Kasus pertama seorang warga Siak dimakamkan sesuai protokol Covid-19 terjadi, Ahad (12/4). Ini dilakukan terhadap jenazah lelaki berinisial SN (63) pada Ahad (12/4) dini hari di TPU Suak Santai Jalan Tengku Ismail (Turap) Kelurahan Kampung Dalam, Siak. SN terindikasi positif Covid-19 dari hasil rapid test di RSUD Tengku Rafiah Siak, Sabtu (11/4). Namun, hasil swab SN belum diketahui dan masih dalam pemeriksaan di Jakarta.
Laporan MONANG LUBIS dan WIWIK WIDYANINGSIH, Siak
Jenazah SN tiba- tiba dijemput di rumah duka oleh petugas medis dengan APD lengkap dari RSUD Tengku Rafian Siak pada Sabtu (11/4) sekitar pukul 20.15 WIB. Warga yang sedang bertakziah langsung berdiri. Selanjutnya petugas medis menyampaikan kepada pihak keluarga, jenazah harus dibawa untuk dimakamkan sesuai protap Covid-19.
Di lokasi pemakaman ada satu unit alat berat jenis eksavator atau mesin pengeruk digunakan untuk menggali liang lahat. Mobil jenazah yang membawa SN tak menyalakan sirene. SN sudah berada di dalam peti kayu. Ada lima petugas yang memakamkan jenazah SN, berpakaian APD lengkap. Pemakaman SN berakhir hingga pukul 01.30 WIB, Ahad dini hari. Usai proses pemakaman, petugas, ambulans dan kekskavator disemprot disinfektan oleh BPBD Siak.
Keluarga almarhum menangis dari luar pagar pemakaman dan tak bisa mendekat. Keluarga tak menyangka kalau SN positif Covid-19. Padahal jenazah bukan ODP apalagi PDP. Saat ditelusuri lebih lanjut , ternyata istri almarhum baru pulang dari Sumatera Barat (Sumbar) pada 14 Maret 2020 mengikuti acara reuni bersama teman-temannya. Sang istri pulang ke Siak pada 19 Maret 2020.
Personel TNI dan Polri ikut mencairkan suasana mencekam itu, hingga Direktur RSUD Tengku Rafi’an Siak dr Benny Chairuddin tiba di rumah duka untuk menjelaskan status penyakit SN. Sempat terjadi perdebatan, namun akhirnya keluarga menerima penjelasan dr Benny. "Saya tidak punya banyak waktu, untuk konfirmasi, langsung saja kepada Jubir Covid-19 di Siak, dr Tony," ujar dr Benny sembari menuju mobil.
Jubir Covid-19 yang juga Kepala Dinas Kesehatan, dr Tony Chandra menjelaskan hasil tes rapid pasien positif Covid-19. Hasil itu diketahui setelah SN meninggal dunia dan dipulangkan kepada keluarganya. "SN meninggal di RSUD Tengku Rafi’an. Setelah jenazah dibawa pulang baru keluar hasil rapid test, korban mengarah ke positif corona. Sehingga kami melakukan protokol Covid-19," jelas dr Tony.
Saat ini pihaknya menunggu hasil swab dari laboratorium Jakarta. Waktunya belum bisa dipastikan. "Hasil rapid test dua kali yang kami lakukan belum tentu akurat," jelasnya.
Sejauh ini, Tony belum mengetahui dari mana korban terinfeksi Covid-19. Menurutnya petugas medis di RSUD Tengku Rafi’an sempat bertanya kepada pasien dan pasien mengaku tidak bepergian ke luar kota.
Di tempat terpisah, menantu SN menyebutkan sepekan yang lalu, mertuanya mengeluh sakit pada tenggorokan, kemudian dibawa ke RSUD Siak untuk diperiksa. "Gejalanya sakit tenggorokan, batuk berdahak sesekali. Kemudian dianjurkan cek laboratorium, hasilnya tiroid atau gondok," ujar Je, menantu SN yang membawa berobat ke RSUD.
Setelah tiga hari dari cek, SN meminta untuk dirawat karena tenggorokan mengalami pembengkakan dan mengeluh sakit tak bisa makan. "Kami bawa lagi ke RSUD. Kami langsung masuk IGD. Kata dokter, pasien tak perlu dirawat, alasannya masih bisa berjalan hanya tenggorokan yang sakit. Kemudian diberi obat dan kami pulang," jelasnya.
Tak juga membaik, dua hari sesudahnya SN mengeluhkan panas pada leher dan kepalanya. Ia hilir mudik dari angin dan berulang kali mandi. Hal itu tak biasa dilakukannya. "Bahkan almarhum sampai mengikat kepalanya dengan selendang. Kkatanya panas. Kami lalu mengajaknya berobat ke tempat praktik dokter. Hasilnya tak pula mengarah ke Covid-19," ungkap sang menantu.
Dari hasil beberapa cek tersebut, tidak menunjukkan adanya positif Covid-19. Menurut Je, jika mertuanya terpapar Covid-19 SN harusnya jadi PDP. Dijelaskan Je, sebelum meninggal, sekitar pukul 15.00 WIB, saat hendak buang air, almarhum terpeleset di kamar mandi. Lalu dibawa ke kamarnya. Saat itu lah SN mulai mengeluh sesak napas. Sebelumnya almarhum tidak ada mengeluh sesak napas. Makanya dibawa ke RSUD.
Saat dirawat di IGD, sesak napas SN semakin kuat, dokter menyarankan agar cek laboratorium. Sekitar pukul 19.20 WIB, SN dinyatakan sudah meninggal oleh dokter yang menanganinya. "Saat itu kami belum tahu hasil tes penyakit almarhum. Saya panggil ibu mertua untuk datang ke RSUD. Selanjutnya kami membawa jenazah bapak pulang ke rumah," ungkapnya.
Sesampainya jenazah di rumah, warga sudah berkumpul untuk takziyah. Tak lama pihak RSUD memberi kabar bahwa hasil rapid test sudah keluar dan mennyatakan positif Covid-19. Namun, Jubir Covid-19 di Siak, dr Tony Chandra menambahkan SN saat ini tercatat sebagai pasien dalam pengawasan ( PDP) karena menunggu hasil swab laboratorium Jakarta.
Untuk mengantisipasi Covid- 19 menular ke keluarga, tetangga, rekan-rekan almarhum SN yang datang melayat maka dilakukan isolasi dengan pengawasan. "Untuk keluarga telah dilakukan rapid test. Dan jika pasien SN hasil swab-nya positif, maka keluarganya baru diambil swab, prosesnya seperti itu," jelasnya.
Bupati Siak Alfedri menyampaikan saat ini keluarga SN dilakukan insolasi di asrama haji selama 14 hari dan tidak ada seorangpun yang boleh masuk kecuali petugas kesehatan. Sedangkan warga yang melayat ditegaskan untuk melakukan isolasi mandiri. "Kami sudah meminta RT untuk mendata warga yang telah melayat almarhum SN. Dan mengimbau agar melakukan isolasi mandiri. Bagi yang kurang mampu akan diberikan bantuan," ungkap Alfedri.
Alfedri turun langsung memantau pemakaman warganya bersama semua forkopimda dan mengimbau warga untuk tidak panik, namun tetap waspada. Selalu menjaga kesehatan dan patuhi anjuran social dan physical distancing. "Kami memastikan bahwa pemakaman sudah sesuai dengan protokol Covid-19 dan berjalan sesuai aturan. Dengan kejadian ini memang sudah seharusnya lebih mewaspadai penyebaran virus berbahaya ini," imbaunya.(das)