JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), AA La Nyalla Mahmud Mattalitti melihat wabah corona (Covid-19) selain harus ditangani medis dan pemerintah, juga diperlukan ikhtiar para ulama.
Untuk itu, La Nyalla silatruhami ke beberapa pesantren termasuk sowan ke Kyai KH Ahmad Muhyiddin Munawar, pengasuh Pondok Pesantren Mansyul Huda 02 Senori, Tuban, Jawa Timur, Senin (4/5/2020).
La Nyalla disambut dan dikalungi selendang berwarna hijau milik KH Ahmad Muhyiddin Munawar sebagai simbol penghormatan. Dalam pertemuan itu, La Nyalla mengingatkan akan pentingnya muhasabah bagi umat Islam di bulan suci Ramadan. Ia berharap, ada keberkahan di bulan suci Ramadan ini.
La Nyalla memohon dukungan doa dari ulama Nusantara agar wabah virus corona atau segera berakhir di Indonesia agar masyarakat bisa hidup normal kembali.
"Sebagai umat Islam kita tidak lepas dari restu dan doa ulama. Semoga kita selalu ber-muhasabah sebagai evaluasi diri apa yang telah kita perbuat selama ini. Restu dan sowan kiai ini semoga menambah spirit dalam melaksanakan aktivitas tugas negara," kata La Nyalla melalui siaran persnya, Senin (4/5/2020).
"Selain tindakan medis, kita umat islam wajib membantu pemerintah dalam menanggulangi virus ini dengan banyak berdoa," timpalnya.
Sebagai bukti kepedulian La Nyalla untuk memerangi Covid-19, senator asal Jatim itu juga menyerahkan bantuan alat pelindung diri (APD) ke beberapa Rumah sakit salah satu diantaranya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koesma Tuban sebagai RS rujukan yang ditunjuk pemerintah daerah dalam menangani pasien Covid-19.
Sementara itu, Putra Kiai Muhyiddin, Gus Ali atau Ali Ad’adi, mengatakan, kedatangan La Nyalla sebatas menjalin silaturrahmi atau sowan selayaknya santri dengan kiyai atau umaro (ulama) yang tidak dapat dipisahkan keterikatan batiniyahnya.
"Hanya sowan biasa. Memang kecintaan beliau kepada ulama ditandai dengan seringnya beliau silaturrahmi ke pesantren-pesantren," kata Gus Ali.
Selain itu kata Gus Ali, La Nyalla juga penyerahan bantuan berupa sembilan bahan pokok (sembako).
Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Hary B Koriun