Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Vaksinator Presiden Gemetaran saat Menyuntik

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — RABU (13/1), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan vaksinasi Covid-19. Ini menjadi penanda vaksinasi Covid-19 di Tanah Air dimulai. Pada gelombang pertama ini, tenaga kesehatan yang mendapatkan SMS blast dari PEDULICOVID yang wajib divaksin.

Kemarin pukul 09.30 Presiden Jokowi keluar menuju tempat vaksinasi Covid-19 di Istana Merdeka. Jokowi yang memakai baju putih tertib mendatangi meja 1, meja 2, lalu disuntik vaksin di meja 3. Petugas kesehatan pun memperlakukan Jokowi seperti vaksinasi yang akan berjalan nanti. Harus mendapatkan tiket vaksin dan melalui meja-meja sesuai tahapannya. Prof Abdul Muthalib SpPD yang menjadi pemberi vaksin Jokowi. Tangannya gemetar saat menyuntikkan vaksin pertama.  "Nggak terasa sama sekali," jawab Jokowi ketika ditanya bagaimana rasanya.

Selesai mendapatkan vaksin, Jokowi mendapatkan semacam buku kecil. Ini tujuannya untuk vaksinasi kedua yang dilaksanakan 14 hari setelah vaksin pertama. Setelah itu, Kepala Negara masuk ke Istana Merdeka dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Selesai vaksin, dia akan dipantau 30 menit dan ternyata tak ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dialami Jokowi. Kemarin ada 21 orang yang divaksin Covid-19 pertama kali. Mereka adalah perwakilan dari unsur kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan perwakilan unsur masyarakat.

"Syukur alhamdulillah pagi tadi (kemarin pagi, red) sudah terlaksana dan vaksinasi berjalan baik," ungkap Jokowi.

Dia menceritakan rasa pegal terasa sekitar dua jam setelah disuntik. Namun rasa itu tak mengganggu. Hanya sedikit saja. Dia berharap seluruh rakyat bersedia divaksin. Sebab vaksin menjadi salah satu upaya bebas dari pandemi. Selain itu dia berpesan agar masyarakat sabar karena vaksinasi ini dilakukan bertahap.

"Vaksin ini gratis dan ingat tetap lakukan protokol kesehatan," katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengomentari kenapa vaksinator yang menyuntikkan vaksin terlihat gemetar. Menurutnya itu lantaran perasaan takut karena ini vaksin pertama dan langsung diberikan ke Presiden.

"Saya juga melihat," bebernya.

Pada keterangan persnya, Prof Abdul Muthalib SpPD  menjelaskan kenapa dia gemetar. Menurutnya itu lantaran dia menyuntik orang pertama yang mendapatkan vaksin Covid-19 di Indonesia.

"Tapi itu tidak jadi halangan bagi saya. Saat menyuntik tidak gemetar," ucapnya.

Bahkan pascapenyuntikan tak ada pendarahan sama sekali di bekas suntikannya. Pada kesempatan penyuntikan vaksin pertama juga ada Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Buya Amirsyah Tambunan yang turut divaksin. Usai disuntik vaksin buatan Sinovac dia menyampaikan tidak ada keluhan atau kondisi yang aneh-aneh. "Kita ini sudah terbiasa mengikuti imunisasi. Jadi saya anggap biasa saja," kata pria yang juga tokoh Muhammadiyah itu.

Sebelum menerima suntikan vaksin, Amirsyah mengatakan sempat ditanya enam pertanyaan. Semuanya terkait dengan riwayat kesehatan. Apakah sebelumnya pernah positif Covid-19, sakit ginjal, atau jantung, serta penyakti kronis lainnya. Pria 57 tahun itu bersyukur saat divaksin kondisi badannya sehat.

Bedanya kali ini vaksin dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Sehingga ada suasana atau nuansa yang sedikit berbeda dibandingkan vaksinasi-vaksinasi lainnya. Menurut dia vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu solusi nyata untuk keluar dari pandemi Covid-19.

Dia menegaskan sampai saat ini pandemi masih terjadi. Sehingga masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Dia juga berpesan kepada pemerintah supaya gencar mengedukasi masyarakat. Khususnya tentang pentingnya vaksinasi.

Amirsyah mengatakan MUI menghendaki program vaksinasi ini berjalan dengan aman dan nyaman bagi masyarakat."Vaksinasi jangan sampai (ada unsur, red) dipaksa," jelasnya.

Menurutnya dengan komunikasi serta sosialisasi yang baik, akan timbul kesadaran untuk bersedia di vaksin di kalangan umat. Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi mengaku tak merasakan gejala apapun usai menerima vaksinasi Covid-19, Rabu (13/1) pagi. Saat dihubungi sore, perempuan 58 tahun itu mengatakan tak ada reaksi yang muncul walau sekadar nyeri di bagian lengan yang suntik.  "Nggak ada rasane opo-opo ki Mbak. Kalau disuntik kan masih ada ya. Ini nggak ngilu, kan tangan kiri yang divaksin, saya pegang hape biasa aja," tuturnya.

Baca Juga:  Pastikan Kesiapan Akhir Tahun, Wakil Kepala SKK Migas Kunjungi Terminal Dumai

Usai divaksin, tidak ada pesan khusus yang disampaikan padanya oleh pihak dokter. Tapi, ia sempat proses observasi selama kurang lebih 30-60 menit. Karena tak ada gelaja apapun, ia pun dibolehkan pulang. Ia hanya diberitahu bahwa untuk penyuntikan kedua bakal dilaksanakan pada 27 Januari 2021. "Tidak ada ya. Cuma ya dibilang, kalau ada apa-apa bisa hubungi ini. Sangat komunikatif dan tetap diawasi setelah vaksin," jelas perempuan yang akrab disapa Uni tersebut.

Lebih lanjut Uni mengajak semua pihak terutama guru guru, orang tua, anak-anak, dan mahasiswa untuk mau divaksin. Menurutnya, tidak perlu takut untuk mendapat vaksinasi Covdi-19. Sebab, apapun jenis vaksinnya nanti, pasti sudah melewati proses riset. Kemudian, harus melewati proses uji oleh BPOM untuk mendapatkan EUA dan kehalalan dari MUI sebelum diberikan pada masyarakat.

"Ini kan ikhtiar bersama untuk melawan pandemi. Kalau kebiasaan selalu curiga gak ada habisnya," paparnya.

Namun diakuinya, setelah dirinya divaksin perdana, banyak guru yang akhirnya percaya dan mengaku siap untuk mendapat vaksinasi. Pesan itu diterima olehnya langsung melalui pesan singkat. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mendapat giliran nomor 2 dalam vaksinasi kali ini.  Dia menyatakan bahwa unsur profesi kesehatan mendukung vaksinasi ini. Terbukti tiga unsur profesi kesehatan datang.

"Dari IDI ada saya. Kemudian unsur perawat ketua PPNI ke Pak Arif Fadila, kemudian dari unsur bidan itu Ibu Ade," katanya.

Dengan keterwakilan ini, harapannya tenaga kesehatan mau untuk divaksin. "Prioritas tenaga kesehatan itu karena rentan banget. Setiap hari melayani pasien Covid-19," imbuhnya.

Dia menjelaskan bahwa PB IDI sudah mengeluarkan maklumat untuk dokter. Isinya PB IDI meminta untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 karena fungsinya untuk melindungi dari infeksi virus SARS Cov-2. Daeng juga meminta agar polemik penolakan bisa diakhiri karena  BPOM yang menyatakan aman dan efektif. Selain itu MUI juga menyatakan suci dan halal.

Setelah vaksinasi pertama ini, selanjutnya giliran tenaga kesehatan yang akan menerima vaksin. Ada 1,48 juta tenaga kesehatan yang menerima vaksin. Namun itu dilakukan bertahap. Sekarang ada 1,2 juta vaksin Covid-19 dari Sinovac yang dikirimkan ke 91 kabupaten/kota di Indonesia. SMS blast dari PEDULICOVID sudah dikirimkan ke 500 ribu nomor tenaga kesehatan. "Malam ini (semalam) akan dilakukan evaluasi berapa yang sudah registrasi dan belum," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Anas Ma'ruf kemarin.

Hingga kemarin pukul 17.30, baru ada 71 ribu nakes yang membalas SMS tersebut. Namun data tersebut menurut Anas akan terus bergerak. Sementara itu kemarin pagi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi menyerahkan sertifikat halal vaksin produksi Sinovac ke Bio Farma. Prosesi penyerahan ini dipimpin langsung oleh Wamenag Zainut Tauhid Sa’adi.

Dia menjelaskan sertifkat halal itu keluar setelah ada ketetapan fatwa dari MUI. Selain itu juga sudah keluar izin penggunaan darurat dari BPOM. "Kita tidak perlu ragu. Bahwa vaksin Sinovac ini halal, suci, sekaligus thayyib dan aman digunakan," kata politikus PPP itu.

Menurut dia kehadiran vaksin Covid-19 itu merupakan babak baru perjuangan bangsa Indonesia melawan pandemi Covid-19. Dia sendiri mengaku siap untuk divaksin. Zainut juga mengajak seluruh umat beragama dengan penuh kesadaran dan tanpa keraguan mengikuti vaksinasi yang digulirkan pemerintah. Dengan tujuan untuk saling melindungi satu sama lainnya.

Pada bagian lain, kabar menggembirakan datang dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Ia menyampaikan bahwa Indonesia baru saja terpilih sebagai salah satu Co-Chair COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group (EG) pada Rabu (13/1) dini hari. Kabar tersebut diperoleh Retno secara langsung dari GAVI dan Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, Swiss.

Baca Juga:  Teater Selembayung Mengarak "Padang Perburuan"

Sebafai informasi, COVAX AMC EG ini merupakan forum antara negara AMC dengan negara-negara donor untuk pengadaan dan distribusi vaksin bagi negara AMC. COVAX Facility memiliki target pengadaan vaksin bagi maksimal 20 persen dari populasi setiap negara AMC dan mendukung kesiapan negara AMC untuk melakukan rencana vaksinasi nasional.

Pemilihan co-chairs ini diselenggarakan secara virtual (e-voting) di Jenewa, Swis dengan tenggat waktu pemilihan sampai 8 Januari 2021 dan diumumkan pada 12 Januari 2021 malam waktu Jenewa. E-voting ini dilakukan untuk memilih dua co-chairs dari 5 calon kandidat dari AMC 92 Economies, yaitu 92 Economies yang tergabung dalam Covax AMC. Di mana, ternyata Indonesia memperoleh suara terbanyak, disusul Menteri Kesehatan Ethiopia.

"Alhamdullillah, dalam pemilihan tersebut Indonesia mendapatkan suara terbanyak yaitu 41 persen dari suara masuk," tuturnya dalam press briefing Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) secara virtual, kemarin (13/1).

Terpilihanya Indonesia sebagai Co-Chair COVAX AMC-EG menurut Retno merupakan wujud dari kepercayaan dunia internasional, terutama negara berkembang kepada Indonesia. Namun di sisi lain, ada tanggung jawab besar untuk Indonesia agar bisa mewujudkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.

Indonesia memang sejak awal pandemi secara konsisten terus menyuarakan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. Indonesia meyakini bahwa pandemi dunia ini tidak akan dapat diselesaikan apabila semua negara belum dapat menyelesaikan pandemi di negara masing-masing. No one is safe until every one is. Hal ini juga sudah disampaikan berulang kali oleh Presiden Jokowi di berbagai forum internasional termasuk KTT ASEAN, KTT G-20, KTT APEC maupun dalam Sidang Majelis Umum PBB.

"Tanggung jawab besar ini harus ditunaikan sebaik mungkin," tegasnya.

Atas tanggung jawab ini, Retno sudah melakukan komunikasi dengan tim PTRI Jenewa pada Rabu dini hari untuk mulai persiapan hal-hal yang harus dilakukan. Tim PTRI Jenewa juga akan segera melakukan komunikasi intensif dengan GAVI. Di samping itu, ia pun telah mempersiapkan tim di Jakarta.(lyn/wan/mia/jpg/ted)

"Sementara itu, saya juga akan hubungi dua chairs lain untuk mulai menjalin komunikasi," ungkap mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda tersebut.

Mengenai penyediaan vaksin bagi seluruh negara anggota, Retno mengatakan, hal ini akan dilakukan secara bertahap karena masih terbatasnya vaksin yang tersedia. Diakuinya, bila target penyaluran 3-20 persen vaksin bagi semua negara anggota bukan merupakan hal yang mudah untuk dijalankan. Baik dari sisi resources yang tersedia sampai kesiapan semua negara dalam menerima vaksin-vaksin tersebut. Namun, dia meyakini, dengan kerja sama erat dari semua negara maka target tersebut dapat dijalankan.

Dalam kesempatan tersebut, Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) ini turut menyinggung soal ketersediaan vaksin multilateral untuk Indonesia. Dari komunikasi intensif yang dilakukan baik dengan WHO maupun GAVI, diketahui bahwa ada kemungkinan jika vaksin melalui track multilateral ini sudah tersedia di kwartal kedua 2021. Sebelumnya, diperkirakan vaksin baru tersedia sekitar kwartal ketiga atau keempat 2021.

Tentunya, kata dia, ada jalan panjang yang harus dilakukan oleh negara penerima. Indonesia sendiri sudah mulai menyampaikan submisi yang dipersyaratkan kepada COVAX pada 16 Oktober 2020 lalu. Dimulai dari expression of interes, dilanjutkan pengiriman form permintaan bantuan teknis pada 27 November 2020. Lalu, pengiriman form permintaan vaksin bagian A pada 7 Desember 2020 dan form permintaan vaksin bagian B terkait indemnifikasi pada 8 Januari 2021.

"Submisi berikutnya adalah form Cold Chain Equipment (CCE). Support Request terkait kapasitas teknis penyediaan sistem pendingin vaksin pada Q1 2021," tutupnya.(lyn/wan/mia/han/syn/agf/ted)

Laporan: JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — RABU (13/1), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan vaksinasi Covid-19. Ini menjadi penanda vaksinasi Covid-19 di Tanah Air dimulai. Pada gelombang pertama ini, tenaga kesehatan yang mendapatkan SMS blast dari PEDULICOVID yang wajib divaksin.

Kemarin pukul 09.30 Presiden Jokowi keluar menuju tempat vaksinasi Covid-19 di Istana Merdeka. Jokowi yang memakai baju putih tertib mendatangi meja 1, meja 2, lalu disuntik vaksin di meja 3. Petugas kesehatan pun memperlakukan Jokowi seperti vaksinasi yang akan berjalan nanti. Harus mendapatkan tiket vaksin dan melalui meja-meja sesuai tahapannya. Prof Abdul Muthalib SpPD yang menjadi pemberi vaksin Jokowi. Tangannya gemetar saat menyuntikkan vaksin pertama.  "Nggak terasa sama sekali," jawab Jokowi ketika ditanya bagaimana rasanya.

- Advertisement -

Selesai mendapatkan vaksin, Jokowi mendapatkan semacam buku kecil. Ini tujuannya untuk vaksinasi kedua yang dilaksanakan 14 hari setelah vaksin pertama. Setelah itu, Kepala Negara masuk ke Istana Merdeka dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Selesai vaksin, dia akan dipantau 30 menit dan ternyata tak ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dialami Jokowi. Kemarin ada 21 orang yang divaksin Covid-19 pertama kali. Mereka adalah perwakilan dari unsur kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan perwakilan unsur masyarakat.

"Syukur alhamdulillah pagi tadi (kemarin pagi, red) sudah terlaksana dan vaksinasi berjalan baik," ungkap Jokowi.

- Advertisement -

Dia menceritakan rasa pegal terasa sekitar dua jam setelah disuntik. Namun rasa itu tak mengganggu. Hanya sedikit saja. Dia berharap seluruh rakyat bersedia divaksin. Sebab vaksin menjadi salah satu upaya bebas dari pandemi. Selain itu dia berpesan agar masyarakat sabar karena vaksinasi ini dilakukan bertahap.

"Vaksin ini gratis dan ingat tetap lakukan protokol kesehatan," katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengomentari kenapa vaksinator yang menyuntikkan vaksin terlihat gemetar. Menurutnya itu lantaran perasaan takut karena ini vaksin pertama dan langsung diberikan ke Presiden.

"Saya juga melihat," bebernya.

Pada keterangan persnya, Prof Abdul Muthalib SpPD  menjelaskan kenapa dia gemetar. Menurutnya itu lantaran dia menyuntik orang pertama yang mendapatkan vaksin Covid-19 di Indonesia.

"Tapi itu tidak jadi halangan bagi saya. Saat menyuntik tidak gemetar," ucapnya.

Bahkan pascapenyuntikan tak ada pendarahan sama sekali di bekas suntikannya. Pada kesempatan penyuntikan vaksin pertama juga ada Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Buya Amirsyah Tambunan yang turut divaksin. Usai disuntik vaksin buatan Sinovac dia menyampaikan tidak ada keluhan atau kondisi yang aneh-aneh. "Kita ini sudah terbiasa mengikuti imunisasi. Jadi saya anggap biasa saja," kata pria yang juga tokoh Muhammadiyah itu.

Sebelum menerima suntikan vaksin, Amirsyah mengatakan sempat ditanya enam pertanyaan. Semuanya terkait dengan riwayat kesehatan. Apakah sebelumnya pernah positif Covid-19, sakit ginjal, atau jantung, serta penyakti kronis lainnya. Pria 57 tahun itu bersyukur saat divaksin kondisi badannya sehat.

Bedanya kali ini vaksin dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Sehingga ada suasana atau nuansa yang sedikit berbeda dibandingkan vaksinasi-vaksinasi lainnya. Menurut dia vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu solusi nyata untuk keluar dari pandemi Covid-19.

Dia menegaskan sampai saat ini pandemi masih terjadi. Sehingga masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Dia juga berpesan kepada pemerintah supaya gencar mengedukasi masyarakat. Khususnya tentang pentingnya vaksinasi.

Amirsyah mengatakan MUI menghendaki program vaksinasi ini berjalan dengan aman dan nyaman bagi masyarakat."Vaksinasi jangan sampai (ada unsur, red) dipaksa," jelasnya.

Menurutnya dengan komunikasi serta sosialisasi yang baik, akan timbul kesadaran untuk bersedia di vaksin di kalangan umat. Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi mengaku tak merasakan gejala apapun usai menerima vaksinasi Covid-19, Rabu (13/1) pagi. Saat dihubungi sore, perempuan 58 tahun itu mengatakan tak ada reaksi yang muncul walau sekadar nyeri di bagian lengan yang suntik.  "Nggak ada rasane opo-opo ki Mbak. Kalau disuntik kan masih ada ya. Ini nggak ngilu, kan tangan kiri yang divaksin, saya pegang hape biasa aja," tuturnya.

Baca Juga:  Menkominfo Jamin Orkestrasi Penanganan Covid-19 Berjalan Harmonis

Usai divaksin, tidak ada pesan khusus yang disampaikan padanya oleh pihak dokter. Tapi, ia sempat proses observasi selama kurang lebih 30-60 menit. Karena tak ada gelaja apapun, ia pun dibolehkan pulang. Ia hanya diberitahu bahwa untuk penyuntikan kedua bakal dilaksanakan pada 27 Januari 2021. "Tidak ada ya. Cuma ya dibilang, kalau ada apa-apa bisa hubungi ini. Sangat komunikatif dan tetap diawasi setelah vaksin," jelas perempuan yang akrab disapa Uni tersebut.

Lebih lanjut Uni mengajak semua pihak terutama guru guru, orang tua, anak-anak, dan mahasiswa untuk mau divaksin. Menurutnya, tidak perlu takut untuk mendapat vaksinasi Covdi-19. Sebab, apapun jenis vaksinnya nanti, pasti sudah melewati proses riset. Kemudian, harus melewati proses uji oleh BPOM untuk mendapatkan EUA dan kehalalan dari MUI sebelum diberikan pada masyarakat.

"Ini kan ikhtiar bersama untuk melawan pandemi. Kalau kebiasaan selalu curiga gak ada habisnya," paparnya.

Namun diakuinya, setelah dirinya divaksin perdana, banyak guru yang akhirnya percaya dan mengaku siap untuk mendapat vaksinasi. Pesan itu diterima olehnya langsung melalui pesan singkat. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mendapat giliran nomor 2 dalam vaksinasi kali ini.  Dia menyatakan bahwa unsur profesi kesehatan mendukung vaksinasi ini. Terbukti tiga unsur profesi kesehatan datang.

"Dari IDI ada saya. Kemudian unsur perawat ketua PPNI ke Pak Arif Fadila, kemudian dari unsur bidan itu Ibu Ade," katanya.

Dengan keterwakilan ini, harapannya tenaga kesehatan mau untuk divaksin. "Prioritas tenaga kesehatan itu karena rentan banget. Setiap hari melayani pasien Covid-19," imbuhnya.

Dia menjelaskan bahwa PB IDI sudah mengeluarkan maklumat untuk dokter. Isinya PB IDI meminta untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 karena fungsinya untuk melindungi dari infeksi virus SARS Cov-2. Daeng juga meminta agar polemik penolakan bisa diakhiri karena  BPOM yang menyatakan aman dan efektif. Selain itu MUI juga menyatakan suci dan halal.

Setelah vaksinasi pertama ini, selanjutnya giliran tenaga kesehatan yang akan menerima vaksin. Ada 1,48 juta tenaga kesehatan yang menerima vaksin. Namun itu dilakukan bertahap. Sekarang ada 1,2 juta vaksin Covid-19 dari Sinovac yang dikirimkan ke 91 kabupaten/kota di Indonesia. SMS blast dari PEDULICOVID sudah dikirimkan ke 500 ribu nomor tenaga kesehatan. "Malam ini (semalam) akan dilakukan evaluasi berapa yang sudah registrasi dan belum," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Anas Ma'ruf kemarin.

Hingga kemarin pukul 17.30, baru ada 71 ribu nakes yang membalas SMS tersebut. Namun data tersebut menurut Anas akan terus bergerak. Sementara itu kemarin pagi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi menyerahkan sertifikat halal vaksin produksi Sinovac ke Bio Farma. Prosesi penyerahan ini dipimpin langsung oleh Wamenag Zainut Tauhid Sa’adi.

Dia menjelaskan sertifkat halal itu keluar setelah ada ketetapan fatwa dari MUI. Selain itu juga sudah keluar izin penggunaan darurat dari BPOM. "Kita tidak perlu ragu. Bahwa vaksin Sinovac ini halal, suci, sekaligus thayyib dan aman digunakan," kata politikus PPP itu.

Menurut dia kehadiran vaksin Covid-19 itu merupakan babak baru perjuangan bangsa Indonesia melawan pandemi Covid-19. Dia sendiri mengaku siap untuk divaksin. Zainut juga mengajak seluruh umat beragama dengan penuh kesadaran dan tanpa keraguan mengikuti vaksinasi yang digulirkan pemerintah. Dengan tujuan untuk saling melindungi satu sama lainnya.

Pada bagian lain, kabar menggembirakan datang dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Ia menyampaikan bahwa Indonesia baru saja terpilih sebagai salah satu Co-Chair COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group (EG) pada Rabu (13/1) dini hari. Kabar tersebut diperoleh Retno secara langsung dari GAVI dan Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, Swiss.

Baca Juga:  Pastikan Kesiapan Akhir Tahun, Wakil Kepala SKK Migas Kunjungi Terminal Dumai

Sebafai informasi, COVAX AMC EG ini merupakan forum antara negara AMC dengan negara-negara donor untuk pengadaan dan distribusi vaksin bagi negara AMC. COVAX Facility memiliki target pengadaan vaksin bagi maksimal 20 persen dari populasi setiap negara AMC dan mendukung kesiapan negara AMC untuk melakukan rencana vaksinasi nasional.

Pemilihan co-chairs ini diselenggarakan secara virtual (e-voting) di Jenewa, Swis dengan tenggat waktu pemilihan sampai 8 Januari 2021 dan diumumkan pada 12 Januari 2021 malam waktu Jenewa. E-voting ini dilakukan untuk memilih dua co-chairs dari 5 calon kandidat dari AMC 92 Economies, yaitu 92 Economies yang tergabung dalam Covax AMC. Di mana, ternyata Indonesia memperoleh suara terbanyak, disusul Menteri Kesehatan Ethiopia.

"Alhamdullillah, dalam pemilihan tersebut Indonesia mendapatkan suara terbanyak yaitu 41 persen dari suara masuk," tuturnya dalam press briefing Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) secara virtual, kemarin (13/1).

Terpilihanya Indonesia sebagai Co-Chair COVAX AMC-EG menurut Retno merupakan wujud dari kepercayaan dunia internasional, terutama negara berkembang kepada Indonesia. Namun di sisi lain, ada tanggung jawab besar untuk Indonesia agar bisa mewujudkan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.

Indonesia memang sejak awal pandemi secara konsisten terus menyuarakan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. Indonesia meyakini bahwa pandemi dunia ini tidak akan dapat diselesaikan apabila semua negara belum dapat menyelesaikan pandemi di negara masing-masing. No one is safe until every one is. Hal ini juga sudah disampaikan berulang kali oleh Presiden Jokowi di berbagai forum internasional termasuk KTT ASEAN, KTT G-20, KTT APEC maupun dalam Sidang Majelis Umum PBB.

"Tanggung jawab besar ini harus ditunaikan sebaik mungkin," tegasnya.

Atas tanggung jawab ini, Retno sudah melakukan komunikasi dengan tim PTRI Jenewa pada Rabu dini hari untuk mulai persiapan hal-hal yang harus dilakukan. Tim PTRI Jenewa juga akan segera melakukan komunikasi intensif dengan GAVI. Di samping itu, ia pun telah mempersiapkan tim di Jakarta.(lyn/wan/mia/jpg/ted)

"Sementara itu, saya juga akan hubungi dua chairs lain untuk mulai menjalin komunikasi," ungkap mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda tersebut.

Mengenai penyediaan vaksin bagi seluruh negara anggota, Retno mengatakan, hal ini akan dilakukan secara bertahap karena masih terbatasnya vaksin yang tersedia. Diakuinya, bila target penyaluran 3-20 persen vaksin bagi semua negara anggota bukan merupakan hal yang mudah untuk dijalankan. Baik dari sisi resources yang tersedia sampai kesiapan semua negara dalam menerima vaksin-vaksin tersebut. Namun, dia meyakini, dengan kerja sama erat dari semua negara maka target tersebut dapat dijalankan.

Dalam kesempatan tersebut, Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) ini turut menyinggung soal ketersediaan vaksin multilateral untuk Indonesia. Dari komunikasi intensif yang dilakukan baik dengan WHO maupun GAVI, diketahui bahwa ada kemungkinan jika vaksin melalui track multilateral ini sudah tersedia di kwartal kedua 2021. Sebelumnya, diperkirakan vaksin baru tersedia sekitar kwartal ketiga atau keempat 2021.

Tentunya, kata dia, ada jalan panjang yang harus dilakukan oleh negara penerima. Indonesia sendiri sudah mulai menyampaikan submisi yang dipersyaratkan kepada COVAX pada 16 Oktober 2020 lalu. Dimulai dari expression of interes, dilanjutkan pengiriman form permintaan bantuan teknis pada 27 November 2020. Lalu, pengiriman form permintaan vaksin bagian A pada 7 Desember 2020 dan form permintaan vaksin bagian B terkait indemnifikasi pada 8 Januari 2021.

"Submisi berikutnya adalah form Cold Chain Equipment (CCE). Support Request terkait kapasitas teknis penyediaan sistem pendingin vaksin pada Q1 2021," tutupnya.(lyn/wan/mia/han/syn/agf/ted)

Laporan: JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari