JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendadak menyoroti tes Covid-19 dengan metode Polymerasi Chain reaction (PCR). Ia meminta agar setiap harinya pengujian sampel dengan PCR perlu sebanyak 10 ribu.
Hal ini untuk bisa mengetahui secara lebih valid, siapa saja masyarakat yang tertular virus corona.
“Saya baru mendapatkan laporan bahwa kemampuan pengujian spesimen untuk PCR sekarang ini sudah mencapai 4 ribu-5 ribu sampel per hari. Saya kira ini masih jauh dari target yang saya berikan yang lalu yaitu 10 ribu spesimen per hari,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/5).
Menurut Jokowi, data dari Gugus Tugas sekarang ini sudah ada 104 laboratorium yang masuk dalam jaringan Covid-19. Sehingga Jokowi menginginkan laboratorium itu berfungsi dengan baik dalam pengujian sampel.
“Saya ingin dipastikan bahwa lab-lab tersebut berfungsi maksimal meskipun dari 104 lab. Tadi 53 lab rujukan sudah melakukan pemeriksaan, 51 lab rujukan belum melakukan pemeriksaan,” katanya.
Jokowi juga menuturkan, dirinya melihat adanya masalah, yakni kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih. Sehingga hal ini perlu diperhatikan dengan benar.
“SDM yang terlatih ini perlu lebih diperhatikan lagi. juga yang berkaitan dengan masalah di alat pengujian yg masih kurang terutama untuk reagen PCR, RNA, VTM saya minta ini segera diseleseaikan dalam minggu ini,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, masih adanya kendala mengenai belum maksimalnya tes dengan metode polymerasu chain reaction (PCR) yang dilakukan pemerintah.
Dikatakan Doni, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin agar tes PCR sebanyak 10.000 spesimen per hari bisa dilakukan. Namun hal itu belum bisa terlaksana sampai dengan saat ini.
“Presiden sejak dua minggu lalu meminta setiap hari kita mampu melakukan 10.000 tes pengabilan spesiem. Tapi kenyatanya data rill bari 6.000 hingga 7.000 spesimen,” ujar Doni usai rapat bersama Presiden Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (4/5).
Menurutnya, kendala belum bisa terlaksana tes PCR 10.000 spesimen adalah karena petugas laboratorium yang jumlahnya terbatas. Sehingga hal ini akan terus menjadi perhatiannya untuk mewujudkan keinginan Presiden Jokowi.
“Di lapangan bahwa faktornya bukan reagennya. Tetapi petugas laboratorium kita yang jumlahnya terbatas,” katanya.
“Jadi petugas laboratorium diharapkan bisa bekerja 24 jam. Ternyata hanya mampu 8 jam saja,” tambahnya.
Oleh sebab itu Gugus Tugas Penanganan Covid-19 telah berkerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengenai penambahan petugas laboratoriumnya. Sehingga diharapkan mereka bisa bekerja maksimal dalam memenuhi 10.000 spesimen dilakukan tes PCR.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman