Rabu, 9 April 2025
spot_img

Tak hanya Buruk untuk Kesehatan, Merokok Juga Rugikan Materi Keluarga

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Selama pandemi Covid-19 ternyata tak membuat para perokok jera untuk berhenti merokok. Padahal Covid-19 menyerang sistem pernapasan. Data studi menunjukkan jumlah batang rokok yang dihisap oleh seseorang justru naik selama pandemi.

Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) pada 2020 meneliti terkait ‘Perilaku Merokok pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia’. Hasilnya menunjukkan bahwa 50,2 persen perokok mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi selama pandemi Covid-19 tetap. Bahkan 15,2 persen mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi meningkat.

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) pun meluncurkan penelitian mengenai ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan perilaku merokok yang berarti pada periode sebelum dan saat pandemi. Baik dari sisi kuantitas maupun intensitas merokok, termasuk responden yang berpendapatan rendah.

Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap aspek kesehatan saja, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek kesejahteraan materi dan psikologis keluarga. Ketika ditelisik, 69,77 persen berasal dari ekonomi dengan penghasilan kurang dari Rp 5 juta. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pada 2021 mengenai ‘Perubahan Status dan Perilaku Merokok Setelah 10 Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia’, yang menunjukkan bahwa tidak banyak terjadi perubahan status merokok setelah 10 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia. Selain itu, adanya variasi harga rokok memungkinkan responden beralih ke produk rokok yang lebih murah, alih-alih berhenti merokok.

Baca Juga:  Pembelajaran Daring dan 3 M (Media, Metode, dan Materi)

Harga rokok yang murah menjadi salah satu faktor rokok dapat dengan mudah dijangkau. Maka menaikkan harga rokok yang dibarengi dengan kebijakan pengendalian konsumsi rokok secara non-fiskal perlu dilakukan secara konsisten untuk menekan keterjangkauan rokok.

Mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya, PKJS-UI melakukan penelitian terkait pandemi Covid-19 dan perilaku merokok dengan mengangkat perspektif istri perokok dengan judul ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku merokok selama pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga secara holistik.

“Mengambil sudut pandang dari istri, selaku perokok pasif yang terpapar asap rokok di rumah, studi ini memberikan perspektif baru bagaimana rokok dapat membahayakan rumah tangga secara lebih luas dan dalam,” kata Tim Riset PKJS-UI Irfani Fithria Ummul Muzayanah, dalam webinar baru-baru ini.

Baca Juga:  Ada Moral Hazard Secara Sistematis di Jiwasraya

Dengan melakukan survei secara daring dan menyasar responden wanita berwarga negara Indonesia yang memiliki suami perokok di rumah, studi ini berhasil menjaring sebanyak 779 responden dari berbagai latar belakang sosio-demografi. Metode yang digunakan adalah metode purposive non-probability sampling. Data yang diperoleh dari survei daring tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.

 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Selama pandemi Covid-19 ternyata tak membuat para perokok jera untuk berhenti merokok. Padahal Covid-19 menyerang sistem pernapasan. Data studi menunjukkan jumlah batang rokok yang dihisap oleh seseorang justru naik selama pandemi.

Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) pada 2020 meneliti terkait ‘Perilaku Merokok pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia’. Hasilnya menunjukkan bahwa 50,2 persen perokok mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi selama pandemi Covid-19 tetap. Bahkan 15,2 persen mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi meningkat.

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) pun meluncurkan penelitian mengenai ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan perilaku merokok yang berarti pada periode sebelum dan saat pandemi. Baik dari sisi kuantitas maupun intensitas merokok, termasuk responden yang berpendapatan rendah.

Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap aspek kesehatan saja, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek kesejahteraan materi dan psikologis keluarga. Ketika ditelisik, 69,77 persen berasal dari ekonomi dengan penghasilan kurang dari Rp 5 juta. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pada 2021 mengenai ‘Perubahan Status dan Perilaku Merokok Setelah 10 Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia’, yang menunjukkan bahwa tidak banyak terjadi perubahan status merokok setelah 10 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia. Selain itu, adanya variasi harga rokok memungkinkan responden beralih ke produk rokok yang lebih murah, alih-alih berhenti merokok.

Baca Juga:  Bupati Dukung Peningkatan Olahraga Voli

Harga rokok yang murah menjadi salah satu faktor rokok dapat dengan mudah dijangkau. Maka menaikkan harga rokok yang dibarengi dengan kebijakan pengendalian konsumsi rokok secara non-fiskal perlu dilakukan secara konsisten untuk menekan keterjangkauan rokok.

Mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya, PKJS-UI melakukan penelitian terkait pandemi Covid-19 dan perilaku merokok dengan mengangkat perspektif istri perokok dengan judul ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku merokok selama pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga secara holistik.

“Mengambil sudut pandang dari istri, selaku perokok pasif yang terpapar asap rokok di rumah, studi ini memberikan perspektif baru bagaimana rokok dapat membahayakan rumah tangga secara lebih luas dan dalam,” kata Tim Riset PKJS-UI Irfani Fithria Ummul Muzayanah, dalam webinar baru-baru ini.

Baca Juga:  Ada Moral Hazard Secara Sistematis di Jiwasraya

Dengan melakukan survei secara daring dan menyasar responden wanita berwarga negara Indonesia yang memiliki suami perokok di rumah, studi ini berhasil menjaring sebanyak 779 responden dari berbagai latar belakang sosio-demografi. Metode yang digunakan adalah metode purposive non-probability sampling. Data yang diperoleh dari survei daring tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.

 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Tak hanya Buruk untuk Kesehatan, Merokok Juga Rugikan Materi Keluarga

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Selama pandemi Covid-19 ternyata tak membuat para perokok jera untuk berhenti merokok. Padahal Covid-19 menyerang sistem pernapasan. Data studi menunjukkan jumlah batang rokok yang dihisap oleh seseorang justru naik selama pandemi.

Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) pada 2020 meneliti terkait ‘Perilaku Merokok pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia’. Hasilnya menunjukkan bahwa 50,2 persen perokok mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi selama pandemi Covid-19 tetap. Bahkan 15,2 persen mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi meningkat.

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) pun meluncurkan penelitian mengenai ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan perilaku merokok yang berarti pada periode sebelum dan saat pandemi. Baik dari sisi kuantitas maupun intensitas merokok, termasuk responden yang berpendapatan rendah.

Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap aspek kesehatan saja, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek kesejahteraan materi dan psikologis keluarga. Ketika ditelisik, 69,77 persen berasal dari ekonomi dengan penghasilan kurang dari Rp 5 juta. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pada 2021 mengenai ‘Perubahan Status dan Perilaku Merokok Setelah 10 Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia’, yang menunjukkan bahwa tidak banyak terjadi perubahan status merokok setelah 10 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia. Selain itu, adanya variasi harga rokok memungkinkan responden beralih ke produk rokok yang lebih murah, alih-alih berhenti merokok.

Baca Juga:  Kebijakan Jokowi Larang Mudik Sudah Telat, Ini Kata Demokrat

Harga rokok yang murah menjadi salah satu faktor rokok dapat dengan mudah dijangkau. Maka menaikkan harga rokok yang dibarengi dengan kebijakan pengendalian konsumsi rokok secara non-fiskal perlu dilakukan secara konsisten untuk menekan keterjangkauan rokok.

Mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya, PKJS-UI melakukan penelitian terkait pandemi Covid-19 dan perilaku merokok dengan mengangkat perspektif istri perokok dengan judul ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku merokok selama pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga secara holistik.

“Mengambil sudut pandang dari istri, selaku perokok pasif yang terpapar asap rokok di rumah, studi ini memberikan perspektif baru bagaimana rokok dapat membahayakan rumah tangga secara lebih luas dan dalam,” kata Tim Riset PKJS-UI Irfani Fithria Ummul Muzayanah, dalam webinar baru-baru ini.

Baca Juga:  Tragis, Sopir L300 Tewas di Tempat Setelah Hantam Truk Tronton Parkir

Dengan melakukan survei secara daring dan menyasar responden wanita berwarga negara Indonesia yang memiliki suami perokok di rumah, studi ini berhasil menjaring sebanyak 779 responden dari berbagai latar belakang sosio-demografi. Metode yang digunakan adalah metode purposive non-probability sampling. Data yang diperoleh dari survei daring tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.

 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Selama pandemi Covid-19 ternyata tak membuat para perokok jera untuk berhenti merokok. Padahal Covid-19 menyerang sistem pernapasan. Data studi menunjukkan jumlah batang rokok yang dihisap oleh seseorang justru naik selama pandemi.

Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) pada 2020 meneliti terkait ‘Perilaku Merokok pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia’. Hasilnya menunjukkan bahwa 50,2 persen perokok mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi selama pandemi Covid-19 tetap. Bahkan 15,2 persen mengaku jumlah batang rokok yang dikonsumsi meningkat.

Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) pun meluncurkan penelitian mengenai ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan perilaku merokok yang berarti pada periode sebelum dan saat pandemi. Baik dari sisi kuantitas maupun intensitas merokok, termasuk responden yang berpendapatan rendah.

Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap aspek kesehatan saja, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek kesejahteraan materi dan psikologis keluarga. Ketika ditelisik, 69,77 persen berasal dari ekonomi dengan penghasilan kurang dari Rp 5 juta. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pada 2021 mengenai ‘Perubahan Status dan Perilaku Merokok Setelah 10 Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia’, yang menunjukkan bahwa tidak banyak terjadi perubahan status merokok setelah 10 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia. Selain itu, adanya variasi harga rokok memungkinkan responden beralih ke produk rokok yang lebih murah, alih-alih berhenti merokok.

Baca Juga:  Syamsuar: Elektronifikasi Bisa Hapus Penyalahgunaan Uang

Harga rokok yang murah menjadi salah satu faktor rokok dapat dengan mudah dijangkau. Maka menaikkan harga rokok yang dibarengi dengan kebijakan pengendalian konsumsi rokok secara non-fiskal perlu dilakukan secara konsisten untuk menekan keterjangkauan rokok.

Mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya, PKJS-UI melakukan penelitian terkait pandemi Covid-19 dan perilaku merokok dengan mengangkat perspektif istri perokok dengan judul ‘Perilaku Merokok Selama Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga’. Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana perilaku merokok selama pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga secara holistik.

“Mengambil sudut pandang dari istri, selaku perokok pasif yang terpapar asap rokok di rumah, studi ini memberikan perspektif baru bagaimana rokok dapat membahayakan rumah tangga secara lebih luas dan dalam,” kata Tim Riset PKJS-UI Irfani Fithria Ummul Muzayanah, dalam webinar baru-baru ini.

Baca Juga:  Bupati Dukung Peningkatan Olahraga Voli

Dengan melakukan survei secara daring dan menyasar responden wanita berwarga negara Indonesia yang memiliki suami perokok di rumah, studi ini berhasil menjaring sebanyak 779 responden dari berbagai latar belakang sosio-demografi. Metode yang digunakan adalah metode purposive non-probability sampling. Data yang diperoleh dari survei daring tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.

 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari