Jumat, 20 September 2024

10.615 Orang Sembuh dari Virus Corona, Antibodi Pasien Diteliti

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Jumlah korban meninggal dunia akobat virus corona jenis baru asal Wuhan, Tiongkok, sudah mencapai 1873 jiwa. Komisi Kesehatan Nasional China mencatat sudah 73 ribuan orang terinfeksi oleh virus COVID-19 itu.

Dalam laman South China Morning Post, Selasa (18/2), meski ada 1873 jiwa meninggal, namun 10.615 orang lainnya dinyatakan sembuh.

Bahkan, tren kasus baru yang terinfeksi diklaim turun. Hanya kurang lebih 1.800 pasien baru yang terinfeksi sesuai data, Selasa (18/2). Angka itu adalah terendah dari tren kasus baru selama ini. Biasanya setiap hari bisa muncul 3000-an kasus baru.

Otoritas kesehatan nasional China mengklaim, jumlah kasus baru yang menurun adalah tanda bahwa wabah itu terkendali. Namun, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penurunan tren itu harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati.

- Advertisement -
Baca Juga:  KPK Blak-blakan, Rekomendasinya Tidak Dijalankan Kementerian ESDM

“Tren dapat berubah. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah penurunan yang dilaporkan ini akan berlanjut. Setiap skenario masih di atas meja,” katanya kepada wartawan, Senin (17/2).

Plasma Pasien Sembuh Diteliti

- Advertisement -

Pejabat kesehatan China telah mendesak pasien yang pulih dari Coronavirus untuk menyumbangkan darah. Sehingga plasma mereka dapat diekstraksi untuk mengobati orang lain yang sakit kritis. Plasma dari pasien yang telah pulih dari radang pneumonia yang dipicu oleh COVID-19 mengandung antibodi yang dapat membantu mengurangi viral load pada pasien yang sakit kritis.

Menurut WHO, Coronavirus selama ini hanya menyebabkan penyakit ringan bagi 80 persen pasien yang terinfeksi. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa 14 persen pasien akan menderita penyakit parah seperti pneumonia. Sekitar 5 persen dari kasus dianggap kritis dengan kemungkinan kegagalan multi-organ, syok septik dan gagal pernapasan dan, dalam beberapa kasus terjadi kematian.

Baca Juga:  Subsidi Peserta Kelas III BPJS Kesehatan Bisa tanpa Memberatkan APBN

Tedros juga mengatakan ada kasus yang relatif sedikit terjadi di antara anak-anak. Hal itu masih diteliti penyebabnya. Angka kematian hanya 2 persen, lebih rendah dibandingkan dengan virus corona lain seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Jumlah korban meninggal dunia akobat virus corona jenis baru asal Wuhan, Tiongkok, sudah mencapai 1873 jiwa. Komisi Kesehatan Nasional China mencatat sudah 73 ribuan orang terinfeksi oleh virus COVID-19 itu.

Dalam laman South China Morning Post, Selasa (18/2), meski ada 1873 jiwa meninggal, namun 10.615 orang lainnya dinyatakan sembuh.

Bahkan, tren kasus baru yang terinfeksi diklaim turun. Hanya kurang lebih 1.800 pasien baru yang terinfeksi sesuai data, Selasa (18/2). Angka itu adalah terendah dari tren kasus baru selama ini. Biasanya setiap hari bisa muncul 3000-an kasus baru.

Otoritas kesehatan nasional China mengklaim, jumlah kasus baru yang menurun adalah tanda bahwa wabah itu terkendali. Namun, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penurunan tren itu harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati.

Baca Juga:  ASN Wajib Netral

“Tren dapat berubah. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah penurunan yang dilaporkan ini akan berlanjut. Setiap skenario masih di atas meja,” katanya kepada wartawan, Senin (17/2).

Plasma Pasien Sembuh Diteliti

Pejabat kesehatan China telah mendesak pasien yang pulih dari Coronavirus untuk menyumbangkan darah. Sehingga plasma mereka dapat diekstraksi untuk mengobati orang lain yang sakit kritis. Plasma dari pasien yang telah pulih dari radang pneumonia yang dipicu oleh COVID-19 mengandung antibodi yang dapat membantu mengurangi viral load pada pasien yang sakit kritis.

Menurut WHO, Coronavirus selama ini hanya menyebabkan penyakit ringan bagi 80 persen pasien yang terinfeksi. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa 14 persen pasien akan menderita penyakit parah seperti pneumonia. Sekitar 5 persen dari kasus dianggap kritis dengan kemungkinan kegagalan multi-organ, syok septik dan gagal pernapasan dan, dalam beberapa kasus terjadi kematian.

Baca Juga:  Harus Ubah UU, Terkait Rencana Jokowi Sederhanakan Jabatan Eselon

Tedros juga mengatakan ada kasus yang relatif sedikit terjadi di antara anak-anak. Hal itu masih diteliti penyebabnya. Angka kematian hanya 2 persen, lebih rendah dibandingkan dengan virus corona lain seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari