JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan narasi radikalisme agar diubah menjadi manipulator agama. Hal ini sebagai upaya serius untuk mencegah meluasnya aksi radikalisme.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid tak mempermasalahkan perubahan tersebut. Ia pun mendukung langkah Presiden Jokowi dalam menghilangkan segala potensi pemecah belah bangsa.
“Semangat Bapak Presiden memahami agama itu dalam konteks yang benar. Karena benar, agama itu hadir untuk memberikan kedamaian,” kata Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid saat menghadiri acara gerak jalan kerukunan di depan kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Minggu (3/11).
Zainut menyatakan, radikalisme tidak ada korelasinya sama sekali dengan ajaran agama. Justru, agamalah yang memandu manusia untuk hidup dalam ketentraman, kedamaian, dan menyatukan seluruh manusia.
“Agama hadir untuk memberikan kasih sayang, agama hadir untuk mempersatukan kita, bukan memecah belah kita,” jelasnya.
Usulan Presiden Jokowi mengubah radikalisme menjadi manipulator agama disampaikan saat memimpin rapat terbatas terkait penyampaian program dan kegiatan bidang politik, hukum, dan keamanan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (31/10). Jokowi mengatakan perlu ada upaya serius untuk mencegah meluasnya aksi radikalisme.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu melempar wacana mengubah istilah radikalisme dengan manipulator agama. Jokowi menyerahkan kepada Menko Polhukam Mahfud MD untuk mengkoordinasikan hal ini.
“Atau mungkin enggak tahu, apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama. Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam untuk mengkoordinasikan masalah ini,” katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan narasi radikalisme agar diubah menjadi manipulator agama. Hal ini sebagai upaya serius untuk mencegah meluasnya aksi radikalisme.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid tak mempermasalahkan perubahan tersebut. Ia pun mendukung langkah Presiden Jokowi dalam menghilangkan segala potensi pemecah belah bangsa.
- Advertisement -
“Semangat Bapak Presiden memahami agama itu dalam konteks yang benar. Karena benar, agama itu hadir untuk memberikan kedamaian,” kata Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid saat menghadiri acara gerak jalan kerukunan di depan kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Minggu (3/11).
Zainut menyatakan, radikalisme tidak ada korelasinya sama sekali dengan ajaran agama. Justru, agamalah yang memandu manusia untuk hidup dalam ketentraman, kedamaian, dan menyatukan seluruh manusia.
- Advertisement -
“Agama hadir untuk memberikan kasih sayang, agama hadir untuk mempersatukan kita, bukan memecah belah kita,” jelasnya.
Usulan Presiden Jokowi mengubah radikalisme menjadi manipulator agama disampaikan saat memimpin rapat terbatas terkait penyampaian program dan kegiatan bidang politik, hukum, dan keamanan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (31/10). Jokowi mengatakan perlu ada upaya serius untuk mencegah meluasnya aksi radikalisme.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu melempar wacana mengubah istilah radikalisme dengan manipulator agama. Jokowi menyerahkan kepada Menko Polhukam Mahfud MD untuk mengkoordinasikan hal ini.
“Atau mungkin enggak tahu, apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama. Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam untuk mengkoordinasikan masalah ini,” katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman