Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Perhelatan Festival Equator di Lokomotif Peninggalan Jepang

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Di jaman penjajahan Jepang tahun 1942 hingga 1945 banyak peninggalan bukti sejarah kelam di Provinsi Riau, diantaranya pembangunan jalur kereta api sepanjang 220 Kilometer. Dari Kota Pekanbaru menuju ke Lipat Kain, Kabupaten Kampar, kemudian menuju ke Kabupaten Sijunjung, Sumbar.

Pembangunan jalur kereta api itu mengorbankan ribuan nyawa rakyat Indonesia dan sebagian lagi orang Eropa. Salah satu bukti yang menjadi saksi bisu kisah sejarah itu yakni 'bangkai' lokomotif. Lokasinya berada di Lipat Kain Selatan, Kabupaten Kampar.

Lokomotif warisan Jepang itu masih berdiri di atas coran semen. Tepat berada di tengah-tengah perkebunan karet. Kondisinya sudah banyak keropos, warnanya hitam kusam berkarat ditumbuhi lumut. Biasanya di kawasan itu sepi tak pernah dikunjungi warga. Hanya penggiat wisata sejarah yang mau datang ke lokasi ini. Itupun tidak rutin setiap hari.

Pada hari Minggu (27/10/2019) pagi, suasana di lokasi 'bangkai' lokomotif Jepang itu sangat berbeda dibandingkan dengan hari biasanya. Ratusan orang beramai-ramai datang ke tempat itu. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Mereka datang dari desa-desa sekitar ada juga dari Kota Pekanbaru. Kedatangan warga itu untuk menghadiri sebuah event yakni Festival Equator.

Lipat kain memang dikenal sebagai desa yang dilintasi garis khatulistiwa. Kondisi geografis itulah yang menjadi pemantik perhelatan Festival Equator digelar mulai tanggal 26 hingga 27 Oktober 2019. Berbagai kegiatan yang digelar yakni, lomba kacau kalamai, lagelaran seni budaya tradisi, carnaval, touring, lomba fashion show dan mewarnai, pelatihan kuliner dan lomba memasak asam pedas.

Baca Juga:  Kasasi Ditolak, Nelson Tetap Dihukum Setahun Penjara

Pada festival ini, kegiatan yang paling menyedot pengunjung adalah atraksi lomba kacau kalamai. Puluhan ibu-ibu dari desa Lipat Kain Selatan dan desa sekitarnya menjadi peserta lomba ini. Terbagi dalam 26 regu atau kelompok, satu regunya terdiri dari 3 sampai 4 orang ibu-ibu. Masing-masing regu dibebani untuk membawa perlengkapan masing-masing seperti kuali besar, tungku api dan kayu bakar untuk memasak.

Kalamai dibeberapa daerah dikenal dengan sebutan Galamai atau Gelamai adalah menu kuliner sejenis dodol yang diramu dari bahan-bahan yang sangat mudah didapat. Diantaranya adalah, Beras Pulut, Santan, Air Putih, Gula Merah dan Daun Pandan. Kudapan ini berangkat dari adat dan istiadat kebiasaan masyarakat Kampar Kiri dan andalan paling dicari dalam suasana hari besar maupun hajatan masyarakat.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Riau, Raja Yoserizal mengatakan, Lokomotif peninggalan Jepang itu merupakan salah satu warisan benda bersejarah yang ada di Riau. Untuk ia sangat menyambut baik iven Festival Equator yang digelar oleh komunitas anak muda yakni Bengkel Seni Rantau Kampar Kiri.

Baca Juga:  Kenali Tumor pada Payudara

"Kampar kiri memiliki peninggalan sejarah. Diantaranya adalah makam Syekh Burhanuddin yang membawa peradaban Islam, Istana kerajaan Gunung Sahilan dan peninggalan lokomotif Jepang ini," kata Raja Yoserizal.

"Peninggalan sejarah ini tentunya memiliki cerita dan daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Baik itu wisatawan lokal dan mancanegara. Untuk itu Dinas Pariwisata juga turut mendukung kegiatan ini agar Festival Equator dapat diminati wisatawan," ujarnya.

Sementara, seorang pengunjung festival dari Kota Pekanbaru, Syarifah Azizah mengatakan, Festival Equator sangat memberikan edukasi kepada pengunjung yang datang. Diantaranya peninggalan lokomotif Jepang, lomba kacau kalamai dan pelatihan memasak asam pedas. Menurutnya kegiatan ini harus lebih dipromosikan lagi menjelang iven digelar.

"Lomba kacau kalamai memiliki kearifan lokal yang belum banyak diketahui anak-anak mileneal. Selain itu pelatihan memasak asam pedas juga memiliki unsur edukasi. Asam pedas disini diolah dengan berbagai macam resep menu," katanya.

"Saya harap kegiatan ini bisa dipromosikan lebih kencang lagi. Agar masyarakat tau jauh-jauh hari sebelum festival dilaksanakan dan bisa ikut hadir pada acara ini," pungkasnya.(dof)

 

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Di jaman penjajahan Jepang tahun 1942 hingga 1945 banyak peninggalan bukti sejarah kelam di Provinsi Riau, diantaranya pembangunan jalur kereta api sepanjang 220 Kilometer. Dari Kota Pekanbaru menuju ke Lipat Kain, Kabupaten Kampar, kemudian menuju ke Kabupaten Sijunjung, Sumbar.

Pembangunan jalur kereta api itu mengorbankan ribuan nyawa rakyat Indonesia dan sebagian lagi orang Eropa. Salah satu bukti yang menjadi saksi bisu kisah sejarah itu yakni 'bangkai' lokomotif. Lokasinya berada di Lipat Kain Selatan, Kabupaten Kampar.

- Advertisement -

Lokomotif warisan Jepang itu masih berdiri di atas coran semen. Tepat berada di tengah-tengah perkebunan karet. Kondisinya sudah banyak keropos, warnanya hitam kusam berkarat ditumbuhi lumut. Biasanya di kawasan itu sepi tak pernah dikunjungi warga. Hanya penggiat wisata sejarah yang mau datang ke lokasi ini. Itupun tidak rutin setiap hari.

Pada hari Minggu (27/10/2019) pagi, suasana di lokasi 'bangkai' lokomotif Jepang itu sangat berbeda dibandingkan dengan hari biasanya. Ratusan orang beramai-ramai datang ke tempat itu. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Mereka datang dari desa-desa sekitar ada juga dari Kota Pekanbaru. Kedatangan warga itu untuk menghadiri sebuah event yakni Festival Equator.

- Advertisement -

Lipat kain memang dikenal sebagai desa yang dilintasi garis khatulistiwa. Kondisi geografis itulah yang menjadi pemantik perhelatan Festival Equator digelar mulai tanggal 26 hingga 27 Oktober 2019. Berbagai kegiatan yang digelar yakni, lomba kacau kalamai, lagelaran seni budaya tradisi, carnaval, touring, lomba fashion show dan mewarnai, pelatihan kuliner dan lomba memasak asam pedas.

Baca Juga:  Kasasi Ditolak, Nelson Tetap Dihukum Setahun Penjara

Pada festival ini, kegiatan yang paling menyedot pengunjung adalah atraksi lomba kacau kalamai. Puluhan ibu-ibu dari desa Lipat Kain Selatan dan desa sekitarnya menjadi peserta lomba ini. Terbagi dalam 26 regu atau kelompok, satu regunya terdiri dari 3 sampai 4 orang ibu-ibu. Masing-masing regu dibebani untuk membawa perlengkapan masing-masing seperti kuali besar, tungku api dan kayu bakar untuk memasak.

Kalamai dibeberapa daerah dikenal dengan sebutan Galamai atau Gelamai adalah menu kuliner sejenis dodol yang diramu dari bahan-bahan yang sangat mudah didapat. Diantaranya adalah, Beras Pulut, Santan, Air Putih, Gula Merah dan Daun Pandan. Kudapan ini berangkat dari adat dan istiadat kebiasaan masyarakat Kampar Kiri dan andalan paling dicari dalam suasana hari besar maupun hajatan masyarakat.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Riau, Raja Yoserizal mengatakan, Lokomotif peninggalan Jepang itu merupakan salah satu warisan benda bersejarah yang ada di Riau. Untuk ia sangat menyambut baik iven Festival Equator yang digelar oleh komunitas anak muda yakni Bengkel Seni Rantau Kampar Kiri.

Baca Juga:  Wako Serahkan Bantuan Hibah Masjid

"Kampar kiri memiliki peninggalan sejarah. Diantaranya adalah makam Syekh Burhanuddin yang membawa peradaban Islam, Istana kerajaan Gunung Sahilan dan peninggalan lokomotif Jepang ini," kata Raja Yoserizal.

"Peninggalan sejarah ini tentunya memiliki cerita dan daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Baik itu wisatawan lokal dan mancanegara. Untuk itu Dinas Pariwisata juga turut mendukung kegiatan ini agar Festival Equator dapat diminati wisatawan," ujarnya.

Sementara, seorang pengunjung festival dari Kota Pekanbaru, Syarifah Azizah mengatakan, Festival Equator sangat memberikan edukasi kepada pengunjung yang datang. Diantaranya peninggalan lokomotif Jepang, lomba kacau kalamai dan pelatihan memasak asam pedas. Menurutnya kegiatan ini harus lebih dipromosikan lagi menjelang iven digelar.

"Lomba kacau kalamai memiliki kearifan lokal yang belum banyak diketahui anak-anak mileneal. Selain itu pelatihan memasak asam pedas juga memiliki unsur edukasi. Asam pedas disini diolah dengan berbagai macam resep menu," katanya.

"Saya harap kegiatan ini bisa dipromosikan lebih kencang lagi. Agar masyarakat tau jauh-jauh hari sebelum festival dilaksanakan dan bisa ikut hadir pada acara ini," pungkasnya.(dof)

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari