JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengumumkan bahwa kenaikan kasus Covid pada tiga pekan terakhir perlu perhatian. Pada 24 Januari tercatat ada 676 kasus Covid-19 pada anak. Namun, pada 7 Februari lalu jumlahnya naik menjadi 7.990 kasus Covid-19 anak.
Ketua IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso SpA menyatakan bahwa lonjakan kasus Covid-19 pada anak ini terlihat di Jawa dan Bali. Di luar dua pulau tersebut ada lonjakan namun jumlahnya tidak signifikan. Melonjaknya kasus Covid-19 pada anak ini disinyalir ada kaitannya dengan varian omicron di Indonesia.
Varian Omicron ini dikenal memiliki gejala yang ringan. "Walaupun ringan, jangan dispelekan," ucap Piprim, kemarin (9/2). Sebab pihaknya mulai menerima laporan adanya kasus dengan gejala berat. Selain itu juga ada yang terdampak secara jangka panjang. Misalnya ditemukan anak gagal jantung, long covid, diabetes, dan sebagainya setelah terinfeksi Covid-19.
Untuk itu IDAI tetap konsisten, pembelajaran tatap muka (PTM) tidak direkomendasikan jika positifity rate-nya mencapai 8. Alasannya karena Covid-19 varian Omicron ini sangat menular. "Anak juga jangan dibawa ke mal, bioskop, atau tempat dengan sirkulasi udara yang tertutup," tutur Piprim.
Orang tua pun harus memastikan anaknya bisa tertib dalam protokol kesehatan. Anak di atas 2 tahun harus memakai masker dengan benar. Selain itu dibiasakan untuk mencuci tangan dan jauhi kerumunan.
Jika anak terpapar Covid-19, Piprim meminta agar orang tua tidak panik. Yang perlu dilakukan adalah memantau tanda bahaya yang ditunjukkan oleh tubuh anak. Misalnya ketika napas mulai susah. Jika sudah demikian harus dibawa ke fasilitas kesehatan. Namun, selama isolasi di rumah sebaiknya konsultasi melalui telemedicine. "Lindungi anak dengan vaksinasi lengkap," ucapnya.
Menurutnya, gejala Covid-19 pada anak sebagian besar terlihat pada gangguan saluran pernapasan atas. Contohnya batuk, pilek, dan demam. Mirip seperti flu biasa. "Kalau sekarang ketemu anak dengan batuk pilek anget hati-hati karena kemungkinan sudah tertular," ujarnya. Anak-anak yang terinfeksi juga banyak yang tanpa gejala. Sehingga berpeluang menularkan ke lansia yang satu rumah dengannya.
Sedangkan untuk bayi yang lahir dari ibu yang positif Covid-19 boleh diberikan ASI. Asalkan gejala Covid-19 yang ditunjukkan ibu tergolong ringan dan bayi dalam kondisi aktif.
Di sisi lain, dukungan penghentian PTM ini juga mencuat dari para orang tua siswa. Dari survei singkat yang dilakukan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti, 25 persen orang tua minta PTM dihentikan sementara di tengah kenaikan kasus Covid-19 saat ini. Survei singkat ini dilakukan mengunakan aplikasi google drive dan diikuti oleh 1209 partisipan di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Hal ini searah dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang mendorong evaluasi PTM di ketiga wilayah tersebut.
Dari jumlah tersebut, usulan penutupannya pun beragam. Ada orang tua yang mengusulkan hingga usai 14 hari libur Idulfitri (4 persen), sampai Maret 2022 (11 persen), dan sampai tahun ajaran baru (10 persen).
"Suara orang tua yang meminta PTM dihentikan terlebih dahulu karena Indonesia memasuki gelombang ketiga dan angka kasus Covid-19 di sejumlah wilayah di Indonesia meningkat," ujarnya.
Retno pun mengamini. Dia menekankan, atas dasar konvensi Hak Anak, di masa pandemi Covid-19 maka negara harus mengutamakan keselamatan anak di atas segalanya. Mulai hak hidup, hak sehat, dan hak pendidikan. "Hak hidup nomor satu," tegasnya.
Dalam survei juga terungkap, banyak orang tua yang menyetujui kebijakan PTM 100 persen meski kasus Omicron terus meningkat. Alasannya beragam. Sebagian besar lantaran anak-anak sudah jenuh PJJ dan malah sibuk dengan gadget-nya untuk memainkan game online ataupun media sosial. Lalu, anak-anak mengalami penurunan karena ketidak efektifan proses pembelajaran. Kemudian, ada juga orang tua yang mengaku sibuk bekerja sehingga sulit mendampingi anak untuk PJJ.
Namun, yang mengejutkan, saat ditanya apakah selama PTM 100 persen dilaksanakan sekolah anak responden pernah ditutup sementara karena adanya kasus positif covid19? Hampir 78 persen mengaku sudah pernah.
"Tapi ada juga yang tidak setuju kebijakan PTM 100 persen. Alasannya, mulai dari anak belum mendapatkan vaksin atau belum divaksin lengkap 2 dosis hingga meningkatnya kasus Covid-19, khususnya Omicron," paparnya.(lyn/mia/jpg)