekat Jalan Teratai arah ke dalam Pasar Kodim ini terasa kali beceknya. Ada juga orang kecebur di sana karena parit yang dibuka nggak ditutup lagi,” jelasnya.

Baca Juga:  Salawat Menggema, Dandim Bakar Semangat Masyarakat Tak Lupakan Sejarah

Satu di antara pengendara yang pernah mengalami kejadian buruk tersebut adalah Albert. Meski mengaku telah berhati-hati, namun nasib nahas tak bisa ia hindari.

“Waktu itu lewat sana setelah hujan. Kondisi jalan licin dan tergenang. Jadi lubang tu nggak tampak lagi. Akibatnya terpuruklah motor kami. Untung ada yang menolong,” kenangnya.

Luka-luka ringan di tangan dan baret di motor pun terpaksa ia rasakan. Sempat ada trauma dalam dirinya pascakejadian itu. Ia mengaku kaget dan shock. Sehingga, semenjak itu, sebisa mungkin ia menghindari melintas di titik-titik galian tersebut.

“Sebisa mungkin menghindari. Cari jalan lain. Atau kalau pun harus lewat sini, saya biasanya pelan-pelan kali karena masih ada trauma setelah jatuh kemarin,” terangnya lagi.

Baik Rijal maupun Albert sama-sama mengharapkan proyek cepat selesai. Terlebih proyek sejenis di Jalan Seroja dan Jalan Cempaka yang tak jauh dari situ juga sudah mulai berakhir.

‘’Sampai sekarang kami masih menunggu saja. Kalau dilihat Jalan Seroja dan Jalan Cempaka sudah mulai normal kondisinya. Semoga ada upaya untuk diselesaikan segera proyek ini,” harap Rijal.

Ia sebelumnya pernah menyampaikan unek-uneknya kepada pekerja galian. Namun, tak ada respon hingga saat ini.

“Ada nengok yang baju seragam proyek itu, sempat juga bilang ke mereka. Minimal hilangkanlah genangannya. Tapi karena mereka cuma orang lapangan, ya nggak ada direspon sampai sekarang,” katanya.***

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari