(RIAUPOS.CO) – MENCINTAI lingkungan sekitar dengan memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi pasti sangat membanggakan. Apalagi kreasi tersebut dibuat dengan menjunjung nilai budaya.
Inilah yang coba dimanfaatkan oleh putri kedua dari Finora Nongsih. Tanjak yang merupakan topi adat khas Melayu Siak, Riau yang identik dengan kain songket kini coba dikolaborasikan dengan sejumlah kain yang tak terpakai atau kain perca yang sayang jika dibuang dan hanya menjadi sampah.
Di tangan Sintia Dwi Putri, kreasi tanjak ini menjadi salah satu produk unggulan di tempat usaha rumahan yang beralamat di Jalan Kesadaran, Kecamatan Bukitraya. Keahliannya dalam membuat tanjak, didapatkan setelah melihat sebuah tontonan kreasi limbah kain perca di salah satu kanal Youtube dan sosial media pribadinya.
Apalagi sang ibu yang merupakan salah satu kader PKK di Kecamatan Bukitraya juga ikut memberikan semangat dan membantunya dalam membangun usaha rumahan miliknya yang bernama Zatin House. “Saya memulai kreasi ini karena melihat banyaknya kain perca yang tak termanfaatkan di rumah. Dan alhamdulillah dengan mencari informasi melalui sosial media akhirnya saya bisa membuat kreasi tanjak dari kian perca ini,’’ ucapnya, Sabtu (12/6).
Dalam menjalankan usaha rumahan miliknya ini, ia sendiri dibantu oleh orang tua dan kakaknya untuk memproduksi pesanan tanjak kreasi miliknya yang dijual melalui platform berbayar dan sosial media pribadinya.
Bahkan tak jarang juga, semua produk kreasinya dipamerkan disejumlah pameran lokal yang ada di Kota Pekanbaru. Hasilnya dalam sebulan, ia mampu membuat puluhan tanjak kreasi kain perca yang dikirim, baik di dalam maupun luar Kota Pekanbaru.
Sementara itu untuk harga tanjak kreasinya sendiri ia jual mulai dari hari Rp25 ribu – Rp300 ribu tergantung jenis kain. Meskipun telah sukses menggeluti usaha rumahan miliknya. Tapi Sintia tak pelit membagi ilmu kepada masyarakat sekitar. Bahkan kepada Riau Pos, gadis berhijab ini tak segan memeberitahu apa saja alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat tanjak kreasi kain perca buatnnya.
’’Sebenarnya bahan dan alatnya itu sangat simple. Kita bisa gunakan bahan yang tak terpakai di sekitar, seperti pakaian yang tak terpakai lagi dan juga sisa kain songket,’’ jelasnya lagi.
Lanjut Sintia, untuk alat dan bahan yang digunakan untuk buat tanjak berupa jarum, gunting, setrika, kain songket, benang, dan kain pelapis. Sementara untuk proses pembuatannya dimulai dari menggunting kain songket menjadi bentuk segitiga, lalu kain pelapis juga digunting sesuai dengan bentuk kain songket yang telah digunting. Setelah itu, kain pelapis yang diletakkan di atas kain songket disetrika. Langkah selanjutnya, kain yang telah disatukan mulai dilipat sesuai dengan lipatan tanjak.(ali)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Pekanbaru