Selasa, 8 April 2025
spot_img

Gempa Banten Akibat Erupsi Anak Krakatau

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Api Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak sembilan kali sepanjang Jumat (4/2).

Proses keluarnya material lava dan gas dari perut gunung api tersebut yang terjadi sepanjang hari umat kemarin, dengan rentang waktu hampir berdekatan yakni pada pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 Wib, dengan tinggi kolom abu berkisar 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu hitam tebal.

Pantaun visual PVMBG, terdapat indikasi bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, ditandai dengan kegempaan vulkanik yang terekam. Gempa vulkanik Anak Krakatau sendiri telah berlangsung sejak 16 Januari hingga Jumat 4 Februari yang mengakibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 pada kedalaman 10 km melanda Provinsi Banten pada pukul 17.10 WIB, kemarin.

Getaran gempa bumi terasa di beberapa daerah di antaranya Pelabuhan Ratu, Malingping, Bayah, Cihara, Panggarangan, Ciptagelar, Wanasalam, Sukabumi, Rangkasbitung, Cireunghas, Cikeusik, Labuan, Majasari, Cigeulis, Carita, Munjul, Sumur, dan Sawarna, Pangalengan, Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Tangerang Selatan, Parung Panjang.

Baca Juga:  KPK Perpanjang Masa Penahanan Andi Putra 40 Hari ke Depan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten melaporkan, meski berlangsung singkat hanya 3 detik, namun gempa bumi tersebut menimbulkan kepanikan sehingga warga berhamburan hingga keluar rumah.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan data hingga sore kemarin, belum ada laporan dampak kerusakan dari masyarakat. Katanya, berdasarkan pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak memicu terjadinya tsunami.

"Pihak BPBD masih melakukan pemantauan dampak dan situasi pasca gempa," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kemarin.

BNPB menyebut, bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga:  Tegas Tolak RUU Cipta Lapangan Kerja

Saat ini tingkat aktivitas gunungapi Anak Krakatau masih berstatus waspada. Warga maupun wisatawan diminta untuk tidak mendekati dan beraktivitas pada radius 2 km dari kawah aktif. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui PVMBG dan diminta untuk tidak percaya dengan informasi yang mengundang kepanikan. Pasalnya, saat ini beredar video-video erupsi gunungapi Anak Krakatau tahun 2018 lalu yang menggambarkan kondisi gunung api saat ini.

"Hingga kini Pusdalops BNPB masih memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya gempa maupun tsunami," pungkasnya.(yus)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Api Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak sembilan kali sepanjang Jumat (4/2).

Proses keluarnya material lava dan gas dari perut gunung api tersebut yang terjadi sepanjang hari umat kemarin, dengan rentang waktu hampir berdekatan yakni pada pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 Wib, dengan tinggi kolom abu berkisar 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu hitam tebal.

Pantaun visual PVMBG, terdapat indikasi bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, ditandai dengan kegempaan vulkanik yang terekam. Gempa vulkanik Anak Krakatau sendiri telah berlangsung sejak 16 Januari hingga Jumat 4 Februari yang mengakibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 pada kedalaman 10 km melanda Provinsi Banten pada pukul 17.10 WIB, kemarin.

Getaran gempa bumi terasa di beberapa daerah di antaranya Pelabuhan Ratu, Malingping, Bayah, Cihara, Panggarangan, Ciptagelar, Wanasalam, Sukabumi, Rangkasbitung, Cireunghas, Cikeusik, Labuan, Majasari, Cigeulis, Carita, Munjul, Sumur, dan Sawarna, Pangalengan, Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Tangerang Selatan, Parung Panjang.

Baca Juga:  5 Fakta Arab Saudi Semakin Modern dan Terbuka

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten melaporkan, meski berlangsung singkat hanya 3 detik, namun gempa bumi tersebut menimbulkan kepanikan sehingga warga berhamburan hingga keluar rumah.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan data hingga sore kemarin, belum ada laporan dampak kerusakan dari masyarakat. Katanya, berdasarkan pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak memicu terjadinya tsunami.

"Pihak BPBD masih melakukan pemantauan dampak dan situasi pasca gempa," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kemarin.

BNPB menyebut, bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga:  Tingkatkan Usaha Penyelamatan Aset Negara, PEP Lirik Gandeng Kejari Inhu

Saat ini tingkat aktivitas gunungapi Anak Krakatau masih berstatus waspada. Warga maupun wisatawan diminta untuk tidak mendekati dan beraktivitas pada radius 2 km dari kawah aktif. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui PVMBG dan diminta untuk tidak percaya dengan informasi yang mengundang kepanikan. Pasalnya, saat ini beredar video-video erupsi gunungapi Anak Krakatau tahun 2018 lalu yang menggambarkan kondisi gunung api saat ini.

"Hingga kini Pusdalops BNPB masih memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya gempa maupun tsunami," pungkasnya.(yus)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Gempa Banten Akibat Erupsi Anak Krakatau

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Api Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak sembilan kali sepanjang Jumat (4/2).

Proses keluarnya material lava dan gas dari perut gunung api tersebut yang terjadi sepanjang hari umat kemarin, dengan rentang waktu hampir berdekatan yakni pada pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 Wib, dengan tinggi kolom abu berkisar 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu hitam tebal.

Pantaun visual PVMBG, terdapat indikasi bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, ditandai dengan kegempaan vulkanik yang terekam. Gempa vulkanik Anak Krakatau sendiri telah berlangsung sejak 16 Januari hingga Jumat 4 Februari yang mengakibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 pada kedalaman 10 km melanda Provinsi Banten pada pukul 17.10 WIB, kemarin.

Getaran gempa bumi terasa di beberapa daerah di antaranya Pelabuhan Ratu, Malingping, Bayah, Cihara, Panggarangan, Ciptagelar, Wanasalam, Sukabumi, Rangkasbitung, Cireunghas, Cikeusik, Labuan, Majasari, Cigeulis, Carita, Munjul, Sumur, dan Sawarna, Pangalengan, Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Tangerang Selatan, Parung Panjang.

Baca Juga:  DPR Sebut Komisioner OJK Buang Badan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten melaporkan, meski berlangsung singkat hanya 3 detik, namun gempa bumi tersebut menimbulkan kepanikan sehingga warga berhamburan hingga keluar rumah.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan data hingga sore kemarin, belum ada laporan dampak kerusakan dari masyarakat. Katanya, berdasarkan pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak memicu terjadinya tsunami.

"Pihak BPBD masih melakukan pemantauan dampak dan situasi pasca gempa," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kemarin.

BNPB menyebut, bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga:  5 Fakta Arab Saudi Semakin Modern dan Terbuka

Saat ini tingkat aktivitas gunungapi Anak Krakatau masih berstatus waspada. Warga maupun wisatawan diminta untuk tidak mendekati dan beraktivitas pada radius 2 km dari kawah aktif. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui PVMBG dan diminta untuk tidak percaya dengan informasi yang mengundang kepanikan. Pasalnya, saat ini beredar video-video erupsi gunungapi Anak Krakatau tahun 2018 lalu yang menggambarkan kondisi gunung api saat ini.

"Hingga kini Pusdalops BNPB masih memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya gempa maupun tsunami," pungkasnya.(yus)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Gunung Api Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak sembilan kali sepanjang Jumat (4/2).

Proses keluarnya material lava dan gas dari perut gunung api tersebut yang terjadi sepanjang hari umat kemarin, dengan rentang waktu hampir berdekatan yakni pada pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 Wib, dengan tinggi kolom abu berkisar 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu hitam tebal.

Pantaun visual PVMBG, terdapat indikasi bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, ditandai dengan kegempaan vulkanik yang terekam. Gempa vulkanik Anak Krakatau sendiri telah berlangsung sejak 16 Januari hingga Jumat 4 Februari yang mengakibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,5 pada kedalaman 10 km melanda Provinsi Banten pada pukul 17.10 WIB, kemarin.

Getaran gempa bumi terasa di beberapa daerah di antaranya Pelabuhan Ratu, Malingping, Bayah, Cihara, Panggarangan, Ciptagelar, Wanasalam, Sukabumi, Rangkasbitung, Cireunghas, Cikeusik, Labuan, Majasari, Cigeulis, Carita, Munjul, Sumur, dan Sawarna, Pangalengan, Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Tangerang Selatan, Parung Panjang.

Baca Juga:  Dari Delapan Orang yang Dipanggil Polda, Hanya Satu dari Pihak Bea Cukai yang Hadir

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten melaporkan, meski berlangsung singkat hanya 3 detik, namun gempa bumi tersebut menimbulkan kepanikan sehingga warga berhamburan hingga keluar rumah.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan data hingga sore kemarin, belum ada laporan dampak kerusakan dari masyarakat. Katanya, berdasarkan pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak memicu terjadinya tsunami.

"Pihak BPBD masih melakukan pemantauan dampak dan situasi pasca gempa," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kemarin.

BNPB menyebut, bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga:  Kemenhub Batalkan Pelarangan Operasional Bus Umum

Saat ini tingkat aktivitas gunungapi Anak Krakatau masih berstatus waspada. Warga maupun wisatawan diminta untuk tidak mendekati dan beraktivitas pada radius 2 km dari kawah aktif. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui PVMBG dan diminta untuk tidak percaya dengan informasi yang mengundang kepanikan. Pasalnya, saat ini beredar video-video erupsi gunungapi Anak Krakatau tahun 2018 lalu yang menggambarkan kondisi gunung api saat ini.

"Hingga kini Pusdalops BNPB masih memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya gempa maupun tsunami," pungkasnya.(yus)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari