Suatu hari Ika (10) dan temannya bermain sepeda dengan temannya, mereka berdua kebut-kebutan di jalan komplek yang tidak terlalu ramai.
Mereka mengitari komplek dan berpacu untuk menentukan pemenang, yaitu yang sampai di rumah Ika duluan yang akan menjadi pemenangnya.
Ika sangat percaya diri, ia menggenjot pedal sepedanya dengan yakin, belum lagi ia sedari tadi sudah memimpin balapan. Temannya masih jauh di belakangnya.
Saat hendak mencapai finis, tiba-tiba seekor ayam menyeberang dengan berlari kencang. Ika sangat terkejut dan reflek membanting setir ke kiri, tak ayal ia dan sepedanya terjatuh bersamaan.
Ia merasakan sesuatu yang cair mengalir dari hidungnya, namun Ika takut untuk menyentuh. Ia pun menangis sekencang-kencangnya sambil berteriak jika hidungnya berdarah.
"Alamak…! Itu ingus kamu Ika, bukan darah," ujar temannya yang baru bisa menyusul Ika. Mendengar jawaban tersebut, Ika menyentuh hidungnya dan benar saja cairan bening sedikit kental yang ia sentuh.(anf)
Suatu hari Ika (10) dan temannya bermain sepeda dengan temannya, mereka berdua kebut-kebutan di jalan komplek yang tidak terlalu ramai.
Mereka mengitari komplek dan berpacu untuk menentukan pemenang, yaitu yang sampai di rumah Ika duluan yang akan menjadi pemenangnya.
- Advertisement -
Ika sangat percaya diri, ia menggenjot pedal sepedanya dengan yakin, belum lagi ia sedari tadi sudah memimpin balapan. Temannya masih jauh di belakangnya.
Saat hendak mencapai finis, tiba-tiba seekor ayam menyeberang dengan berlari kencang. Ika sangat terkejut dan reflek membanting setir ke kiri, tak ayal ia dan sepedanya terjatuh bersamaan.
- Advertisement -
Ia merasakan sesuatu yang cair mengalir dari hidungnya, namun Ika takut untuk menyentuh. Ia pun menangis sekencang-kencangnya sambil berteriak jika hidungnya berdarah.
"Alamak…! Itu ingus kamu Ika, bukan darah," ujar temannya yang baru bisa menyusul Ika. Mendengar jawaban tersebut, Ika menyentuh hidungnya dan benar saja cairan bening sedikit kental yang ia sentuh.(anf)