- Advertisement -
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku telah membentuk tim khusus untuk mengejar pihak-pihak yang terus memprovokasi kasus rasisme Papua. Tim tersebut berasal dari Mabes Polri, Polda Papua, Kodam XVII/Cenderawasih, BIN, dan instansi terkait lain.
“Kita tidak ingin Jayapura dikacaukan oleh mereka. Karena tidak semua masyarakat Papua setuju dengan mereka,” tegas Kapolri di Sentani, Jayapura, kemarin (4/9).
- Advertisement -
Menurut Cenderawasih Pos, Kapolri juga melarang unjuk rasa susulan. Tujuannya mencegah aksi anarki di wilayah Papua dan Papua Barat. Menurut Tito, sudah terlalu banyak toleransi yang diberikan polisi.
“Jangan sampai demo yang berakhir anarkistis terulang lagi. Gelar pasukan akan kami perkuat. Rekonsiliasi akan kami jalankan,” tegasnya.
Hingga kemarin, total pasukan TNI-Polri yang disiagakan di Jayapura berjumlah sekitar 6 ribu orang. Personel sebanyak itu sengaja dikerahkan karena wilayah Kota Jayapura hingga Sentani cukup panjang, yakni 40 km. Mereka ditempatkan di objek-objek vital dan daerah yang dianggap memiliki potensi konflik. “Tujuan utamanya untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat,” ucap Tito.
- Advertisement -
Kapolri juga memberikan apresiasi kepada Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano yang melakukan langkah cepat untuk menetralkan daerahnya. “Masyarakat mulai merasa nyaman karena pemerintah hadir. Sedangkan pemda melakukan pendekatan yang menyejukkan kepada masyarakat,” tuturnya.
Sementara itu, Benhur Tomi Mano mengatakan, aktivitas di daerahnya sudah sangat baik. Aktivitas di semua sekolah sudah kembali normal.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwir
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku telah membentuk tim khusus untuk mengejar pihak-pihak yang terus memprovokasi kasus rasisme Papua. Tim tersebut berasal dari Mabes Polri, Polda Papua, Kodam XVII/Cenderawasih, BIN, dan instansi terkait lain.
“Kita tidak ingin Jayapura dikacaukan oleh mereka. Karena tidak semua masyarakat Papua setuju dengan mereka,” tegas Kapolri di Sentani, Jayapura, kemarin (4/9).
Menurut Cenderawasih Pos, Kapolri juga melarang unjuk rasa susulan. Tujuannya mencegah aksi anarki di wilayah Papua dan Papua Barat. Menurut Tito, sudah terlalu banyak toleransi yang diberikan polisi.
- Advertisement -
“Jangan sampai demo yang berakhir anarkistis terulang lagi. Gelar pasukan akan kami perkuat. Rekonsiliasi akan kami jalankan,” tegasnya.
Hingga kemarin, total pasukan TNI-Polri yang disiagakan di Jayapura berjumlah sekitar 6 ribu orang. Personel sebanyak itu sengaja dikerahkan karena wilayah Kota Jayapura hingga Sentani cukup panjang, yakni 40 km. Mereka ditempatkan di objek-objek vital dan daerah yang dianggap memiliki potensi konflik. “Tujuan utamanya untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat,” ucap Tito.
Kapolri juga memberikan apresiasi kepada Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano yang melakukan langkah cepat untuk menetralkan daerahnya. “Masyarakat mulai merasa nyaman karena pemerintah hadir. Sedangkan pemda melakukan pendekatan yang menyejukkan kepada masyarakat,” tuturnya.
Sementara itu, Benhur Tomi Mano mengatakan, aktivitas di daerahnya sudah sangat baik. Aktivitas di semua sekolah sudah kembali normal.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwir