Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Bursa Calon Kapolri Panas, Jangan Ganggu Kinerja

(RIAUPOS.CO) – Persaingan internal Polri untuk menjadi pucuk pimpinan dinilai bisa berdampak pada kinerja korps Bhayangkara. Persaingan itu bisa membuat kinerja proses penegakan hukum menjadi lebih lambat. Padahal, dalam kondisi buruknya perekonomian, dibutuhkan penegakan hukum yang lebih responsif.

Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto menjelaskan, mengurusi perekonomian itu memang bukan tugas Polri, tapi ekonomi yang baik itu dampak dari keamanan dan ketertiban yang terjaga.

“Yang penting menjaga ketertiban umum,” tuturnya.

Problemnya yang terjadi saat ini Polri kerap masuk ranah lain. Yang tidak menutup kemungkinan untuk terjadi konflik kepentingan.

“Ya kalau soal ekonomi sedang buruk, harusnya Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) digerakkan untuk mendeteksi kejahatan ekonomi ,” tuturnya.

Ke depan tentunya membutuhkan Kapolri yang paham dalam penegakan hukum kejahatan eko­nomi. Namun begitu, bila terus membicarakan calon Kapolri justru membuat Polri tidak fokus bekerja.

Baca Juga:  Dewan Pengarah BRIN Dilantik, Anggaran Riset Tidak Lagi Jadi Kendala

“Misalnya soal kasus hoax rush money, tindakan memang sudah bagus. Tapi, akan jauh lebih baik bila lebih cepat,” urainya.

Idealnya, kasus yang potensial berdampak secara ekonomi itu bisa dicegah. Bila hoax muncul, seharusnya bisa dideteksi dini sebelum berdampak besar. “Seperti penarikan uang di Bank Bukopin, harusnya sebelum itu,” urainya.

Walau begitu, memang kasus kriminal itu bisa secara tiba-tiba muncul. Tapi, dalam kondisi pandemik ini semua harus lebih fokus. “Kondisi ini bisa saja masih sangat panjang,” paparnya.

Lagi pula, yang juga muncul justru ketidaksinkronan antara pimpinan di Polri dimana Kapolri menyebut bahwa bantuan beras bukan merupakan programnya. Seharusnya, Kapolri lebih tegas kepada anak buahnya.

Baca Juga:  Ormas Deklarasikan Tolak Anarkisme dan Pelanggaran Prokes

“Dulu di awal pandemik juga ada anak buahnya yang hadir dalam acara pernikahan. Padahal sudah ada maklumat Kapolri,” tegasnya.

Bila ingin membantu masya­rakat, Polri memiliki caranya sendiri. dengan melakukan pengawasan yang memastikan bantuan diterima ke masyarakat kecil. “Masih banyak kementerian lain yang bisa melakukan itu,” jelasnya.

Dia memperingatkan bahwa bantuan beras dari Polri itu bisa menjadi titik rawan ke depan. Bisa jadi potensi masalah hukum di suatu hari. “Karena itu lebih baik menarik diri dari hal semacam itu,” urainya.

Sebelumnya, Kapolri sempat memberikan sambutan dalam HUT Polri ke-74. Sambutan itu cukup membuat terkejut karena mengungkit soal persaingan jadi pimpinan Polri sekaligus program bantuan beras.(idr/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

 

(RIAUPOS.CO) – Persaingan internal Polri untuk menjadi pucuk pimpinan dinilai bisa berdampak pada kinerja korps Bhayangkara. Persaingan itu bisa membuat kinerja proses penegakan hukum menjadi lebih lambat. Padahal, dalam kondisi buruknya perekonomian, dibutuhkan penegakan hukum yang lebih responsif.

Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto menjelaskan, mengurusi perekonomian itu memang bukan tugas Polri, tapi ekonomi yang baik itu dampak dari keamanan dan ketertiban yang terjaga.

- Advertisement -

“Yang penting menjaga ketertiban umum,” tuturnya.

Problemnya yang terjadi saat ini Polri kerap masuk ranah lain. Yang tidak menutup kemungkinan untuk terjadi konflik kepentingan.

- Advertisement -

“Ya kalau soal ekonomi sedang buruk, harusnya Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) digerakkan untuk mendeteksi kejahatan ekonomi ,” tuturnya.

Ke depan tentunya membutuhkan Kapolri yang paham dalam penegakan hukum kejahatan eko­nomi. Namun begitu, bila terus membicarakan calon Kapolri justru membuat Polri tidak fokus bekerja.

Baca Juga:  Bappeda Rohul Gandeng Unri Kaji Penanggulangan Kemiskinan

“Misalnya soal kasus hoax rush money, tindakan memang sudah bagus. Tapi, akan jauh lebih baik bila lebih cepat,” urainya.

Idealnya, kasus yang potensial berdampak secara ekonomi itu bisa dicegah. Bila hoax muncul, seharusnya bisa dideteksi dini sebelum berdampak besar. “Seperti penarikan uang di Bank Bukopin, harusnya sebelum itu,” urainya.

Walau begitu, memang kasus kriminal itu bisa secara tiba-tiba muncul. Tapi, dalam kondisi pandemik ini semua harus lebih fokus. “Kondisi ini bisa saja masih sangat panjang,” paparnya.

Lagi pula, yang juga muncul justru ketidaksinkronan antara pimpinan di Polri dimana Kapolri menyebut bahwa bantuan beras bukan merupakan programnya. Seharusnya, Kapolri lebih tegas kepada anak buahnya.

Baca Juga:  CPNS yang Mundur Siap-Siap Didenda sampai dengan Rp100 Juta

“Dulu di awal pandemik juga ada anak buahnya yang hadir dalam acara pernikahan. Padahal sudah ada maklumat Kapolri,” tegasnya.

Bila ingin membantu masya­rakat, Polri memiliki caranya sendiri. dengan melakukan pengawasan yang memastikan bantuan diterima ke masyarakat kecil. “Masih banyak kementerian lain yang bisa melakukan itu,” jelasnya.

Dia memperingatkan bahwa bantuan beras dari Polri itu bisa menjadi titik rawan ke depan. Bisa jadi potensi masalah hukum di suatu hari. “Karena itu lebih baik menarik diri dari hal semacam itu,” urainya.

Sebelumnya, Kapolri sempat memberikan sambutan dalam HUT Polri ke-74. Sambutan itu cukup membuat terkejut karena mengungkit soal persaingan jadi pimpinan Polri sekaligus program bantuan beras.(idr/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari