Banyak alasan mengapa masyarakat Indonesia, khususnya Pulau Sumatera memilih berobat ke Negeri Jiran Malaysia. Salah satunya adalah pelayanan yang ekstra. Ditambah tingkat kesembuhan yang tinggi. Dua hal tersebut menjadi poin penting bagi pasien, di samping persoalan harga.
Laporan AFIAT ANANDA, Johor Bahru
JOHAR Arif tampak hilir mudik di aula pertemuan Rumah Sakit Regency Specialist, Johor Bahru, Malaysia, Sabtu (2/11) lalu. Setiap orang yang ia temui disalami satu persatu. Mulai dari dokter, pegawai hingga wartawan asal Indonesia yang sedang mengadakan media visit di sana. Setelah berkenalan satu sama lain, pria asal Batam, Kepulauan Riau itu langsung memperkenalkan diri.Cerita dia, tepat 5 tahun lalu, persisnya pada tahun 2014 dirinya terserang penyakit stroke. "Awalnya saya sehat. Biasa saja. Bahkan saya rajin berolahraga. Tapi waktu itu tiba-tiba saja pas saya mau mandi malam mata langsung berbintang-bintang. Badan lemas dan saya seketika tumbang," ujar Johar kepada wartawan.
Oleh keluarga, Johar langsung dilarikan ke salah satu rumah sakit di Batam. Namun seminggu ia menjalani perawatan, tidak ada perubahan yang berarti. Dari keterangan dokter yang merawat, Johar terserang stroke. Ada penyumbatan pembuluh darah yang cukup serius. Bahkan ia sempat melewati fase opname. Dalam hati saat itu Johar mengaku pasrah. Ia bersama pihak keluarga kemudian memutuskan untuk rawat jalan.
"Kateter waktu masih terpasang dari rumah sakit. Sudah, saya putuskan untuk pulang ke rumah di Batam," kenang Johar.
Hari demi hari tetap dia lalui. Segala aktivitas Johar kala itu harus dibantu oleh sang anak perempuan. Hingga akhirnya ada informasi untuk berobat ke seorang tabib. Rencana itu pun ia mantapkan. Namun belum sampai ke tempat tabib tersebut, ia disarankan oleh seorang sahabat untuk berobat ke RS Regency Specialist di Johor Bahru, Malaysia. Tempat di mana dia saat itu berdiri dan berbicara lantang menceritakan pengalamannya.
Dari Batam ia menggunakan kapal fery menuju Johor Bahru. Meski masih sulit berjalan, dia mengaku harus memaksakan diri bisa sampai.
Untuk satu tekad, sembuh! Sampai di pelabuhan Johor Bahru ia langsung disambut perawat dari RS Regency. Senyuman pertama pada saat disambut di pelabuhan membuat semangat dirinya tumbuh. Ia kemudian dibawa ke RS. Tiba di RS, Johar langsung dirawat. Beberapa dokter spesialis melakukan analisa terhadap penyakit yang ia idap.
"Saya dirawat inap selama beberapa pekan," ucapnya.
Usaha yang ia lakukan ternyata berhasil. Sampai saat ini, Johar sudah kembali beraktivitas seperti semula. Bahkan kegiatan berat seperti olahraga dan kembali bekerja sebagai pembawa acara di Batam kembali ia lakoni. Dari apa yang ia alami, Johar memiliki beberapa pesan khusus kepada mereka yang masih sehat.
"Pertama, hidup teratur dan jaga pola makan. Kemudian rajin berolahraga. Saya kena stroke itu setelah didiagnosis karena pola makan yang tidak baik. Apa saja saya makan, karena emang enggak ada pantang sebelum sakit," pesannya.
Apa yang dialami Johar, ternyata juga sering dialami banyak pasien yang berobat ke Negeri Jiran. Dari cerita Spesialis Ortopedi & Trauma Surgery RS Regency Specialist Dr Soh Chiang Joo, dirinya kerap mendapati pasien yang telah ditangani di Indonesia, namun datang melanjutkan pengobatan di Malaysia. Ia bercerita pernah sekali mendapati pasien patah tulang dengan kondisi yang cukup buruk.
"Pasien asal Indonesia juga yang mengalami patah tulang. Bagian daging robek. Tapi oleh petugas medis yang menangani awal (saat di Indonesia, red) hanya dijahit bagian atas. Seharusnya dua lapis. Bagian dalam dan luar," paparnya.
Di sisi lain, Direktur Marketing RS Regency Spesialist Wong Soo Soon mengatakan bahwa RS yang terletak di bagian timur Johor Bahru itu setidaknya telah merawat 173 ribu pasien hingga Oktober 2019 lalu. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 20 ribu pasien dibanding tahun sebelumnya pada bulan yang sama. RS Regency sendiri, dikatakan dia memiliki 6 ruang operasi dan 218 ruang rawat inap.
Dengan kapasitas ruang rawat sebanyak itu, pihaknya memiliki jumlah perawat dua kali lebih banyak dari jumlah ruangan. Termasuk juga 4 orang dokter yang standby selama 24 jam di ruang Unit Gawat Darurat (UGD).
"Lima keunggulan RS kami yaitu pusat saraf dan otak, pusat jantung dan paru paru, pusat wanita dan anak serta pusat darurat dan trauma," paparnya.***