JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Tagihan listrik yang membengkak masih menjadi pembahasan di masyarakat. Kebijakan stay at home yang mengharuskan kegiatan bekerja dan belajar di rumah, telah menyebabkan tagihan listrik rumah tangga membengkak.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelayanan Pelanggan PT PLN (Persero), Bob Sahril membeberkan, hingga siang hari ini pihaknya telah menerima sebanyak 65.786 pengaduan dari pelanggan PLN di seluruh Indonesia.
"Sampai hari ini sekitar 65.786 (pengaduan) pelanggan, per jam ini ya, karena dia (akan) naik terus," ujarnya melalui diskusi virtual, Kamis (11/6) siang.
Adapun pelanggan PLN yang banyak melayangkan aduan berasal dari kota-kota besar, seperti DKI Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Merespons fenomena billing shock ini, dia menjelaskan, PLN telah membuka contact center di 123 serta melalui berbagai media sosial.
"Kalau ada yang langsung datang ke kantor kami kita siapkan tenda, kami siapkan untuk berusaha sebaik-baiknya," tuturnya.
PLN berkomitmen memberikan pemahaman ke pelanggan bahwa billing shock memang dikarenakan tingginya pemakaian selama mereka stay at home.
"Yang kita tagihkan adalah murni dipakai oleh pelanggan. Kenaikan ini murni disebabkan oleh kenaikan pemakaian akibat Covid-19," tuturnya.
Dalam kesempatan sama, Komisioner Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Bambang Sumantri merasa, penjelasan PLN soal penyebab billing shock tidak masuk di akal masyarakat.
"Kalau dilihat hitungan dari PLN dan dari ESDM memang kelihatannya kok wajar, ambil rata-rata dibagi tiga. Tapi, kenyataan di lapangan agak jauh. Tidak kelihatan rata-ratanya, tapi melonjaknya signifikan," ucapnya.
Dia pun meminta kepada pemerintah dan PLN untuk terbuka kepada masyarakat sebagai konsumen listrik di tanah air. "Mudah-mudahan memang tidak ada kenaikan (tarif) terselubung," katanya.
Bambang berharap pemerintah dan PLN bisa membantu menjawab keresahan masyarakat atas persoalan ini. "Kalau tadi diterangkan begitu, kok kaya enggak terjawab kenyataan di masyarakat. Konsumen susah mengerti dan paham, karena naiknya bisa 200 persen. Apalagi yang komplain sudah 65 ribu. Saya kira ada something wrong!" tukas Bambang.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi