JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memasang target produksi massal drone Elang Hitam tahun depan. Target tersebut patut ditunggu. Sebab rencana terbang perdana yang sedianya digelar 2020 lalu sempat meleset.
Perkembangan inovasi drone Elang Hitam itu disampaikan Kepala BPPT Hammam Riza dalam rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BPPT di Jakarta, kemarin (8/3). Seperti diketahui drone atau pesawat tanpa awak Elang Hitam dirancang untuk keperluan militer. Drone ini nantinya bakal dipersenjatai untuk mengamankan kedaulatan NKRI.
"Secara khusus tahun ini kita dapat amanah menerbangkan drone Elang Hitam," katanya.
Pada tahapan selanjutnya akan diurus sertifikat tipe supaya bisa masuk ke tahapan produksi massal. Hammam mengatakan jika semuanya lancar, drone Elang Hitam bisa diproduksi massal tahun depan. Drone Elang Hitam digarap keroyokan. Selain BPPT juga ada keterlibatan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Selain itu juga ada keterlibatan TNI AU, ITB, PT Len Industri, dan lainnya.
Hammam berharap uji terbang drone Elang Hitam dapat berjalan lancar. "In sya Allah terbang perdana dahulu di Oktober atau lebih cepat," jelasnya.
Setelah itu tim akan mulai menjalani rangkaian uji terbang serta type certificate oleh Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA). Dia mengatakan inovasi drone Elang Hitam menjadi harapan besar dari Presiden Joko Widodo dan Menristek Bambang Brodjonegoro. Kabar soal drone Elang Hitam sempat mencuat Desember 2019 lalu. Melalui kegiatan roll-out di hanggar PT DI untuk pertama kalinya drone Elang Hitam diperkenalkan ke masyarakat. Penampakan drone tersebut terlihat bongsor. Sebab panjangnya mencapai 8,3 meter dengan bentang sayap 16 meteran.
Saat itu Hammam menuturkan drone tersebut merupakan salah satu inovasi dalam negeri di bidang pertahanan. Drone itu diyakini mampu terbang tanpa henti atau nonstop selama 24 jam. Kemudian juga dilengkapi dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle (UAV) secara bersamaan.
"Pesawat tanpa awak MALE ini hasil rancang bangun, rekayasa, dan produksi anak bangsa," tegas Hammam.(wan/lyn/jpg)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memasang target produksi massal drone Elang Hitam tahun depan. Target tersebut patut ditunggu. Sebab rencana terbang perdana yang sedianya digelar 2020 lalu sempat meleset.
Perkembangan inovasi drone Elang Hitam itu disampaikan Kepala BPPT Hammam Riza dalam rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BPPT di Jakarta, kemarin (8/3). Seperti diketahui drone atau pesawat tanpa awak Elang Hitam dirancang untuk keperluan militer. Drone ini nantinya bakal dipersenjatai untuk mengamankan kedaulatan NKRI.
- Advertisement -
"Secara khusus tahun ini kita dapat amanah menerbangkan drone Elang Hitam," katanya.
Pada tahapan selanjutnya akan diurus sertifikat tipe supaya bisa masuk ke tahapan produksi massal. Hammam mengatakan jika semuanya lancar, drone Elang Hitam bisa diproduksi massal tahun depan. Drone Elang Hitam digarap keroyokan. Selain BPPT juga ada keterlibatan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Selain itu juga ada keterlibatan TNI AU, ITB, PT Len Industri, dan lainnya.
- Advertisement -
Hammam berharap uji terbang drone Elang Hitam dapat berjalan lancar. "In sya Allah terbang perdana dahulu di Oktober atau lebih cepat," jelasnya.
Setelah itu tim akan mulai menjalani rangkaian uji terbang serta type certificate oleh Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA). Dia mengatakan inovasi drone Elang Hitam menjadi harapan besar dari Presiden Joko Widodo dan Menristek Bambang Brodjonegoro. Kabar soal drone Elang Hitam sempat mencuat Desember 2019 lalu. Melalui kegiatan roll-out di hanggar PT DI untuk pertama kalinya drone Elang Hitam diperkenalkan ke masyarakat. Penampakan drone tersebut terlihat bongsor. Sebab panjangnya mencapai 8,3 meter dengan bentang sayap 16 meteran.
Saat itu Hammam menuturkan drone tersebut merupakan salah satu inovasi dalam negeri di bidang pertahanan. Drone itu diyakini mampu terbang tanpa henti atau nonstop selama 24 jam. Kemudian juga dilengkapi dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle (UAV) secara bersamaan.
"Pesawat tanpa awak MALE ini hasil rancang bangun, rekayasa, dan produksi anak bangsa," tegas Hammam.(wan/lyn/jpg)