MEDAN (RIAUPOS.CO) — 'Teror' bangkai babi yang sempat meresahkan Desa Helvetia, Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, akhirnya terbongkar. Polisi berhasil meringkus pelaku Minggu (17/11) dini hari.
Pelaku berinisial SHB, 59, warga Jalan Turi Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Sehari-hari berprofesi sebagai pengemudi becak motor (betor). Ia sempat dicurigai atas barang bawaannya oleh masyarakat sekitar.
Selanjutnya, polisi menerima laporan tersebut, langsung terjun ke lokasi dan mengamankan SHB bersama becak motornya, Minggu dini hari, sekira pukul 01.30 WIB. Setelah dilakukan pengecekan dua karung beras berwarna putih berisi bangkai babi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan, Kompol Eko Hartanto menjelaskan, berdasarkan pengakuan pelaku, dia disuruh pemilik bangkai babi di Jalan Karya 7, Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal Deliserdang. Namun, SHB tidak mengenal pemilik bangkai hewan tersebut.
"Pelaku diberi upah Rp 500.000 untuk membuang bangkai babi tersebut," ungkap Kompol Eko Hartono, Minggu siang.
Setelah diamankan, petugas kepolisian memboyong pelaku bersama barang bukti berupa dua bangkai babi dan becak motor ke Kantor Polisi terdekat di Polsek Sunggal guna dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Seperti diketahui, ribuan ternak bagi mati di Sumatera Utara, di mana 11 kabupaten/kota mewabah virus hog colera. Belakangan, bangkai-bangkai babi ditemukan mengambang setelah sengaja dibuang di sungai, danau dan parit-parit Medan dan sekitarnya.
Sebelumnya, teror bangkai babi juga sempat mencemari aliran Sungai Bederah, dan Danau Siombak dan kawasan Pantai Labu, Deliserdang, Sumatera Utara.
Camat Pantai Labu, Irawadi Harahap menjelaskan, bangkai babi itu jumlahnya puluhan dengan beragam kondisi mulai dari yang masih baru hingga membusuk. Bangkai babi itu masuk ke kawasannya, sejak Selasa (12/11).
"Kemarin terakhir sekitar 32 bangkai sudah kami kuburkan secara gotong royong bersama masyarakat sekitar. Ada juga yang dibakar," ujar Irawadi, Jumat (14/11).
Jumlah itu lanjut Irawadi, belum yang masih ada di sungai. Saat ini masih banyak bangkai yang tersangkut. Belum kelihatan. "Kami kan di muara. Kami kan cuma nampung ini. Beberapa memang sudah ditarik pakai perahu nelayan," jelasnya.
Soal bangkai babi yang mulai banyak, sudah dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Deli Serdang. Namun sayangnya, mereka juga terhambat keterbatasan alat.
"Kami sudah lapor BPBD. Mereka sudah datang. Tetapi gak ada alat. Cuma cangkul saja. Karena mesti naik sampan ke sana," ungkapnya.
Irawadi menjelaskan kondisi ini membuat resah nelayan setempat yang mulai enggan melaut karena takut ikan tangkapan laut yang tercemar babi tidak laku.
"Masyarakat kami ini nelayan, mereka resah, penghasilan mereka anjlok. Ini sedang dipikirkan langkah penanganannya," jelasnya.
Namun, dia mengakui memang ada sejumlah warga Pantai Labu juga beternak babi dan ada ternaknya mati. "Sudah ada. Kami minta untuk dikubur. Kami minta tolong dan kasih sanksi tegas. Jika dibuang ada pidananya," tandasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal