JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Rudy Giuliani harus memutar otak untuk melindungi kliennya, Presiden AS Donald Trump. Sebab, Demokrat bergerak cepat untuk memakzulkan suami Melania itu.
Senin (30/9) lalu tiga komite di House of Representatives mengajukan surat perintah kepada Giuliani. Mereka meminta rekaman komunikasi pengacara Trump itu dengan para pejabat Ukraina.
”Baru-baru ini Anda berkata memiliki bukti dalam bentuk pesan teks, rekaman telepon, dan bentuk komunikasi lain yang mengindikasikan bahwa Anda tidak bertindak sendiri dan pejabat pemerintahan Trump mungkin terlibat dalam skema ini,” bunyi penggalan surat perintah yang diberikan oleh Komite Intelijen, Komite Pengawas, dan Komite Hubungan Luar Negeri House of Representatives kepada Giuliani.
Mantan wali kota New York itu diberi waktu hingga 15 Oktober untuk mengumpulkan dan menyerahkan semua bukti yang diinginkan oleh tiga komite tersebut. Giuliani harus patuh meski Gedung Putih dan Trump memerintahkan sebaliknya. Sebab, jika menolak, itu akan dianggap sebagai upaya menghalangi penyelidikan untuk pemakzulan.
Giuliani memang tak bisa berkutik. Sebab, dalam sebuah wawancara dengan CNN 19 September lalu, dia mengakui telah meminta pejabat Ukraina untuk menyelidiki dugaan skema penyuapan yang dilakukan oleh Joe Biden. Trump ingin mencari kesalahan Biden dan putranya, Hunter. Hunter pernah menjadi anggota dewan direksi di perusahaan gas alam Ukraina, Burisma Holdings. Biden adalah lawan kuat Trump dalam Pemilu 2020.
Giuliani belum memberikan pernyataan. Tetapi, dalam wawancara dengan ABC News Minggu (29/9), dia menegaskan tidak akan bekerja sama dengan Ketua Komite Intelijen Adam Schiff.
Trump tak hanya menyuruh Giuliani, tapi juga bergerak sendiri dengan meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk membantu. Sebagian rekaman telepon dua pemimpin negara tersebut sudah beredar luas.
Belakangan diketahui, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga mendengar saat percakapan telepon itu terjadi. Diperkirakan, cepat atau lambat Pompeo bakal menerima surat pemanggilan juga.
Masalah kian buruk. Sebab, di hari yang sama terungkap, Trump juga pernah mendesak Perdana Menteri Australia Scott Morrison untuk mencari bukti guna mendiskreditkan penyelidikan Robert Mueller tentang keterlibatan Rusia dalam pemilu AS. Pemerintah Australia mengakui percakapan tersebut dan kala itu Morrison berjanji membantu. New York Times mengungkapkan bahwa percakapan itu terjadi sebelum Morrison berkunjung ke AS pekan lalu.
Gedung Putih dikabarkan membatasi akses terhadap transkrip percakapan tersebut. Hal yang sama berlaku untuk transkrip percakapan Trump dengan Zelensky.
BBC melaporkan, sejak Demokrat meluncurkan rencana pemakzulan Trump Selasa (24/9), pembicaraan presiden ke-45 AS itu dengan pemimpin negara lain diawasi ketat. Trump kerap tidak membuat persiapan saat akan menerima telepon dari pemimpin negara lain. Karena itu, dia kerap membuat kesalahan yang memalukan.
Penduduk AS kini bersama Demokrat. Berdasar hasil beberapa polling yang dirilis Senin, dukungan penduduk agar Trump dimakzulkan kian kuat. Berdasar polling CNN/SSRS dan Quinnipiac University, 47 persen penduduk setuju Trump dilengserkan. Jumlah itu naik jika dibandingkan dengan hasil polling serupa di awal pekan yang sebesar 30-an persen.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman