Jumat, 22 November 2024
spot_img

Demonstran Hongkong Makin Brutal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Hongkong bergejolak lagi pada Jumat (4/10) malam waktu setempat. Hongkongers turun ke jalan dan sempat terlibat bentrok dengan aparat kepolisian.

Aksi tersebut merespons kebijakan dari pemimpin Hongkong, Carrie Lam, yang memberlakukan Undang-Undang Darurat Era Kolonial. Pemerintah melarang penggunaan masker atau topeng bagi warga Hongkong saat berada di area publik.

Laporan mengatakan bahwa larangan tersebut diberlakukan pada Sabtu (5/10) tengah malam. Bagi siapa saja yang melanggar akan dikenai denda dan hukuman penjara satu tahun.

Tentu saja aturan tersebut membuat demonstran pro-demokrasi terpojok. Selama ini mereka memang menggunakan topeng atau masker untuk menyembunyikan identitas saat melakukan unjuk rasa. Artinya, dengan diberlakukannya larangan tersebut, para pengunjuk rasa bisa dikenali dan dengan mudah aparat keamanan mendata mereka. Apabila terjadi rusuh, hal itu memudahkan aparat untuk melakukan penangkapan karena identitas bisa dilihat secara jelas.

Hanya saja, demonstran ternyata justru makin brutal. Pada Jumat (4/10) malam, Hongkongers turun ke jalan dan membuat otoritas setempat menghentikan sementara pelayanan transportasi publik. Stasiun Metro ditutup setelah ada beberapa bagian yang dibakar.

Baca Juga:  Adat Berperan Penting dalam Pembangunan

Aksi anarkis demonstran meletus setelah mendengar seorang anak berusia 14 tahun terluka akibat ditembak polisi. Insiden tertembaknya anak berusia 14 tahun terjadi di distrik utara Yuen Long. Seorang polisi melepaskan tembakan ketika dia dikepung di dalam mobilnya dan diserang oleh pengunjuk rasa. Bahkan, saat dia turun dari dalam mobil, bom molotov sempat meledak di dekat kaki polisi tersebut. Demikian seperti yang dilansir Al Jazeera.

"Sekelompok besar perusuh menyerang seorang petugas polisi berpakaian preman di distrik Yuen Long. Polisi itu jatuh ke tanah dan dipukuli oleh kelompok itu. Menghadapi ancaman serius terhadap hidupnya, dia melepaskan satu tembakan untuk membela diri," sebut pihak kepolisian dalam sebuah pernyataan.

Korban yang terkena tembakan kini dirawat bersama 31 orang lainnya yang mengalami luka-luka. Dikabarkan bahwa dua di antaranya kondisinya cukup parah. Namun, tidak disebutkan apakah itu termasuk anak berusia 14 tahun yang terkena tembakan atau bukan.

Baca Juga:  Catat, Akhir Juli 2022 Ada Hujan Meteor, Bisa Disaksikan di Indonesia

Unjuk rasa yang awalnya kondusif di sejumlah besar wilayah Hongkong berubah menjadi anarkis setelah mendengar seorang anak berusia 14 tahun tertembak. Aktivis Joshua Wong lewat akun media sosialnya menyebut "Dari MTR ke EmptyR" untuk menggambarkan lumpuhnya transportasi publik pada Jumat (4/10) malam waktu setempat.

Sementara itu, pihak MTR Corp yang mengoperasikan jaringan transportasi umum yang melayani sekitar lima juta penumpang setiap hari, mengatakan bahwa pengunjuk rasa membakar stasiun kereta dan melukai dua staf stasiun pada Jumat (4/10) malam.

"Karena kami tidak lagi dalam posisi tepat untuk menyediakan layanan yang aman untuk penumpang, perusahaan tidak punya pilihan selain menangguhkan layanan seluruh jaringannya," bunyi pengumuman pihak MTR Corp.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Hongkong bergejolak lagi pada Jumat (4/10) malam waktu setempat. Hongkongers turun ke jalan dan sempat terlibat bentrok dengan aparat kepolisian.

Aksi tersebut merespons kebijakan dari pemimpin Hongkong, Carrie Lam, yang memberlakukan Undang-Undang Darurat Era Kolonial. Pemerintah melarang penggunaan masker atau topeng bagi warga Hongkong saat berada di area publik.

- Advertisement -

Laporan mengatakan bahwa larangan tersebut diberlakukan pada Sabtu (5/10) tengah malam. Bagi siapa saja yang melanggar akan dikenai denda dan hukuman penjara satu tahun.

Tentu saja aturan tersebut membuat demonstran pro-demokrasi terpojok. Selama ini mereka memang menggunakan topeng atau masker untuk menyembunyikan identitas saat melakukan unjuk rasa. Artinya, dengan diberlakukannya larangan tersebut, para pengunjuk rasa bisa dikenali dan dengan mudah aparat keamanan mendata mereka. Apabila terjadi rusuh, hal itu memudahkan aparat untuk melakukan penangkapan karena identitas bisa dilihat secara jelas.

- Advertisement -

Hanya saja, demonstran ternyata justru makin brutal. Pada Jumat (4/10) malam, Hongkongers turun ke jalan dan membuat otoritas setempat menghentikan sementara pelayanan transportasi publik. Stasiun Metro ditutup setelah ada beberapa bagian yang dibakar.

Baca Juga:  Luar Biasa, Perempuan 73 Tahun Melahirkan Bayi Kembar

Aksi anarkis demonstran meletus setelah mendengar seorang anak berusia 14 tahun terluka akibat ditembak polisi. Insiden tertembaknya anak berusia 14 tahun terjadi di distrik utara Yuen Long. Seorang polisi melepaskan tembakan ketika dia dikepung di dalam mobilnya dan diserang oleh pengunjuk rasa. Bahkan, saat dia turun dari dalam mobil, bom molotov sempat meledak di dekat kaki polisi tersebut. Demikian seperti yang dilansir Al Jazeera.

"Sekelompok besar perusuh menyerang seorang petugas polisi berpakaian preman di distrik Yuen Long. Polisi itu jatuh ke tanah dan dipukuli oleh kelompok itu. Menghadapi ancaman serius terhadap hidupnya, dia melepaskan satu tembakan untuk membela diri," sebut pihak kepolisian dalam sebuah pernyataan.

Korban yang terkena tembakan kini dirawat bersama 31 orang lainnya yang mengalami luka-luka. Dikabarkan bahwa dua di antaranya kondisinya cukup parah. Namun, tidak disebutkan apakah itu termasuk anak berusia 14 tahun yang terkena tembakan atau bukan.

Baca Juga:  Adat Berperan Penting dalam Pembangunan

Unjuk rasa yang awalnya kondusif di sejumlah besar wilayah Hongkong berubah menjadi anarkis setelah mendengar seorang anak berusia 14 tahun tertembak. Aktivis Joshua Wong lewat akun media sosialnya menyebut "Dari MTR ke EmptyR" untuk menggambarkan lumpuhnya transportasi publik pada Jumat (4/10) malam waktu setempat.

Sementara itu, pihak MTR Corp yang mengoperasikan jaringan transportasi umum yang melayani sekitar lima juta penumpang setiap hari, mengatakan bahwa pengunjuk rasa membakar stasiun kereta dan melukai dua staf stasiun pada Jumat (4/10) malam.

"Karena kami tidak lagi dalam posisi tepat untuk menyediakan layanan yang aman untuk penumpang, perusahaan tidak punya pilihan selain menangguhkan layanan seluruh jaringannya," bunyi pengumuman pihak MTR Corp.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari