Sabtu, 9 November 2024

Ini Sebabnya Mengapa Tak Semua Orang Diuji Covid-19 dengan PCR?

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Untuk memutus mata rantai penularan virus corona, salah satu cara paling efektif adalah dengan menguji kasus sebanyak-banyaknya. Dengan menemukan semakin banyak yang positif kemudian diisolasi, maka penularan di luar semakin bisa ditekan. Saat ini ada 2 metode penelusuran kontak, yakni dengan Rapid Tes dan PCR (polymerase chain reaction).

Bedanya, uji Rapid Tes menggunakan antibodi, sedangkan PCR menggunakan antigen. Sehingga hasil pemeriksaan spesimen dengan PCR sudah dipastikan akurat. Sementara jika diperiksa dengan Rapid Tes, belum tentu pasti hasilnya.

- Advertisement -

Lantas kapan seseorang diuji menggunakan PCR?

Dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Rabu (8/4), Yurianto menjelaskan penelusuran kontak dilakukan dari kasus positif yang sedang dirawat. Sehingga harus mewaspadai betul kelompok potensial yang menjadi sumber penularan. Resiko pada tenaga kesehatan yang merawat. Dan pada masyarakat di daerah.

Baca Juga:  Polres Rohil Ikuti Virtual Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda

"Maka dilakukan kebijakan skrining lakukan pemeriksaan penapisan lewat rapid tes. Rapid tes sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia. Tujuannya lakukan penyaringan penelusuran kontak sebagai strategi awal," jelasnya.

- Advertisement -

Maka setelah dilakukan pemeriksaan rapid tes baik hasilnya positif ataupun negatif tetap harus melakukan isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri di rumah.

Jika selama diisolasi mandiri mengalami keluhan dan gejala, pemeriksaan PCR akan dilakukan untuk mengkonfirmasi. PCR baru akan dilakukan jika sudah ada gejala klinis.

"Kami sudah lakukan pemeriksaan PCR lebih dari 15 ribu spesimen. Ketersediaan reagent untuk PCR juga sudah ada 200 ribu kit," katanya.

Itulah sebabnya tak semua orang akan diperiksa dengan PCR jika belum ada gejala. Tes PCR ditegakkan dengan diagnosa dari mekanisme skrining yang terarah.

Baca Juga:  Lokananta Berencana Produksi Lagi Piringan Hitam

"Skrining dilakukan dengan rapid tes. Tapi PCR kita tak lajukan dengan metode acak, harus terpilih dan terstruktur dimulai dari awal," paparnya.

Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Untuk memutus mata rantai penularan virus corona, salah satu cara paling efektif adalah dengan menguji kasus sebanyak-banyaknya. Dengan menemukan semakin banyak yang positif kemudian diisolasi, maka penularan di luar semakin bisa ditekan. Saat ini ada 2 metode penelusuran kontak, yakni dengan Rapid Tes dan PCR (polymerase chain reaction).

Bedanya, uji Rapid Tes menggunakan antibodi, sedangkan PCR menggunakan antigen. Sehingga hasil pemeriksaan spesimen dengan PCR sudah dipastikan akurat. Sementara jika diperiksa dengan Rapid Tes, belum tentu pasti hasilnya.

Lantas kapan seseorang diuji menggunakan PCR?

- Advertisement -

Dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Rabu (8/4), Yurianto menjelaskan penelusuran kontak dilakukan dari kasus positif yang sedang dirawat. Sehingga harus mewaspadai betul kelompok potensial yang menjadi sumber penularan. Resiko pada tenaga kesehatan yang merawat. Dan pada masyarakat di daerah.

Baca Juga:  Sayembara Istri Hilang Jadi Rp100 Juta, Suami: Ramadan Ingin Sama Mama

"Maka dilakukan kebijakan skrining lakukan pemeriksaan penapisan lewat rapid tes. Rapid tes sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia. Tujuannya lakukan penyaringan penelusuran kontak sebagai strategi awal," jelasnya.

Maka setelah dilakukan pemeriksaan rapid tes baik hasilnya positif ataupun negatif tetap harus melakukan isolasi mandiri. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri di rumah.

Jika selama diisolasi mandiri mengalami keluhan dan gejala, pemeriksaan PCR akan dilakukan untuk mengkonfirmasi. PCR baru akan dilakukan jika sudah ada gejala klinis.

"Kami sudah lakukan pemeriksaan PCR lebih dari 15 ribu spesimen. Ketersediaan reagent untuk PCR juga sudah ada 200 ribu kit," katanya.

Itulah sebabnya tak semua orang akan diperiksa dengan PCR jika belum ada gejala. Tes PCR ditegakkan dengan diagnosa dari mekanisme skrining yang terarah.

Baca Juga:  Ribuan Paket Lebaran PMRJ Didistribusikan di Jabodetabek

"Skrining dilakukan dengan rapid tes. Tapi PCR kita tak lajukan dengan metode acak, harus terpilih dan terstruktur dimulai dari awal," paparnya.

Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari