MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia Wisnu Tama yang diwakili Ketua COE (Calender of Event) Kemenparekraf Ety Reko Astuti bersama Bupati Pelalawan HM Harris secara resmi membuka pelaksanaan Festival Bono Surfing Internasional dan Bekudo Bono, Kamis (14/11) di Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti.
Iven pariwisata tahunan masyarakat Pelalawan yang masuk dalam kalender wisata nasional ini, diikuti tujuh peselancar mancanegara, dua di antaranya surfer wanita, yakni Claudia dari Inggris dan Nicky dari Afrika Selatan.
Sedangkan lima peselancar lainnya yakni peselancar asal Francis Antony Nicolas dan Fredic. Kemudian surver dari Hongkong Mike, dari Africa Selatan Daniel dan dari Marco Selandia Baru. Serta puluhan peselancar nasional seperti Bali, Kepri, Riau khususnya Pelalawan.
Kegiatan yang dimulai sejak tanggal 11 hingga 14 November ini, juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lainnya. Seperti pagelaran seni dan budaya daerah, lomba permainan tradisonal daerah yakni gasing hingga pelaksanaan festival musik jazz yang telah digelar di taman ruang publik krearif Kecamatan Pangkalan Kerinci.
Dalam sambutan Menparekraf RI, Wisnu Tama yang disampaikan Ketua COE (calender of event) Kemenparekraf RI Hesty Reko Astuti mengatakan, bahwa gelombang Bono ini adalah salah satu dari tiga agenda destinasi wisata di Riau yang masuk dalam kalender nasional 2020.
"Untuk itu, kita berharap melalui Festival Bono Surfing Internasional dan Bekudo Bono ini, dapat meningkatkan perekonomian daerah, khususnya masyarakat tempatan di kecamatan Teluk Meranti. Dan kita juga berharap agar Pemkab dan juga DPRD Pelalawan dapat meningkatkan anggaran untuk pengembangan pariwisata alam di Negeri Seiya Sekata ini," terangnya.
Diungkapkannya, bahwa dalam iven ini, pihaknya telah menganggarkn dana sebesar Rp1 miliar untuk membantu pengembangan wisata Bono, baik dari sisi promosi khususnya cross banner dan juga pembangunan sarana serta prasarana. Sedangkan pada tahun 2020 mendatang, Kemen Parekraf RI telah menganggarkan dana yakni DAK sebesar Rp2,6 miliar untuk pengembangan destinasi wisata Bono.
"Intinya, Kemenparekraf bersama pemerintah daerah sangat berkomitmen untuk meningkatkan pengembangan destinsi wisata Nasional khususnya wisata Bono di Pelalawan," sebutnya.
Sementara itu, Bupati Pelalawan HM Harris mengatakan, bahwa Pemkab Pelalawan melalui program Pelalawan Eksotis, terus berkomitmen untuk mengembangkan potensi wisata yang berada di Kabupaten Pelalawan, khususnya objek wisata Bono. Gelombang sepanjang 50 KM yang terjadi di sungai Kampar akibat dari pertemuan air laut dan air sungai, menjadi fenomena alam terhebat di dunia yang ada di Kecamatan Teluk Meranti. Kekuatan alam yang menggulung-gulung di sepanjang muara sungai Kampar yang masyarakat setempat menyebutnya Bono.
Dan dahsyatnya gelombang Bono ini yang mencapai lintasan 30 meter dan hanya ada di setengah bulan terakhir di bulan Oktober sampai Desember ini di dianggap penduduk setempat berunsur magis dan mistis. Masyarakat yang bermukim di sepanjang tepian sungai Kampar itu menyebutnya tujuh hantu.
"Namun, kita melihatnya secara berbeda, sehingga Bono kita perkenalkan kepada dunia, di berbagai pameran wisata internasional. Dan Alhamdulillah, saat ini Bono telah mendapat perhatian pengunjung. Tak sampai di situ, kita dari Pemkab Pelalawan juga mengundang peselancar kelas dunia untuk menguji kedahsyatan Bono. Sehingga melalui promosi yang gencar kitablakukan telah menjadikan gelombang Bono bukan saja menjadi ikon wisata Pelalawan, bahkan menjadi ikon wisata lokal hingga nasional," sebut Harris.
Dikatakan mantan Ketua Adkasi ini, bahwa untuk menggarap objek wisata Bono itu, Pemkab Pelalawan telah membangun sejumlah infrastruktur pendukungnya seperti menara pantau untuk mengamati Bono, membangun fasilitas fasilitas penginapan. Dan tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan putra putri penduduk lokal untuk dididik menjadi pemandu wisata dan memperkenalkan Bono dan kebudayaan lokal kepada para turis.
BERI SAMBUTAN: Ketua COE (Calender of Event) Kemenparekraf RI Hesty Reko Astuti saat memberikan sambutan.
Keseriusan Pemkab Pelalawan dalam mempromosikan Bono sebagai ikon wisata mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Potensi wisata bono dapat bersinergi dengan peningkatan kearifan budaya lokal yang pada akhirnya dapat berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat sebagai bagian dari pengembangan wisata tanah air.
"Potensi alam yang dimiliki Negeri Seiya Sekata seperti keunikan gelombang Bono ini, harus dimanfaatkan. Apalagi gelombang ini panjangnya bisa mencapai puluhan kilometer sehingga sangat berpotensi menarik wisatawan luar untuk datang berselancar (surfing). Alhasil, dengan promosi yang dilakukan Pemkab Pelalawan, maka saat ini telah cukup banyak para peselancar yang datang untuk melakukan surfing hingga satu jam lebih tanpa henti. Dan ini daya tarik utamanya gelombang Bono yang tak ditemukan di tempat lain," terangnya.
Hanya saja, sambung Bupati Pelalawan dua periode ini, bahwa perlu adanya penataan potensi daerah tersebut dengan menjadikannya paket-paket wisata. Karena untuk menarik wisatawan mancanegara datang menyaksikan bono, selain promosi, perlu penataan prasarana dan sarana. Mulai dari perhotelan, homestay bagi para wisatawan mancanegara, pondok-pondok tempat pemandian, sarana transportasi pantai dan sebagainya.
"Jadi selama ini, Pemerintah pusat menganjurkan bagaimana menarik investor luar datang ke daerah dan menanamkan investasinya. Namun ketika investasi itu datang, daerah hanya tinggal jadi penonton. Ini yang mau saya ciptakan agar peluang ini bisa direbut. Artinya, jangan sampai potensi yang ada ini malah dimanfaatkan orang luar dan masyarakat kita tetap jadi penonton. Diperkirakan untuk penataan sarana penunjang wisata bono sedikitnya perlu dana Rp5 miliar. Ini diluar infrastruktur jalan lintas bono," paparnya.
Harris mengatakan, bahwa potensi wisata itu bukan saja saat ada gelombang bono besar sejak September-Desember. Karena saat bono kecil, sepanjang kawasan itu jadi hamparan pantai yang bisa diciptakan wisata pantai yang juga menarik yakni pantai Ogis. Seperti paket tur wisata pantai menggunakan kendaraan khusus seperti ATV (All Terrain Vehicle) dan kehidupan dengan masyarakat tempatan. Apalagi di kawasan objek wisata bono, akan dijual berbagai kerajinan masyarakat tempatan seperti tikar pandan yang bisa digunakan untuk santai sambil menikmati ombak di pinggir pantai bono.
Dan kita dari Pemkab Pelalawan juga menyadari, dari semua keinginan itu, perbaikan dan pembangunan sarana infrastruktur jalan menjadi kunci utama berkembangnya objek wisata ini. Sehingga Pemkab kini telah menghitung berapa anggaran yang diperlukan. Ini memang seperti angan-angan, tapi inilah yang kita coba mewujudkannya. Paradigma di masyarakat, sebelumnya bono jadi hal yang menakutkan, kita balik dengan coba ciptakan jadi hal yang bermanfaat dengan menjadikannya objek wisata.
Dan sebelumnya kata Harris, pihaknya telah mengundang empat menteri, yakni Menteri Koordionator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri PUPR. Dimana undangan ini bertujuan agar Pemerintah Pusat, khususnya Menteri PUPR dapat melihat kondisi infrastruktur jalan lintas bono yang perlukan untuk pengembangan potensi wisata ini.
Hanya saja, karena jalan lintas Bono ini menjadi aset Pemrov Riau, sehingga Pemerintah Pusat meminta agar Pemprov Riau dapat segera mengajukan proposal bantuan dana lintas bono tersebut. "Dan kita telah berkoordinasi dengan Pemprov Riau sehingga perbaikan dan pembangunn jalan lintas bono ini dapt segera dirampungkan," bebernya seraya menyebutkan ada kurang lebih 30 km jalan lintas Bono yang perlu dilakukan perbaikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Kadisbuppora), Andi Yuliandri SKom mengatakan, bahwa selain promosi, faktor pendukung juga harus disediakan. Sejauh ini, ombak bono yang terletak di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan telah dikenal sebagai objek wisata andalan bagi masyarakat Riau dan telah berulang kali dikunjungi para wisatawan asing. Khususnya para surfer, baik lokal, nasional hingga mancanegara yang datang untuk mencoba kedahsyatan gelombang bono.
Sedangkan belum lama ini, telah dilakukan perekrutan 10 warga kecamatan Teluk Meranti oleh KemenParekraf untuk mengikuti pelaksanaan pelatihan rescue dan juga surfing dasar yang berlangsung sejak 7-14 Maret lalu di Cimaja Banyuwangi Jawa Timur. Dan ini semua tidak terlepas dari upaya Bupati Pelalawan M Harris untuk terus mempromosikan keajabian dunia yakni gelombang Bono ini kepada dunia melalui Pemerintah Pusat.
"Dengan lobi Pak Bupati tersebut, maka Pemerintah Pusat melalui Kemen Parekraf RI memberikan pelatihan kepada 10 warga Bono kecamatan Teluk Meranti ini, guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang handal untuk menyiapkan dan mewujudkan Objek Wisata Bono menjadi objek wisata andalan dunia," ujarnya.
Tentunya kata Andi, dengan adanya pelatihan rescue dan juga surfing dasar ini, diharapkan kedepannya pengelolaan objek WIsata Bono ini akan menjadi lebih baik lagi sehingga dapat menarik minat para pelancong dunia untuk mengunjungi objek wisata kebanggaan masyarakat Provinsi Riau khususnya Pelalawan.