HONGKONG (RIAUPOS.CO) — Kekhawatiran jadwal penerbangan di Bandara Internasional Hongkong pada Jumat (9/8) bakal terganggu tak terjadi. Bandara tersebut tetap beroperasi seperti biasa meski ribuan pengunjuk rasa melakukan aksi duduk di bandara. Aksi tersebut dilakukan untuk mendapatkan dukungan internasional setelah dua bulan menggelar demonstrasi menentang RUU Ekstradisi.
Para pengunjuk rasa berkumpul di ruang tunggu bandara untuk membagikan ‘kebenaran’ yang terjadi di Hongkong kepada para penumpang pesawat – terutama warga negara asing – dan kepada dunia internasional pada umumnya.
“Tidak ada perusuh, hanya tirani,” teriak para demonstran ketika mereka memulai aksi protes tersebut.
Sejumlah demonstran berpakaian hitam duduk di lantai aula kedatangan bandara. Mereka mengangkat spanduk dan kertas yang tertulis dalam bahasa Tiongkok dan Inggris yang intinya mengutuk kekerasan polisi.
“Selamatkan Hongkong dari tirani dan kebrutalan polisi!” bunyi tulisan dalam selembar kertas karton yang dibawa pengunjuk rasa.
Demonstrasi yang dimulai dua bulan lalu terkait RUU kontroversial yakni RUU Ekstradisi yang memungkinkan pelanggar hukum dibawa ke Tiongkok kini telah berubah menjadi gerakan yang lebih luas yang menuntut reformasi demokrasi. Hongkongers semakin masif dalam melakukan unjuk rasa di seluruh Hongkong. Mereka berharap mendapatkan dukungan luas dari internasional.
Hanya saja, demonstrasi yang awalnya berlangsung aman dan terkendali mulai timbul aksi kekerasan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet, sementara pengunjuk rasa melemparkan batu bata dan botol air minum.
Pendudukan Bandara Internasional Hongkong dilakukan oleh pengunjuk rasa dijadwalkan berjalan sepanjang akhir pekan ini. Ini merupakan kali kedua para demonstran melakukan aksinya di tempat yang berkaitan dengan aktivitas perjalanan yang sibuk. Tentu saja berharap untuk mendapatkan dukungan dari dunia internasional.
“Kami ingin memberi tahu para penumpang pesawat yang datang apa yang terjadi di Hongkong. Jadi kami menyiapkan selebaran ini untuk menunjukkan lima tuntutan utama kami,” kata Charlotte Au, seorang siswa berusia 16 tahun yang juga demonstran seperti dilansir Channel News Asia.
“Kami berharap untuk memberi tahu kepada mereka kebenaran yang ada dan mendapatkan dukungan mereka,” ucapnya.
Para pengunjuk rasa menuntut RUU Ekstradisi yang kontroversial dan sementara ditangguhkan, sepenuhnya ditarik. Mereka juga menginginkan pemilihan langsung pemimpin kota dan adanya penyelidikan atas dugaan kebrutalan polisi.
Sementara itu, para penumpang yang tiba di Bandara Internasional Hongkong tampak bingung ketika datang ke aula untuk beristirahat. Para penumpang berhenti untuk mengambil foto atau melihat selebaran yang dibagikan oleh para demonstran.
Salah seorang warga negara asing yakni Clara Boudehen, yang berkunjung dari Prancis, mengatakan dia sangat terkesan dengan aksi tersebut. “Demokrasi tidak mutlak. Kita harus berjuang untuk itu. Untuk melihat perjuangan penduduk dalam hal demokrasi sangat penting,” katanya.
Sementara itu, Monica Yoon Hee Jung, yang baru saja tiba dari Korea, mengatakan dia awalnya sedikit gugup tentang perjalanannya ke Hongkong. Maklum saja, beberapa negara telah mengeluarkan travel warning untuk Hongkong dalam beberapa hari terakhir. Tapi dia berubah pikiran dengan adanya aksi duduk para demonstran yang tidak mengganggu operasi bandara.
“Ketika saya melihat aksi pengunjuk rasa di sini, itu benar-benar damai. Mereka tidak agresif sama sekali. Saya merasa mereka berusaha menunjukkan hati mereka yang sebenarnya. Sangat tulus,” ungkap Monica.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal