BAGHDAD (RIAUPOS.CO) — Polemik jatuhnya pesawat Ukraina, Ukraine International Airlines, berjenis Boeing 737-800 di dekat Bandara Imam Khomeini, Iran, terus bergulir. Insiden yang menewaskan seluruh penumpang dan awak berjumlah 176 orang pada Rabu (8/1) pagi waktu Iran tersebut memunculkan rumor-rumor mengejutkan.
Sebelumnya pihak terkait mengatakan bahwa peristiwa kecelakaan itu lantaran masalah teknis. Namun, sejumlah pihak meragukannya. Maklum saja, jatuhnya pesawat tersebut hampir bersamaan dengan serangan rudal Iran ke dua pangkalan militer Amerika Serikat di Irak.
Sejumlah pejabat AS pada Kamis (9/1), seperti dilansir Reuters menduga pesawat naas tersebut jatuh karena tertembak rudal Iran. Sementara itu, Presiden Donald Trump menyatakan tidak percaya bahwa kecelakaan itu disebabkan masalah mekanis.
Berdasar kajian dari data satelit, salah seorang pejabat AS mengatakan pihaknya telah menyimpulkan secara meyakinkan bahwa rudal-rudal antipesawat telah menyebabkan pesawat itu jatuh. Seperti diketahui, pesawat jatuh pada hari yang sama ketika Iran melancarkan serangan peluru kendali balistik ke arah pasukan AS di Irak. Pesawat itu sebelumnya terdeteksi radar Iran.
Data menunjukkan bahwa Boeing 737-800 itu terbang di udara selama dua menit setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini ketika penunjuk suhu panas dari rudal darat ke udara terdeteksi. Tanda-tanda itu tak lama kemudian diikuti dengan ledakan di sekitar pesawat. Data suhu panas kemudian menunjukkan bahwa pesawat itu terbakar ketika jatuh.
Terkait dugaan itu, Kepala badan penerbangan sipil Iran membantahnya dengan mengatakannya sebagai dugaan yang tidak logis. "Secara ilmiah, tidak mungkin rudal menghantam pesawat Ukraina itu, rumor seperti itu tidak logis," ucap Kepala Badan Penerbangan Sipil Ali Abedzadeh seperti dilaporkan Kantor Berita ISNA dan dilansir Reuters. Di satu sisi, pejabat AS mengatakan bahwa penembakan pesawat itu merupakan aksi yang tidak disengaja. Artinya, AS tak menuduh Iran sengaja menembak pesawat tersebut. Hal itu pun tersirat dari ucapan Trump di Gedung Putih. "Mungkin seseorang di pihak lain berbuat kesalahan," kata Trump.
Sementara itu, otoritas Ukraina telah menyebutkan empat kemungkinan penyebab kecelakaan tersebut, termasuk tembakan rudal dan terorisme. Pihak Ukraina mengatakan para penyelidik ingin melakukan pencarian di lokasi jatuhnya pesawat untuk mendapatkan serpihan rudal buatan Rusia yang digunakan oleh militer Iran.
Dugaan jatuhnya pesawat Ukraina karena rudal Iran juga disampaikan oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. Kanada turut bersuara karena pesawat itu membawa 63 warga negara Kanada dan seperti diketahui semuanya turut tewas. Trudeau mengeluarkan pernyataan itu dengan mengutip data intelijen dari Kanada dan sumber-sumber lain. "Kemungkinan tidak disengaja," kata Trudeau dalam konferensi pers di Ottawa seperti dilansir Reuters.
"Kami punya data intelijen dari berbagai sumber, termasuk dari sekutu-sekutu kami dan badan intelijen kami sendiri. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa pesawat itu tertembak jatuh oleh sebuah rudal darat ke udara milik Iran," kata Trudeau.
Kecurigaan terkait tertembaknya pesawat Ukraina tersebut oleh Iran makin membesar. Itu setelah Iran sempat menyatakan menolak menyerahkan kotak hitam pesawat tersebut kepada pihak Boeing. Meski begitu, otoritas penerbangan sipil Iran siap bekerja sama dengan Ukraina.
Berdasar laporan televisi negara Iran pada Rabu (8/1), kedua kotak hitam dan perekam suara dari pesawat itu sudah ditemukan. Belum ada kejelasan soal ke negara mana Iran akan mengirimkan kotak hitam tersebut untuk dianalisis. Hal itu seperti dikatakan Ali Abedzadeh, Kepala Badan Penerbangan Sipil Iran. Abedzadeh menambahkan bahwa pihaknya menyambut baik Ukraina untuk bergabung dalam penyelidikan kecelakaan tersebut.
Di satu sisi petinggi Ukraine International Airlines membantah bahwa jatuhnya pesawat Boeing 737-800 disebabkan oleh kesalahan awaknya. Maskapai menegaskan bahwa sebelum terbang pada Senin (7/1), pesawat tersebut sudah melalui proses pemeliharaan yang sangat terjadwal.(fiz)
Laporan JPG, Baghdad