Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Kabut Asap Parah, Jarak Pandang di Palembang Hanya 50 Meter

PALEMBANG (RIAUPOS.CO) – Kabut asap parah akibat kebakaran dan hutan (karhutla) melanda Kota Palembang, Senin (14/10/2019). Saking parahnya, jarak pandangan berkisar 50-150 meter. Akibatnya selain berdampak terhadap aktivitas warga, penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II juga terganggu.

Pantauan Sumatera Ekspres (Sumeks), akibat parahnya kondisi kabut asap pagi tadi, Jembatan Ampera dan stadion di Gelora Sriwijaya Jakabaring tidak terlihat karena ditelan asap. Begitu juga Sungai Musi seolah ''hilang'' meski dilihat dari Benteng Kuto Besak.

BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang mencatat, angin permukaan yang umumnya dari arah Timur–Tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37 km/jam) mengakibatkan potensi masuknya kabut asap ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya. Sementara titik panas berdasarkan pantauan satelit Lapan, terpantau di wilayah sebelah Tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen. Daerah yang berkontribusi membawa asap ke Kota Palembang yakni pada wilayah Banyu Asin 1, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji.

Total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen untuk wilayah Sumsel sebanyak 260 titik. Titik panas terbanyak pada wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan 139 titik panas dan Kabupaten Banyu Asin 67 titik panas. Kondisi ini menjadikan kondisi terekstrim selama berlangsungnya karhutla dengan indikasi kuantitas dan jarak pandang yang terjadi.

Baca Juga:  Putin Takut Barat Ingin Tampung Warga Afghanistan di Asia Tengah

"Intensitas asap (smoke) umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00). Ini karenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut,'' ujar Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Bambang Benny Setiaji dalam rilisnya kemarin.

Fenomena kabut asap sendiri, lanjut Bambang, diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara. Kondisi ini mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernapasan dan matahari terlihat berwarna oranye atua merah pada pagi dan sore hari. Hal ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah atau uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap (smog) yang umumnya terjadi pada pagi hari.

"Jarak pandang terendah pada pagi hari hanya 50-150 meter dari pukul 06.30-08.30 WIB dengan Kelembapan pada saat itu 95-96 persen dengan keadaan cuaca asap (smoke) yang berdampak 7 (delapan) penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay (tertunda, red),'' ungkapnya.

Baca Juga:  Izin Penyelenggaraan Umrah dan Haji Khusus Melalui BKPM

Secara Regional, lanjutnya, melemahnya badai tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut mengakibatkan adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah tersebut dari wilayah Indonesia. Hal ini mengakibatkan tetap menurunnya potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan atau 14-16 Oktober.

Sedangkan secara lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan. Biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang.

BMKG Sumsel menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi hari (pukul 04.00-08.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-20.00) seiring potensi peningkatan partikel udara kering di udara (asap) dan menurunnya jarak pandang. Selain itu, warga diimbau mengonsumsi banyak air saat beraktivitas di luar rumah untuk menjaga kesehatan dikarenakan udara akan terasa lebih terik pada siang hari karena posisi matahari berada di ekuator (khatulistiwa).(rls)

Editor: Firman Agus

PALEMBANG (RIAUPOS.CO) – Kabut asap parah akibat kebakaran dan hutan (karhutla) melanda Kota Palembang, Senin (14/10/2019). Saking parahnya, jarak pandangan berkisar 50-150 meter. Akibatnya selain berdampak terhadap aktivitas warga, penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II juga terganggu.

Pantauan Sumatera Ekspres (Sumeks), akibat parahnya kondisi kabut asap pagi tadi, Jembatan Ampera dan stadion di Gelora Sriwijaya Jakabaring tidak terlihat karena ditelan asap. Begitu juga Sungai Musi seolah ''hilang'' meski dilihat dari Benteng Kuto Besak.

- Advertisement -

BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang mencatat, angin permukaan yang umumnya dari arah Timur–Tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37 km/jam) mengakibatkan potensi masuknya kabut asap ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya. Sementara titik panas berdasarkan pantauan satelit Lapan, terpantau di wilayah sebelah Tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen. Daerah yang berkontribusi membawa asap ke Kota Palembang yakni pada wilayah Banyu Asin 1, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji.

Total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen untuk wilayah Sumsel sebanyak 260 titik. Titik panas terbanyak pada wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan 139 titik panas dan Kabupaten Banyu Asin 67 titik panas. Kondisi ini menjadikan kondisi terekstrim selama berlangsungnya karhutla dengan indikasi kuantitas dan jarak pandang yang terjadi.

- Advertisement -
Baca Juga:  Putin Takut Barat Ingin Tampung Warga Afghanistan di Asia Tengah

"Intensitas asap (smoke) umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00). Ini karenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut,'' ujar Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Bambang Benny Setiaji dalam rilisnya kemarin.

Fenomena kabut asap sendiri, lanjut Bambang, diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara. Kondisi ini mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernapasan dan matahari terlihat berwarna oranye atua merah pada pagi dan sore hari. Hal ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah atau uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap (smog) yang umumnya terjadi pada pagi hari.

"Jarak pandang terendah pada pagi hari hanya 50-150 meter dari pukul 06.30-08.30 WIB dengan Kelembapan pada saat itu 95-96 persen dengan keadaan cuaca asap (smoke) yang berdampak 7 (delapan) penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay (tertunda, red),'' ungkapnya.

Baca Juga:  Pengesahan RKUHP Ditunda, Muladi: Pokoknya Jangan Sampai Gagal

Secara Regional, lanjutnya, melemahnya badai tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut mengakibatkan adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah tersebut dari wilayah Indonesia. Hal ini mengakibatkan tetap menurunnya potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan atau 14-16 Oktober.

Sedangkan secara lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan. Biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang.

BMKG Sumsel menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi hari (pukul 04.00-08.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-20.00) seiring potensi peningkatan partikel udara kering di udara (asap) dan menurunnya jarak pandang. Selain itu, warga diimbau mengonsumsi banyak air saat beraktivitas di luar rumah untuk menjaga kesehatan dikarenakan udara akan terasa lebih terik pada siang hari karena posisi matahari berada di ekuator (khatulistiwa).(rls)

Editor: Firman Agus

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari