Rabu, 18 September 2024

Dampak Corona Mengulik Pembelajaran Daring

Oleh: Saida SPd

SAAT ini corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi mana pun, corona masih mendominasi ruang publik. Tidak ada yang tak kenal dengan corona. Dalam waktu 3 bulan saja, namanya menjadi trending topik, digunjingkan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Cobalah iseng-iseng mengetik kata “corona” di mesin pencarian Google, dalam waktu sekejap banyak artikel yang mengupas masalah tersebut.

Kehadiran makhluk ini sebenarnya tidak diinginkan. Kedatangannya yang tidak diundang membuat kita kalang kabut. Jujur, tidak ada yang mau berkenalan dan bersahabat dengannya. Namanya membawah awan negatif; ditakuti dan membawa aura yang tidak baik.Terlebih, dampak yang ditimbulkannya memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan.

Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Corona memaksa guru menghentikan proses pembelajaran. Kelas vakum, siswa diistirahatkan, segala kegiatan tiba-tiba mandek tanpa program. Dalam dua bulan ini, tidak kita jumpai siswa yang berseragam hilir mudik di jalan.

- Advertisement -

Tawa renyah di kelas hilang. Canda dan gurauan di majelis guru sirna. Rutinitas di kelas yang nota bene tempat berkumpulnya pendidik dan pengajar untuk sementara dilarang. Semua kegiatan yang berbau kumpul-kumpul dan membentuk keramaian menjadi tabu dilakukan.

Lantas, apakah kegiatan pembelajaran terhenti karena corona? Tentu saja tidak. Bagaimanapun, wabah ini harus dihadapi dengan sikap sabar dan ikhlas. Meskipun proses pembelajaran tatap muka tidak bias dilaksanakan, guru tetap melakukan pembelajaran daring (dalam jaringan) agar target kurikulum tercapai. Di samping itu, siswa harus tetap akrab dengan buku dan materi pembelajaran agar mereka tidak gagap ketika harus belajar lagi di dunia nyata. Pembelajaran di dunia maya walaupun tidak maksimal, sangat membantu siswa mengasah kemampuan kognitifnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Investor Bangun Pabrik Pengolahan Udang Rp45 Miliar

Peralihan pembelajaran tatap muka ke model daring tentu saja menimbulkan efek kejut bagi semua pihak. Guru yang gagap teknologi akan merasa tersiksa karena kesulitan mentransfer ilmunya dan memberikan tugas kepada siswa.

Tidak bisa dipungkiri, banyak guru yang jarang berakrab-akrab dengan teknologi. Dari sisi siswa, hal yang paling dikeluhkan adalah masalah finansial. Pembelajaran daring, terutama yang live metting sangat tergantung pada kuota internet.

Mereka masih menggantungkan ketersediaan kuota pada orang tuanya. Keterbatasan penyampaian materi juga membuat siswa kesulitan mencerna tugas-tugas yang diberikan. Imbasnya, orang tualah yang menjadi tumbal karena harus menggarap tugas anak-anaknya. Banyak beredar anekdot dan meme tentang orang tua yanag stress karena corona. Stress karena menjadi siswa dadakan tanpa rencana.

Untuk mengantisipasi masalah pembelajaran pada musim corona, guru bisa memilih berbagai aplikasi agar PBM tetap berjalan. Salah satu aplikasi yang familiar dan biasa digunakan, misalnya WA. Penulis yakin, hampir semua guru eksis di WA. Media ini menjadi penyampai informasi yang cepat dan praktis. Untuk menghubungkan guru dan siswa, WA dinilai masih efektif. Menjelaskan konsep sederhana, mengkoordinir siswa, memberikan tugas, bahkan mengembalikan hasil pekerjaan siswa yang sudah dikoreksi, sangat mungkin dilakukan.

Baca Juga:  Polsek Bangko Ungkap 40 Kasus Narkoba

Tinggal bagaimana guru bisa memanfaatkan media tersebut sehingga pembelajaran daring bisa berlangsung sangkil dan mangkus.

Pembelajaran daring dengan segala keterbatasannya, tetap menjadi pilihan yang tidak dapat dielakkan. Tinggal bagaimana guru bijak memilih sarana yang sesuai, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi siswa. Prinsipnya, guru dan siswa tetap terhubung meskipun durasi pembelajaran lebih singkat.

Yang juga harus diingat, keterbatasan pertemuan tatap muka jangan menjadikan guru kalap menggantikannya dengan tugas yang bejibun. Akhirnya, pembelajaran daring yang asalnya sebagai pengganti KBM, akan menjadi momok bagi siswa. Guru tetap harus kreatif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Siswa tidak merasa terbebani dan tetap mengharapkan kehadiran gurunya di dunia maya. Di tengah corona, pembelajaran yang humanis tetap menjadi prioritas.***

*Guru SDN 42 Bengkalis

Oleh: Saida SPd

SAAT ini corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi mana pun, corona masih mendominasi ruang publik. Tidak ada yang tak kenal dengan corona. Dalam waktu 3 bulan saja, namanya menjadi trending topik, digunjingkan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Cobalah iseng-iseng mengetik kata “corona” di mesin pencarian Google, dalam waktu sekejap banyak artikel yang mengupas masalah tersebut.

Kehadiran makhluk ini sebenarnya tidak diinginkan. Kedatangannya yang tidak diundang membuat kita kalang kabut. Jujur, tidak ada yang mau berkenalan dan bersahabat dengannya. Namanya membawah awan negatif; ditakuti dan membawa aura yang tidak baik.Terlebih, dampak yang ditimbulkannya memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan.

Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Corona memaksa guru menghentikan proses pembelajaran. Kelas vakum, siswa diistirahatkan, segala kegiatan tiba-tiba mandek tanpa program. Dalam dua bulan ini, tidak kita jumpai siswa yang berseragam hilir mudik di jalan.

Tawa renyah di kelas hilang. Canda dan gurauan di majelis guru sirna. Rutinitas di kelas yang nota bene tempat berkumpulnya pendidik dan pengajar untuk sementara dilarang. Semua kegiatan yang berbau kumpul-kumpul dan membentuk keramaian menjadi tabu dilakukan.

Lantas, apakah kegiatan pembelajaran terhenti karena corona? Tentu saja tidak. Bagaimanapun, wabah ini harus dihadapi dengan sikap sabar dan ikhlas. Meskipun proses pembelajaran tatap muka tidak bias dilaksanakan, guru tetap melakukan pembelajaran daring (dalam jaringan) agar target kurikulum tercapai. Di samping itu, siswa harus tetap akrab dengan buku dan materi pembelajaran agar mereka tidak gagap ketika harus belajar lagi di dunia nyata. Pembelajaran di dunia maya walaupun tidak maksimal, sangat membantu siswa mengasah kemampuan kognitifnya.

Baca Juga:  Polsek Bangko Ungkap 40 Kasus Narkoba

Peralihan pembelajaran tatap muka ke model daring tentu saja menimbulkan efek kejut bagi semua pihak. Guru yang gagap teknologi akan merasa tersiksa karena kesulitan mentransfer ilmunya dan memberikan tugas kepada siswa.

Tidak bisa dipungkiri, banyak guru yang jarang berakrab-akrab dengan teknologi. Dari sisi siswa, hal yang paling dikeluhkan adalah masalah finansial. Pembelajaran daring, terutama yang live metting sangat tergantung pada kuota internet.

Mereka masih menggantungkan ketersediaan kuota pada orang tuanya. Keterbatasan penyampaian materi juga membuat siswa kesulitan mencerna tugas-tugas yang diberikan. Imbasnya, orang tualah yang menjadi tumbal karena harus menggarap tugas anak-anaknya. Banyak beredar anekdot dan meme tentang orang tua yanag stress karena corona. Stress karena menjadi siswa dadakan tanpa rencana.

Untuk mengantisipasi masalah pembelajaran pada musim corona, guru bisa memilih berbagai aplikasi agar PBM tetap berjalan. Salah satu aplikasi yang familiar dan biasa digunakan, misalnya WA. Penulis yakin, hampir semua guru eksis di WA. Media ini menjadi penyampai informasi yang cepat dan praktis. Untuk menghubungkan guru dan siswa, WA dinilai masih efektif. Menjelaskan konsep sederhana, mengkoordinir siswa, memberikan tugas, bahkan mengembalikan hasil pekerjaan siswa yang sudah dikoreksi, sangat mungkin dilakukan.

Baca Juga:  Kenali Gangguan Pendengaran pada Bayi

Tinggal bagaimana guru bisa memanfaatkan media tersebut sehingga pembelajaran daring bisa berlangsung sangkil dan mangkus.

Pembelajaran daring dengan segala keterbatasannya, tetap menjadi pilihan yang tidak dapat dielakkan. Tinggal bagaimana guru bijak memilih sarana yang sesuai, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi siswa. Prinsipnya, guru dan siswa tetap terhubung meskipun durasi pembelajaran lebih singkat.

Yang juga harus diingat, keterbatasan pertemuan tatap muka jangan menjadikan guru kalap menggantikannya dengan tugas yang bejibun. Akhirnya, pembelajaran daring yang asalnya sebagai pengganti KBM, akan menjadi momok bagi siswa. Guru tetap harus kreatif menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Siswa tidak merasa terbebani dan tetap mengharapkan kehadiran gurunya di dunia maya. Di tengah corona, pembelajaran yang humanis tetap menjadi prioritas.***

*Guru SDN 42 Bengkalis

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari