BEIJING (RIAUPOS.CO) — Xi Jinping harus menelan lagi ucapannya. Selasa (11/2) Presiden Cina tersebut menyatakan bahwa usaha negaranya untuk mengontrol dan mencegah persebaran Covid-19 berbuah positif. Xi yakin Cina akan menang dalam melawan virus tersebut dan bakal lebih makmur.
"Saya rasa saat ini masih terlalu dini untuk memprediksi awal, pertengahan, dan akhir dari epidemi tersebut," ujar Kepala Program Kesehatan Darurat WHO Michael Ryan, menanggapi pernyataan Xi Jinping.
Apa yang ditakutkan Ryan menjadi kenyataan. Hanya dalam hitungan hari, Xi harus menenggak pil pahit. Bukannya menurun, jumlah penderita dan korban tewas akibat Covid-19 justru melonjak tajam. Agence France Presse melaporkan bahwa kemarin (13/2) ada 242 korban tewas baru. Itu adalah rekor kematian tertinggi dalam sehari. Total ada 1.355 orang.
Penduduk yang tertular juga melonjak tajam. Sehari sebelumnya ada 14.840 kasus penularan baru. Di Cina saja penderita virus yang berasal dari Wuhan, Hubei, itu mencapai hampir 60 ribu orang. Lonjakan kasus baru tersebut terjadi setelah Provinsi Hubei menggunakan metode diagnosis yang baru. Mereka tak hanya bergantung pada tes asam nukleat standar yang biasanya dipakai untuk menguji seseorang tertular Covid-19 atau tidak.
Orang-orang yang secara klinis menunjukkan tanda-tanda gejala tertular langsung dimasukkan daftar. Pun demikian dengan mereka yang menjalani uji CT scan dan hasilnya ada infeksi paru-paru. Sebanyak 135 di antara 242 kasus kematian kemarin adalah pasien yang terdeteksi lewat diagnosis klinis itu.
Perkembangan terbaru tersebut menunjukkan bahwa sejatinya penularan Covid-19 jauh lebih buruk daripada yang tampak selama ini. Gara-gara perkembangan buruk tersebut, dua pejabat tinggi akhirnya didepak.
Sekretaris Partai Komunis Hubei Jiang Chaoliang dipecat dan digantikan Wali Kota Shanghai Ying Yong. Kepala Partai Komunis Wuhan Ma Quoqiang bernasib sama. Dia harus rela menyerahkan posisinya ke salah seorang pejabat dari Shandong.
Penularan Covid-19 di luar Cina juga terus merangkak naik. Di Vietnam, Kota Son Loi kemarin diisolasi. Itu dilakukan setelah ada enam kasus penularan Covid-19 di desa-desa yang ada di Son Loi. Pemerintah Vietnam tak mau persebaran kian luas. Kota berpenduduk lebih dari 10 ribu jiwa itu langsung ditutup. Itu adalah karantina massal pertama di luar Cina akibat Covid-19.
"Itu akan berlangsung selama 20 hari ke depan." Demikian bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan Vietnam seperti dikutip Channel News Asia. Ada tempat-tempat pengecekan di sekeliling Son Loi. Setiap kendaraan yang berlalu lalang disemprot cairan disinfektan.
Di tempat terpisah, penularan di kapal pesiar Diamond Princess yang berada di perairan Yokohama juga belum berhenti. Ada 44 kasus baru. Total sudah ada 218 orang yang tertular dari 3.700-an penumpang dan kru di atas kapal. Jumlah itu bisa terus naik lantaran belum semua orang diperiksa. Pemeriksaan hanya dilakukan pada orang-orang yang berisiko tinggi dan mereka yang sudah menunjukkan gejala.
Saat ini vaksin untuk mengatasi Covid-19 belum keluar. Namun, WHO mengungkapkan bahwa Cina sedang menguji coba obat HIV dan ebola ke pasien yang tertular virus corona dari Wuhan. Dokter memberikan campuran Lopinavir dan Ritonavir ke beberapa pasien. Itu adalah obat untuk pasien yang tertular HIV. Rencananya sebagian pasien lainnya akan diberi Remdesivir. Obat itu diciptakan untuk mengatasi penyakit ebola.
"Kita akan tahu hasil percobaan ini dalam beberapa hari atau beberapa pekan ke depan," ujar Marie-Paule Kieny dari WHO.(sha/c10/dos/das)
Laporan JPG, Beijing