Masyarakat Melayu pesisir Riau mempunyai tradisi unik dalam merayakan dan memeriahkan Hari Raya Idulfitri. Menyambut hari kemenangan ini diawali dengan saling punjung setelah 17 Ramadan hingga saling kunjung dimulai I 1 hingga 10 Syawal.
(RIAUPOS.CO) – DI Kabupaten Siak dan Bengkalis khususnya, tradisi saling punjung di akhir Ramadan dan saling kunjung di awal Syawal, sudah ada sejak dahulu, turun temurun selama ratusan tahun. Hingga saat ini, tradisi tersebut masih terjaga. Mewah makanan, mewah tamu, mewah kebersamaan, semua serba baru dan penuh semangat, itulah yang terasa saat hadir bersama merayakan Idulfitri di sana.
Memunjung di sini adalah menghantarkan makanan dengan rantang. Di dalamnya ada nasi, sayur, sambal, kerupuk dan lauk pauk. Kadang juga dilengkapi dengan kue-kue khas daerah yang dibuat untuk merayakan Idulfitri. Ada kue bangkit, bolu, kue semprong, sagon dan lain sebagainya. Punjungan Ini diantarkan sejak 17 Ramadan hingga satu hari menjelang Syawal.
Tidak semua orang bisa memunjung. Memunjung ini hanya dilakukan oleh keluarga dari keluarga, atau untuk orang lain yang benar-benar telah dianggap keluarga, atau orang lain yang telah dituakan. Hanya mereka yang lebih muda yang boleh mengantarkan punjungan kepada yang lebih tua. Sedangkan yang tua hanya menunggu punjungan di rumah. Dalam sehari, rantang punjungan yang diterima bisa lebih dari satu, bahkan empat hingga lima rantang. Mewah.
Mereka yang memunjung itu antara lain, anak yang sudah menikah kepada orangtuanya, adik kepada kakaknya, cucu kepada neneknya, menantu kepada mertua dan besan kepada besan. Punjungan biasanya diantar oleh anak atau cucu yang masih kecil atau masih berusia sekolah. Rantang yang diantar biasanya juga akan kembali dengan isi di dalamnya, tapi bukan lagi makanan berat seperti nasi dan lauk pauk, tapi lebih kepada makanan ringan. Kadang juga kosong atau tidak berisi.
Makanan yang diantar untuk punjungan benar-benar spesial. Sengaja dibuat sebagai menu spesial. Jika hari-hari biasa pemunjung makan seadanya, hari itu ia akan makan spesial, seperti ayam kampung, daging, ikan segar dan sebagainya. Dengan kata lain, makanan yang patut untuk diantar kepada mereka yang dituakan dan dihormati.
Punjungan ini diantar menjelang waktu berbuka atau paling cepat sehabis zuhur. Mereka yang memunjung punya maksud agar punjungan tersebut memang bisa dimakan saat berbuka. Bahkan sebelum memunjung, yang memunjung terlebih dahulu memberi kabar agar yang menerima tidak sibuk-sibuk memasak sehingga makanan yang diantar benar-benar termakan dan bermanfaat bagi seluruh keluarga.
Bila punjungan diantar benar-benar menjelang syawal atau satu hari sebelum hari raya, isinya juga akan menyesuaikan. Bisa ketupat, rendang dan lain sebagainya. Kue-kue hari raya juga sudah akan bermunculan menjadi hiasan dalam rantang punjungan tersebut. Bermacam-macam. Mulai dari kue mentega hingga dodol yang dibuat khusus untuk hari raya.
Memunjung selain sebagai tanda ingat adalah sebagai tanda hormat yang muda kepada yang lebih tua atau dituakan. Kabiasaan memunjung yang sudah dilakukan setiap tahun, akan menjadi pertanyaan bahkan hal yang ditunggu bila tahun berikutnya tidak memunjung lagi. Benar-benar sebagai pengingat dan jalinan kasih.
Ingat dan Sayang Pada yang Muda
Pemunjung akan selalu mengutus anak-anaknya untuk mengantar punjungan tersebut. Atau, kalau orangtuanya yang mengantar, biasanya akan membawa anaknya ikut serta. Saat inilah, mereka yang menerima punjungan baik nenek, mertua, wak, bibik, kakak atau lainnya, akan memberikan sedikit uang kepada anak tersebut. Ini juga sudah menjadi tradisi. Berbagi dan saling memberi. Mengingat dan saling mengingatkan.
Pemberian tersebut tidak hanya menunjukkan bagaimana hidup harus saling berbagi, tapi juga memberi makna bahwa mereka yang memberi juga akan menerima, mereka yang ingat juga akan diingat. Semakin eratlah jalinan tali kasih yang sudah terikat erat. Terus sejak hari itu hingga syawal benar-benar tiba bahkan ketika syawal sudah berlalu dan masuk ke bulan berikutnya.
‘’Punjung memunjung ini sudah menjadi tradisi di kampung kami. Sejak lama. Sejak nenek-nenek sebelumnya. Sampai sekarang ini masih kami jaga. Ini merupakan salah satu cara mengingat pada mereka yang kita hormati dan kita tuakan,’’ ungkap Rodiah, warga Kampung Sabak Permai. Setiap tahun tradisi punjung memunjung ini terus dilakukannya.
Memunjung kepada yang lebih tua, bukan berarti hanya kepada mereka yang tinggal sekampung. Tradisi ini juga dilakukan oleh warga di kampung lain, selagi masih ada ikatan keluarga atau yang dipunjung memang benar-benar mereka yang dituakan dan dihormati. Jauh-jauh datang dengan menggunakan sepedamotor bersama keluarga hanya untuk mengantarkan makanan serantang nasi dan lauk pauknya menjadi sangat berarti, apalagi hanya dilakukan setahun sekali saja. Sungguh sangat dirindukan.
Saling Mengunjungi
Punjungan berakhir di penghujung Ramadan dan Syawal pun tiba. Silaturrahmi yang dibungkus dalam momentum saling mengunjungi diatur sedemikian rupa oleh pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat dan kaum muda. Jadwal berkunjung dari rumah ke rumah diumumkan beberapa hari sebelum 1 Syawal dan diulang sesudah Salah Id di masjid atau lapangan. `
Di Kampung Sabak Permai, Kecamatan Sabak Auh, Kabupaten Siak ini, pengumuman tersebut paling ditunggu masyarakat. Jika warga tidak datang ke masjid untuk Salat Id, tetangga kanan kiri akan menyampaikan jadwal kapan mereka harus berkunjung ke rumah lain, atau kapan warga lain akan berkunjung ke rumah mereka.
Hari Raya pertama merupakan jadwal saling berkunjung ke rumah sanak saudara. Hari raya kedua, saling mengunjungi tetangga satu RT, Hari Raya kedua dan seterusnya bergantian berkunjung ke rumah tetangga di RT lain. Harinya tergantung jumlah RT. Berikutnya dilanjutkan dengan saling berkunjung antar RW. Tak heran jika perayaan Idul Fitri di kampung ini atau kampung-kampung lain di Kabupaten Siak ini hingga 10 hari. Pertemuan yang dirindukan dalam merayakan Idulfitri ini juga menjadi momen penting untuk mengabadikan kebersamaan dengan foto bersama keluarga dan juga sahabat lama.
Setelah proses saling kunjung mengunjungi selesai dalam satu kampung, selanjutnya akan berkunjung ke kampung lain.Tradisi yang sama juga terjadi di kampung lain seperti Bandar Sungai, Sungai Bayam dan daerah-daerah pesisir Riau lainnya seperti Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Meranti dan Kota Dumai.
Kelompok Besar
Saat saling berkunjung, masyarakat kampung membentuk kelompoknya masing-masing. Jumlahnya besar atau banyak, sesuai dengan kedekatan antara satu dengan yang lain. Ada yang satu keluarga, teman-teman dekat, tetangga kanan kiri, dan sebagainya. Tapi pada umumnya campur antara lelaki dan perempuan.