PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Gangguan pendengaran dapat dialami oleh semua kelompok usia. Pemicunya juga berbagai faktor. Kepada anak-anak, gangguan pendengaran akan menyebabkan gangguan perkembangan kemampuan berbicara.
Salah satu cara untuk mengatasi itu ialah dengan cochlear implant. Ini merupakan alat bantu dengar yang dipasang langsung di dalam rumah siput telinga (cochlear) dan berfungsi untuk merangsang syaraf pendengaran secara langsung serta menggantikan sebagian fungsi rumah siput dalam menangkap dan meneruskan gelombang suara ke otak.
Untuk pemasangan dilakukan melalui operasi dengan pembiusan umum dan menggunakan mikroskop pembedahan khusus. Di Provinsi Riau, alat tersebut hanya dimiliki oleh Eka Hospital Pekanbaru.
Kepala Divisi Marketing Eka Hospital Pekanbaru Dr Deny mengatakan pada Sabtu (5/10) lalu, Eka Hospital Pekanbaru berhasil melakukan operasi cochlear implant pertama di Provinsi Riau bekerja sama dengan Perhati Pusat. Operasi berjalan sekitar empat jam dan berjalan lancar tanpa kendala.
"Melalui kerja sama itu diharapkan keperluan masyarakat di Provinsi Riau akan operasi cochlear implant yang selama ini hanya dapat dikerjakan di Jakarta mulai dapat dilakukan di Riau," jelasnya.
Ini sejalan dengan komitmen Eka Hospital untuk terus menjadi yang terdepan di Provinsi Riau dalam pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat. Dari operasi cochlear implant ini tentunya diharapkan dapat membantu anak-anak yang mengalami gangguan bahasa dan bicara yang disebabkan tuli saraf berat.
"Untuk dapat mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya ke depan," ucapnya.
Dr Benny Hidayat Sp THT-KL menjelaskan setelah operasi cochlear implant dilakukan, maka diperlukan proses lanjutan, yakni pemetaan (mapping) dan habilitasi.
"Pemetaan atau mapping adalah proses untuk menyesuaikan suara yang diterima oleh setiap pemakai dengan menggunakan perangkat komputer," jelasnya.
Pemetaan dilakukan secara berkala untuk menyesuaikan fungsi alat sejalan dengan perkembangan kemampuan pemakai dalam mendengar dan berbicara. "Ini dilakukan secara berkala selama pemakai menggunakan cochlear implant," ungkapnya.
Sementara, habilitasi adalah proses pelatihan sehingga pemakai dapat memperoleh manfaat optimal dari cochlear implant. Berbeda dari latihan bicara yang biasa dilakukan untuk penderita gangguan pendengaran yang hanya berfokus pada kemampuan mendengar. Pelatihan ini merupakan suatu prasyarat mutlak bagi pengguna cochlear implant.
"Tanpa pelatihan, pengguna tidak akan memperoleh manfaat apapun dari cochlear implant. Habilitasi harus melibatkan pelatih, pemakai dan orang tua pemakai," tambahnya.
Berbeda dengan alat bantu lainnya yang hanya memperkuat suara. Dengan cochlear implant jauh lebih efektif. Kerusakan rumah siput dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi toxoplasma atau virus selama kehamilan, akibat pengaruh obat-obatan tertentu selama kehamilan, akibat kelahiran dengan berat badan rendah, kuning, tidak langsung menangis saat lahir dan faktor lainnya.
Cochlear implant sangat berguna untuk penderita gangguan pendengaran jenis tuli syaraf. Operasi ini direkomendasikan pada anak usia 12 bulan sampai dengan 17 tahun yang mengalami tuli saraf pada kedua telinga. Lalu, orang dewasa yang mengalami tuli saraf berat pada kedua telinga dengan syarat telah mengenal suara atau bahasa sebelumnya.
"Serta penderita tuli yang tidak mendapatkan manfaat nyata dari alat bantu dengar konvensional (hearing aid)," tutupnya.(*1)