- Advertisement -
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sengketa dengan negara sahabat Republik Rakyat China (RRC) terkait klaim di perairan Pulau Natuna tidak bisa dilakukan dengan serampangan. Perlu cara yang tepat, dan menggunakan semua sumber diplomasi yang kita miliki.
Nah, dalam hal diplomasi, menurut politisi Partai Demokrat, Indonesia punya dua sumber daya diplomasi yang hebat. Pertama, Presiden Jokowi. Selanjutnya, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
- Advertisement -
"Beliau (SBY) sahabat Presiden Xi Jinping, Hu Jintao dan Wen Jiabao. Sejak dulu akrab. Jika dibutuhkan bisa juga negara mengutus beliau," ujar politisi muda Partai Demokrat Jansen.
Menurut hemat Jansen, hubungan baik mantan presiden adalah modal bangsa. Misalnya, Presiden Soekarno akrab dengan pemimpin Korea Utara Kim Il Sung. Ini membuat bagaimanapun juga hubungan Indonesia dan Korea Utara tetap hangat.
Dia menegaskan, soal kedaulatan negara dirinya mengikuti mahzab persatuan. "Mahzab saya, soal kedaulatan kita padu bersatu! Pak Jokowi selaku "Commander in Chief" dan "Diplomat in Chief" pimpin kami rakyat Indonesia ini. Putuskan yang terbaik," ujarnya.
- Advertisement -
Jansen menambahkan, dirinya masih hijau soal politik luar negeri ini. Tidak seperti untuk urusan politik lokal dan hukum.
"Tapi itulah masukan saya. Bagi saya mantan Presiden itu adalah aset bangsanya. Pertemanan Pak SBY dengan Xi Jinping, Putin, Erdogan dan lain-lain adalah juga milik bangsa ini. Jika dibutuhkan kapanpun bisa dipakai," demikian Jansen.
Sumber : RMOL
Editor : Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sengketa dengan negara sahabat Republik Rakyat China (RRC) terkait klaim di perairan Pulau Natuna tidak bisa dilakukan dengan serampangan. Perlu cara yang tepat, dan menggunakan semua sumber diplomasi yang kita miliki.
Nah, dalam hal diplomasi, menurut politisi Partai Demokrat, Indonesia punya dua sumber daya diplomasi yang hebat. Pertama, Presiden Jokowi. Selanjutnya, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
- Advertisement -
"Beliau (SBY) sahabat Presiden Xi Jinping, Hu Jintao dan Wen Jiabao. Sejak dulu akrab. Jika dibutuhkan bisa juga negara mengutus beliau," ujar politisi muda Partai Demokrat Jansen.
Menurut hemat Jansen, hubungan baik mantan presiden adalah modal bangsa. Misalnya, Presiden Soekarno akrab dengan pemimpin Korea Utara Kim Il Sung. Ini membuat bagaimanapun juga hubungan Indonesia dan Korea Utara tetap hangat.
- Advertisement -
Dia menegaskan, soal kedaulatan negara dirinya mengikuti mahzab persatuan. "Mahzab saya, soal kedaulatan kita padu bersatu! Pak Jokowi selaku "Commander in Chief" dan "Diplomat in Chief" pimpin kami rakyat Indonesia ini. Putuskan yang terbaik," ujarnya.
Jansen menambahkan, dirinya masih hijau soal politik luar negeri ini. Tidak seperti untuk urusan politik lokal dan hukum.
"Tapi itulah masukan saya. Bagi saya mantan Presiden itu adalah aset bangsanya. Pertemanan Pak SBY dengan Xi Jinping, Putin, Erdogan dan lain-lain adalah juga milik bangsa ini. Jika dibutuhkan kapanpun bisa dipakai," demikian Jansen.
Sumber : RMOL
Editor : Rinaldi