JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penyakit jantung kini mulai mengarah pada usia muda, salah satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Penyakit ini disebabkan oleh 5 faktor risiko yakni diabetes, hipertensi, genetik, kolesterol, dan juga obesitas.
Mengacu Data Kementerian Kesehatan, angka prevalensi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) selama 2013 – 2018 meningkat sampai 34 persen di Indonesia. Sejak 2015, data tersebut menunjukkan, bahwa empat penyakit teratas penyebab kecacatan, kesakitan dan kematian adalah stroke, penyakit jantung iskemik, kanker dan diabetes mellitus (DM).
Dokter spesialis jantung Siloam Hospitals Sriwijaya, dr. Arief Aji Subakti SpJP FIHA Cardiologist menjelaskan Penyakit Jantung Koroner merupakan kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Lemak semakin bertumpuk, arteri akan semakin menyempit.
“Efeknya membuat aliran darah ke jantung berkurang,” katanya dalam Webinar Health Talk tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung koroner (PJK) baru-baru ini.
Dia menjelaskan, seiring berkurangnya aliran darah ke jantung, akan memicu gejala PJK, seperti nyeri dada, dan sesak napas. “Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya sehingga memicu serangan jantung,” ungkap Arief.
Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada 2015, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena penyakit ini. Sedangkan di Indonesia, lebih dari 2 juta orang terkena penyakit ini di 2013.
Lalu apa gejalanya? Ternyata sering kelelahan bisa juga jadi gejala awal. Berikut ini adalah tanda-tanda PJK :
1. Sering merasa capek atau kelelahan tanpa sebab
2. Gampang merasa goyah atau pusing saat berdiri atau melakukan aktifitas seperti biasa.
3. Nyeri dada (angina). Selain pada dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke bahu, lengan, leher, rahang atau punggung.
4. Keringat dingin dan mual.
Diagnosis PJK
Penyakit Jantung Koroner dapat didiagnosis melalui beberapa metode, yaitu Elektrokardiogram (EKG), akan terlihat perubahan dari gambar EKG. Lalu Ekokardiogram (Echo), USG jantung, fungsinya kita dapat melihat kekuatan pompa jantung apakah akan menurun, akibat kerusakan otot jantung. Kemudian ada pula Stress Test (TMT).
Untuk mendeteksi kinerja dan kemampuan jantung, butuh dilakukan treadmill. Katerisasi Jantung (Cath), diteropong pembuluh darahnya apakah masih bisa diberikan obat atau harus dibuka dengan dipasang kateter agar aliran yang tersumbat dapat terbuka.
“Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan dilakukan pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang menyempit. Juga bisa dilakukan bedah koroner seperti operasi bypass jantung yang merupakan pengobatan yang paling umum untuk penyakit jantung koroner. Dokter juga dapat melakukan angioplasty jika diperlukan. Maka itulah mengapa pentingnya melakukan deteksi dini,” tutup Arief.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman