JAKARTA (RIAUPOS.COM) — Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut masih sulit untuk membuat hujan buatan di sejumlah wilayah yang terpapar karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Berdasar itu, proses pemadaman di wilayah yang terpapar karhutla masih dengan pengeboman air atau water bombing dari helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BNPB sendiri mencatat enam provinsi masih terpapar karhutla. Wilayah tersebut di antaranya Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
“Sudah membuat teknologi hujan buatan yang disiapkan oleh BPPT bersama BNPB dan BMKG mendukung. Persoalannya saat ini untuk membuat hujan buatan itu perlu bibit-bibit awan. Tadi kalau kita lihat citra satelit dari Himawari saat ini, di atas kepulauan Indonesia itu bersih tidak terlihat ada awan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kantornya, Jalan Angkasa I, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (16/8).
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu menyebut, pihaknya telah melakukan koordinasi bersama BNPB, BPPT, dan TNI untuk melakukan hujan buatan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi karhutla serta kabut asap.
Oleh karena itu, BMKG di wilayah setempat terus melakukan pemantauan untuk bisa melakukan koordinasi terkait rencana dilakukannya hujan buatan. Sebab perlu dilakukan analisis secara rinci terkait kondisi awan di wilayah terpapar karhutla.
“Jadi kalau untuk membuat hujan buatan itu perlu kondisi cuaca yang mendukung. Diharapkan ada analisis yang sifatnya lokal,” tegas Dwikorita.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, drg Widyawati menuturkan, asap karhutla berdampak pada kesehatan. Berdasar laporan tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau, karhutla mengakibatkan masyarakat menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Bahkan sudah 9.630 pasien yang dirawat akibat ISPA. Pasien tersebut berasal dari 12 kota/kabupaten sekitar Provinsi Riau. Untuk mengatasi hal itu, Kemenkes mengirimkan masker.
“Kemenkes telah mengirimkan 300 ribu masker untuk dibagikan kepada masyarakat terdampak,” ucap Widyawati.
Dinkes Riau juga telah mendirikan pos kesehatan dan melayani masyarakat terdampak karhutla. Mereka melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat tentang dampak asap, memberikan pelayanan kesehatan kepada petugas pemadam kebakaran, mendistribusikan obat, dan melakukan sosialisasi melalui media massa.
Untuk menjamin ketersediaan obat, tim Dinkes Riau sudah menghitung kebutuhan obat dan perbekalan lain. “Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes siap memenuhi kebutuhan obat bila sewaktu-waktu ada permintaan dari daerah,” pungkas Widyawati.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal