LEMPAR JUMTAHMAKKAH (RIAUPOS.CO) – Setelah menuntaskan wukuf di Arafah pada Kamis (5/6) dan bermalam di Muzdalifah malamnya, sebanyak 221 ribu jemaah haji Indonesia memasuki fase akhir dan paling berat dari seluruh rangkaian haji. Yakni, mabit dan lempar jumrah di Mina. Sabtu (7/6), bertepatan dengan 11 Zulhijah, merupakan hari pertama pelaksanaan lempar tiga jumrah tasyrik.
Kondisi fisik jemaah, terutama lansia dan mereka yang masuk kategori risiko tinggi, menjadi perhatian utama Kementerian Agama (Kemenag). Medan menuju lokasi lontarjumrah di Jamarat yang sangat jauh dan padat kerap mengakibatkan jemaah kelelahan, bahkan terpisah dari rombongan. Karena itu, Kemenag mengimbau agar jemaah lansia tidak memaksakan diri untuk melempar jumrah secara langsung.
Konsultan Ibadah Haji Kemenag Aswadi Syuhadak menjelaskan, dalam fikih haji, ada dua bentuk keringanan yang sangat relevan bagi jemaah lansia dan yang sedang tidak prima. Pertama, lempar jumrah bisa dijamak atau digabung waktunya. Misalnya, jemaah yang mengambil skema nafar awal (pulang dari Mina pada 12 Zulhijah) tidak harus melempar setiap hari.
’’Lempar tanggal 11 bisa digabung di tanggal 12. Satu lokasi untuk dua niat. Itu sah dan ringan,’’ jelasnya.
Begitu pula bagi Jemaah nafar tsani. Mereka bisa melontar jumrah untuk tiga hari sekaligus pada 13 Zulhijah. Keringanan kedua adalah wakalah. Yaitu, mewakilkan lempar jumrah kepada jemaah lain yang lebih muda dan kuat. ’’Jangan dipaksakan. Kalau tidak mampu, wakilkan. Itu sudah sesuai dengan tuntunan syariat dan bagian dari kemudahan dalam agama,’’ ujar Aswadi.
Dia menegaskan, inti ibadah haji adalah ketaatan dan keikhlasan, bukan keteguhan fisik semata. ’’Ibadah ini tidak boleh menyulitkan. Allah memberikan banyak kemudahan untuk hamba-Nya,’’ ungkapnya.
Jemaah Riau Telah Lontar Jumrah dan Tahalul Awal
Ketua Kelompok Terbang (Kloter) BTH 03, Zulfa Hendri menyebut, jemaah kafilah BTH 03 sebanyak 446 orang dan jemaah Kloter BTH 03 yang keluar dari kafilah sebanyak 35 orang telah terangkut ke Mina. Sebelum pukul 07.00 WAS, jemaah yang sudah lama mengantre, bersama jemaah lainnya ini memilih berjalan kaki mandiri ke tenda Mina.
“Jemaah kafilah BTH-03 sebanyak 446 dan jemaah kloter BTH-03 yang keluar dari kafilah sebanyak 35 jemaah. Semuanya telah terangkut ke Mina paling lambat pukul 08.50 WAS,” sebut Zulfa, Sabtu (7/6).
“Jemaah yang sudah lama mengantre bersama jemaah lainnya memilih jalan kaki mandiri ke tenda Mina. Mulai pukul 07.00 WAS, pihak maktab memfasilitasi bus pengangkut jemaah dari bus non-maktab (yang disetop di pinggir jalan) dan bus salawat dari Daker Makkah PPIH Arab Saudi,” sambungnya.
Disebabkan jalur masuk Mina yang ditutup polisi dan tidak pahamnya sopir bus dengan Mina, sehingga mereka berputar-putar perjalanannya. Dilaporkan ke semua jamaah telah melontar jumrah pada pukul 17.00-20.00 WAS dan telah tahalul awal.
Terdapat 56 orang yang melontar jumrah-nya dibadalkan, yakni jemaah yang risti, lansia dan berkursi roda. Dalam perjalanan pulang ke tenda, terdapat lima jemaah yang tersesat dan kurang cakap membaca google maps, baru selesai dicari dan dijemput pada pukul 05.00 WAS pagi.
Sementara itu, berita duka datang dari Mina. Jemaah haji atas nama Irfanuddin bin Mahmud Syukur (82) meninggal di tenda K.004 Maktab BTG 63 Mina, Sabtu (7/6/25) pukul 16.15 WAS.
Jemaah pemegang nomor porsi 04000100791 tergabung dalam BTH – 09 berasal dari Desa Alah Air Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti.(jpg/ilo)