Rabu, 7 Mei 2025
spot_img

Trump Setuju “Bercerai” dengan Filipina

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bukan Donald Trump namanya kalau tidak melakukan tindakan kontroversial yang bikin geleng-geleng kepala. Di saat anak buahnya khawatir akan rencana Filipina mengakhiri perjanjian militer, presiden Amerika Serikat itu justru mengaku dengan senang hati menerimanya.

Seperti diketahui, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan pemutusan Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA) yang telah berusia dua dekade.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebut keputusan itu mencederai upaya Washington dan sekutunya dalam menekan Cina agar mematuhi aturan internasional di Asia. Kedutaan Besar AS di Manila menyebutnya sebagai langkah serius dengan implikasi yang signifikan. Namun, bagi Trump pembatalan perjanjian itu justru berdampak positif bagi Amerika Serikat. "Saya tidak keberatan jika mereka ingin melakukan itu, itu akan menghemat banyak uang," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (12/2).

Baca Juga:  Sudah Tiga Kali Denada Rayakan Lebaran di Singapura

Trump sering menyatakan keinginan untuk membawa pasukan militer AS pulang dari pengerahan selama puluhan tahun di luar negeri dan memiliki beberapa sekutu bersenjata yang kuat untuk membayar lebih banyak untuk hak pertahanan AS. Trump mengatakan Amerika Serikat telah membantu Filipina mengalahkan kelompok militan ISIS.

Keputusan Duterte dapat menyulitkan kepentingan militer AS di wilayah Asia-Pasifik yang lebih luas saat ambisi Cina meningkat. Beberapa senator Filipina dengan cepat berusaha untuk memblokir langkah itu, dengan alasan Duterte tidak punya hak untuk secara sepihak membatalkan pakta internasional yang telah diratifikasi oleh senat negara itu. Mengakhiri VFA mempersulit upaya Washington untuk mempertahankan kehadiran pasukan Asia-Pasifik di tengah gesekan atas kehadiran personel AS di Jepang dan Korea Selatan dan kekhawatiran keamanan tentang Cina dan Korea Utara.

Baca Juga:  Semua Jemaah Haji Riau Harus Tes Covid-19

"Seratus delapan puluh hari. Kita harus mengatasinya," ucap Duterte. Beberapa anggota parlemen di Filipina prihatin dengan kondisi ini.(jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bukan Donald Trump namanya kalau tidak melakukan tindakan kontroversial yang bikin geleng-geleng kepala. Di saat anak buahnya khawatir akan rencana Filipina mengakhiri perjanjian militer, presiden Amerika Serikat itu justru mengaku dengan senang hati menerimanya.

Seperti diketahui, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan pemutusan Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA) yang telah berusia dua dekade.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebut keputusan itu mencederai upaya Washington dan sekutunya dalam menekan Cina agar mematuhi aturan internasional di Asia. Kedutaan Besar AS di Manila menyebutnya sebagai langkah serius dengan implikasi yang signifikan. Namun, bagi Trump pembatalan perjanjian itu justru berdampak positif bagi Amerika Serikat. "Saya tidak keberatan jika mereka ingin melakukan itu, itu akan menghemat banyak uang," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (12/2).

Baca Juga:  6 Tersangka Pengibar Bendera Bintang Kejora Diserahkan ke Kejaksaan

Trump sering menyatakan keinginan untuk membawa pasukan militer AS pulang dari pengerahan selama puluhan tahun di luar negeri dan memiliki beberapa sekutu bersenjata yang kuat untuk membayar lebih banyak untuk hak pertahanan AS. Trump mengatakan Amerika Serikat telah membantu Filipina mengalahkan kelompok militan ISIS.

Keputusan Duterte dapat menyulitkan kepentingan militer AS di wilayah Asia-Pasifik yang lebih luas saat ambisi Cina meningkat. Beberapa senator Filipina dengan cepat berusaha untuk memblokir langkah itu, dengan alasan Duterte tidak punya hak untuk secara sepihak membatalkan pakta internasional yang telah diratifikasi oleh senat negara itu. Mengakhiri VFA mempersulit upaya Washington untuk mempertahankan kehadiran pasukan Asia-Pasifik di tengah gesekan atas kehadiran personel AS di Jepang dan Korea Selatan dan kekhawatiran keamanan tentang Cina dan Korea Utara.

Baca Juga:  Semua Jemaah Haji Riau Harus Tes Covid-19

"Seratus delapan puluh hari. Kita harus mengatasinya," ucap Duterte. Beberapa anggota parlemen di Filipina prihatin dengan kondisi ini.(jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Bukan Donald Trump namanya kalau tidak melakukan tindakan kontroversial yang bikin geleng-geleng kepala. Di saat anak buahnya khawatir akan rencana Filipina mengakhiri perjanjian militer, presiden Amerika Serikat itu justru mengaku dengan senang hati menerimanya.

Seperti diketahui, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengumumkan pemutusan Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA) yang telah berusia dua dekade.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyebut keputusan itu mencederai upaya Washington dan sekutunya dalam menekan Cina agar mematuhi aturan internasional di Asia. Kedutaan Besar AS di Manila menyebutnya sebagai langkah serius dengan implikasi yang signifikan. Namun, bagi Trump pembatalan perjanjian itu justru berdampak positif bagi Amerika Serikat. "Saya tidak keberatan jika mereka ingin melakukan itu, itu akan menghemat banyak uang," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (12/2).

Baca Juga:  Bamsoet Ajak Pemuda Tingkatkan Kualitas Demokrasi

Trump sering menyatakan keinginan untuk membawa pasukan militer AS pulang dari pengerahan selama puluhan tahun di luar negeri dan memiliki beberapa sekutu bersenjata yang kuat untuk membayar lebih banyak untuk hak pertahanan AS. Trump mengatakan Amerika Serikat telah membantu Filipina mengalahkan kelompok militan ISIS.

Keputusan Duterte dapat menyulitkan kepentingan militer AS di wilayah Asia-Pasifik yang lebih luas saat ambisi Cina meningkat. Beberapa senator Filipina dengan cepat berusaha untuk memblokir langkah itu, dengan alasan Duterte tidak punya hak untuk secara sepihak membatalkan pakta internasional yang telah diratifikasi oleh senat negara itu. Mengakhiri VFA mempersulit upaya Washington untuk mempertahankan kehadiran pasukan Asia-Pasifik di tengah gesekan atas kehadiran personel AS di Jepang dan Korea Selatan dan kekhawatiran keamanan tentang Cina dan Korea Utara.

Baca Juga:  Dana Desa Digunakan untuk Beli Mobil dan Nikah

"Seratus delapan puluh hari. Kita harus mengatasinya," ucap Duterte. Beberapa anggota parlemen di Filipina prihatin dengan kondisi ini.(jpg)

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari