Senin, 7 Juli 2025
spot_img

Mahasiswa Mengaku Salah Jurusan, Banyak Sarjana yang Penting Lulus

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€“ Meningkatnya jumlah sarjana yang menganggur tidak terlepas dari sistem pendidikan yang hanya fokus mengejar nilai kognisi. Melupakan pengembangan karakter yang meliputi akhlak, kecakapan, kreativitas, kemandirian, dan sikap bertanggung jawab. Pernyataan itu disampaikan oleh Dekan Psikologi Universitas Mercu Buana Muhammad Iqbal dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, kemarin (14/12).

Iqbal menunjukkan data Badan Pusat Statisk (BPS) tentang jumlah penganggur per Februari 2019 yang memang menurun jika dibandingkan dengan dua tahun lalu. Namun, dari sisi pendidikan, jumlah lulusan diploma dan universitas ternyata bertambah. Ujian yang dilakukan dianggap hanya menilai seberapa jauh seorang anak menangkap kurikulum, tapi tidak mampu menilai kecerdasan secara umum.

Baca Juga:  MA Jatuhkan Sanksi Kepada 179 Hakim Sepanjang 2019

Menurut survei Indonesia Career Center Network (ICCN) pada 2017, 87 persen mahasiswa Indonesia mengaku salah jurusan. Mengapa demikian? Iqbal menuturkan, para lulusan SMA tersebut lebih memikirkan gengsi masuk ke perguruan tinggi ternama. โ€Jurusannya entah apa aja. Terserah,โ€ imbuhnya.

Karena itu, ketika menjalani perkuliahan, mereka kelimpungan. Merasa tidak sesuai keinginan. Akhirnya, berpikir praktis. Yang penting lulus. Iqbal membenarkan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa sarjana belum tentu punya kompetensi.

โ€Kami sepakat, untuk menjadi orang sukses, tidak cukup dengan kompetensi. Tapi harus dengan akhlak dan sikap (karakter, Red). Itu yang saat ini harus disatukan dan dipadukan,โ€ tegasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Baca Juga:  Terkait Pembunuhan Jamal Khashoggi, Pangeran Salman Digugat di AS

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€“ Meningkatnya jumlah sarjana yang menganggur tidak terlepas dari sistem pendidikan yang hanya fokus mengejar nilai kognisi. Melupakan pengembangan karakter yang meliputi akhlak, kecakapan, kreativitas, kemandirian, dan sikap bertanggung jawab. Pernyataan itu disampaikan oleh Dekan Psikologi Universitas Mercu Buana Muhammad Iqbal dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, kemarin (14/12).

Iqbal menunjukkan data Badan Pusat Statisk (BPS) tentang jumlah penganggur per Februari 2019 yang memang menurun jika dibandingkan dengan dua tahun lalu. Namun, dari sisi pendidikan, jumlah lulusan diploma dan universitas ternyata bertambah. Ujian yang dilakukan dianggap hanya menilai seberapa jauh seorang anak menangkap kurikulum, tapi tidak mampu menilai kecerdasan secara umum.

Baca Juga:  Guru Honorer K2 Lulus PG, Ada Kabar Gembira di Seleksi PPPK II Oktober

Menurut survei Indonesia Career Center Network (ICCN) pada 2017, 87 persen mahasiswa Indonesia mengaku salah jurusan. Mengapa demikian? Iqbal menuturkan, para lulusan SMA tersebut lebih memikirkan gengsi masuk ke perguruan tinggi ternama. โ€Jurusannya entah apa aja. Terserah,โ€ imbuhnya.

Karena itu, ketika menjalani perkuliahan, mereka kelimpungan. Merasa tidak sesuai keinginan. Akhirnya, berpikir praktis. Yang penting lulus. Iqbal membenarkan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa sarjana belum tentu punya kompetensi.

โ€Kami sepakat, untuk menjadi orang sukses, tidak cukup dengan kompetensi. Tapi harus dengan akhlak dan sikap (karakter, Red). Itu yang saat ini harus disatukan dan dipadukan,โ€ tegasnya.

- Advertisement -

 

Sumber: Jawapos.com

- Advertisement -
Baca Juga:  Kata Bamsoet, Idul Fitri Momen Perkuat Soliditas Kebangsaan

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) โ€“ Meningkatnya jumlah sarjana yang menganggur tidak terlepas dari sistem pendidikan yang hanya fokus mengejar nilai kognisi. Melupakan pengembangan karakter yang meliputi akhlak, kecakapan, kreativitas, kemandirian, dan sikap bertanggung jawab. Pernyataan itu disampaikan oleh Dekan Psikologi Universitas Mercu Buana Muhammad Iqbal dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, kemarin (14/12).

Iqbal menunjukkan data Badan Pusat Statisk (BPS) tentang jumlah penganggur per Februari 2019 yang memang menurun jika dibandingkan dengan dua tahun lalu. Namun, dari sisi pendidikan, jumlah lulusan diploma dan universitas ternyata bertambah. Ujian yang dilakukan dianggap hanya menilai seberapa jauh seorang anak menangkap kurikulum, tapi tidak mampu menilai kecerdasan secara umum.

Baca Juga:  Tak Menyangka Raih Emas, Ingin Seimbang antara Pendidikan dan Olahraga

Menurut survei Indonesia Career Center Network (ICCN) pada 2017, 87 persen mahasiswa Indonesia mengaku salah jurusan. Mengapa demikian? Iqbal menuturkan, para lulusan SMA tersebut lebih memikirkan gengsi masuk ke perguruan tinggi ternama. โ€Jurusannya entah apa aja. Terserah,โ€ imbuhnya.

Karena itu, ketika menjalani perkuliahan, mereka kelimpungan. Merasa tidak sesuai keinginan. Akhirnya, berpikir praktis. Yang penting lulus. Iqbal membenarkan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa sarjana belum tentu punya kompetensi.

โ€Kami sepakat, untuk menjadi orang sukses, tidak cukup dengan kompetensi. Tapi harus dengan akhlak dan sikap (karakter, Red). Itu yang saat ini harus disatukan dan dipadukan,โ€ tegasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Baca Juga:  Terkait Pembunuhan Jamal Khashoggi, Pangeran Salman Digugat di AS

Editor: E Sulaiman

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari