JAKARTA (RIAUPOS.CO) — ’’Malam ini ibu negara dan saya dinyatakan positif Covid-19. Kami segera memulai karantina dan pemulihan. Kami akan melewati ini bersama.’"
Cuitan Presiden AS Donald Trump kemarin pagi (2/10) itu cukup singkat. Namun mampu membuat pasar saham global anjlok. Fakta bahwa Trump terjangkit virus SARS-CoV-2 membuat ketidakpastian di negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu kian besar.
"Seandainya kesehatan Trump memburuk, saya memperkirakan ada pergerakan yang lebih signifikan. Tapi, saat ini belum ada tanda-tanda tersebut,’" ujar Craig Erlam, analis di Oanda, seperti dikutip Agence France-Presse.
Ini tahun politik. Kursi presiden AS tengah diperebutkan. Pemilu kurang sebulan lagi dan salah seorang kandidatnya, Trump, positif Covid-19. Peluang apa pun terbuka lebar. Termasuk jika akhirnya penyakit yang belum ada vaksinnya itu menggerogoti tubuh Trump. Sebab, politikus 74 tahun tersebut termasuk golongan yang rawan.
"Faktor risiko utama Trump yang kami ketahui adalah tentang usianya (yang sudah lansia) dan fakta bahwa dia kelebihan berat badan. Itu akan menjadi faktor risiko tinggi," terang dokter perawatan intensif di St Vincent's Hospital, Melbourne, Australia, dr Barry Dixon, seperti dikutip The Guardian.
Belum diketahui apakah Trump memiliki penyakit penyerta atau tidak. Namun, jika gejalanya memburuk dan terjadi pneumonia, risikonya bisa lebih tinggi. Selama ini, mayoritas mortalitas berhubungan dengan pneumonia. Dixon menjelaskan bahwa gejala yang muncul pada pekan pertama biasanya memang ringan. Baru pada pekan kedua bakal diketahui apakah terjadi pneumonia atau tidak.
Gedung Putih langsung melakukan pelacakan. Putra Trump dan Melania, Barron, dinyatakan negatif. Demikian juga Wakil Presiden AS Mike Pence, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Ketiganya negatif Covid-19. Belum diketahui berapa anggota keluarga Trump lainnya yang tertular. Sebab, saat debat presiden pertama Selasa (29/9), beberapa anggota keluarga Trump tak memakai masker. Trump saat itu bahkan sempat mengejek Joe Biden dan orang-orang Demokrat yang menggunakan masker.
Trump dan Melania menjalani tes setelah Hope Hicks dinyatakan positif. Hicks adalah penasihat Trump dan dia ikut dalam penggalangan dana di New Jersey maupun dalam debat capres lalu. Dia bukan satu-satunya orang di Gedung Putih yang positif Covid-19. Katie Miller yang merupakan juru bicara Pence juga baru sembuh dari penyakit tersebut. Miller menikah dengan penasihat Trump, Stephen Miller. Mei lalu salah seorang pelayan pribadi Trump juga positif Covid-19.
Trump bisa dipastikan tidak akan menghadiri kampanye di Wisconsin, Florida, dan Arizona secara langsung seperti biasanya. Padahal, tiga negara bagian itu termasuk swing states yang sangat diperebutkan. Bahkan, ada pepatah yang menyatakan, siapa pun yang memenangkan Florida, dia menang pemilu.
Trump seharusnya berkampanye di Florida kemarin malam dan Wisconsin pada akhir pekan. Jadwal itu terpaksa dibatalkan. Jadwal debat presiden kedua pada 15 Oktober nanti mungkin juga harus diubah.
Di pihak lain, Melania juga mencuit bahwa dirinya membatalkan semua jadwal yang akan datang. Dia menegaskan bahwa dirinya dan Trump baik-baik saja.
Sementara itu, Biden menyatakan bahwa dirinya dan sang istri, Jill, berharap Trump serta Melania segera sembuh. "Kami akan terus berdoa untuk kesehatan dan keselamatan presiden dan keluarganya," cuit Biden di akun Twitter-nya. Doa serupa dilontarkan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Status Trump yang positif itu menjadi pukulan telak. Sebab, selama ini dia meremehkan pandemi yang tengah melanda dunia tersebut. Bahkan, ketika angka kematian di AS sudah menembus 212 ribu orang, Trump masih tenang. Dia tetap menggelar kampanye indoor yang menghadirkan ratusan orang serta tak memakai masker dan tak menjaga jarak.
Mungkin karena sikapnya yang selalu kontroversial tersebut, cuitannya yang mengaku positif Covid-19 langsung menuai banyak reaksi. Unggahannya tersebut menuai lebih dari sejuta likes dan dibagikan sama banyaknya. Itu adalah cuitan Trump yang paling banyak disukai.
Trump senasib dengan Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Sama seperti Trump, Johnson awalnya juga meremehkan Covid-19. Dia tertular dan sempat dilarikan ke ICU sebelum akhirnya sembuh. Pasca kesembuhannya, sikap Johnson banyak berubah dalam mengatasi pandemi. Itu berbeda dengan Bolsonaro yang kukuh tak terlalu peduli dengan penularan dan kematian akibat Covid-19 di negaranya. Bolsonaro kini sudah dinyatakan negatif.
Sementara itu, dari Jakarta, kasus Trump diharapkan bisa menjadi peringatan bagi publik bahwa Covid-19 bisa menjangkiti siapa saja. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan bahwa Covid-19 bukan hoax atau konspirasi. Dia menyayangkan masih ada sebagian masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan dengan alasan tidak percaya adanya Covid-19. "Ini kenyataan. Tak ada yang kebal dari penyakit ini," tegas Wiku.
Karena itu, dia meminta masyarakat bisa memahami kondisi tersebut dan menjalankan protokol kesehatan. Juga meyakinkan sesama masyarakat tentang betapa berbahayanya Covid-19 sehingga perlu dilawan bersama-sama. Penyakit itu tidak bisa dilawan 1–2 orang saja. Dibutuhkan peran bersama untuk mengatasinya.
Dia merujuk sejumlah penelitian di jurnal internasional tentang cara pencegahan penularan penyakit. Berdasar hasil penelitian, mencuci tangan dengan sabun mampu menurunkan risiko penularan hingga 35 persen. Kemudian, penggunaan masker kain menurunkan risiko penularan sampai 45 persen. Penggunaan masker bedah, lanjut Wiku, dapat menurunkan risiko penularan 70 persen.
"Yang paling utama, menjaga jarak minimal 1 meter bisa menurunkan risiko penularan sampai 85 persen," ungkapnya. Karena itulah, bila seluruh protokol itu dijalankan bersamaan, risiko penularan makin kecil.
Wiku menjelaskan, naik turunnya angka penularan Covid-19 maupun perubahan zona risiko wilayah bergantung kepada masyarakat. Angka penularan bakal turun saat masyarakat kompak mematuhi protokol kesehatan. Sebaliknya, begitu masyarakat lengah, angka penularan berpotensi naik lagi.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi