Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Lebih Dekat dengan Program CD RAPP

Senyum semringah petani semangka di Kabupaten Kampar ini tampak merekah ketika berdiskusi dengan Community Development Officer (CDO) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), di depan ribuan buah semangka baru panen. Sakimin, 36 tahun, warga Desa Sungai Lipai, Kecamatan Gunung Sahilan ini, memang tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Namun demikian, ia dijuluki ‘insinyur pertanian’ oleh rekan petani lainnya.

Sakimin berhasil memanen semangka sebanyak 40 ton di lahan sendiri seluas 3 hektare. Sebuah capaian luar biasa awal tahun ini. Dijual seharga Rp4.500 per kilogram, semangka Sakimin banjir peminat hingga ke luar daerah seperti Batam dan Jakarta. Dengan modal Rp45 juta, Sakimin kini bisa meraup untung hingga 4 kali lipat. Ia mengaku seharusnya panen semangkanya bisa mencapai 70 ton, namun ternyata musim kemarau datang lebih awal dan panen terpaksa dipercepat. Hal ini lantaran menanam semangka memerlukan banyak air terutama pada fase vegetatif. Buah kaya manfaat ini menyukai kelembaban tinggi dengan curah hujan berkisar 40-55 milimeter per bulan.

Sakimin merupakan salah satu contoh dari petani-petani penerima manfaat program agribisnis Community Development (CD) RAPP. Sebagai bagian dari Kelompok Tani (poktan) Mekar Tani, ia berhasil membawa poktannya ke tingkatan lebih mandiri. Bahkan poktannya menjadi tujuan studi banding dari poktan daerah lain.

Baca Juga:  Tim PKM UIR Gunakan Game Edukasi di MTS Diniyyah Putri Pekanbaru

Koordinator Region Kampar-Kuansing, CD RAPP, Hendrik mengatakan program pendampingan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan yang berujung pada kemandirian para petani. Melalui program agribisnis CD RAPP, anggota poktan diberikan pendampingan seperti pelatihan, bantuan pupuk, perlengkapan hingga manajemen keuangan pertanian.

“Para petani dilatih untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi, lalu mencarikan solusinya bersama-sama,” katanya.

Pada tahun 2021 lalu, Hendrik menambahkan, sebanyak 75 poktan telah menerima program dampingan dengan komoditi beragam seperti sapi, jambu kristal, karet, hortikultura dan sebagainya.

“Jumlah poktan yang kami dampingi tahun ini meningkat dari tahun lalu sebanyak 85 poktan yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan di lima kabupaten di Riau,” jelasnya.

Selain itu, poktan difasilitasi berjejaring dengan petani lainnya untuk saling berbagi informasi dan pengalaman seputar pertanian.

“Contohnya Poktan Sepakat Tani Makmur dari Desa Kebun Lado Kuansing, estate Logas melakukan studi banding ke lahan pertanian Sakimin di Desa Sungai Lipai, ini salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM poktan binaan,” ujar Hendrik.

Atasi Problema Petani, RAPP Gandeng TaniHub
Selain modal, ternyata petani masih menghadapi berbagai persoalan. Salah satunya persoalan rantai distribusi pertanian yang panjang. Hal ini membuat keuntungan yang didapat masih sangat rendah. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKPTPH) Kabupaten Pelalawan, Tengku Nahar mengatakan pemerintah telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna mengatasi persoalan klasik ini. Salah satunya melalui kegiatan pelatihan budidaya tanaman hortikultura kepada Kelompok Tani oleh Program CD RAPP, bekerja sama dengan Tani Foundation, grup dari TaniHub, sebuah startup pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan petani kecil.

Baca Juga:  Wuhan Suez

“Adanya permainan spekulan ini yang membuat petani kita tidak menikmati hasilnya. Ini harus kita cari terobosannya. Saya melihat pelatihan yang ditaja oleh RAPP bersama Tani Foundation ini, bisa menambah wawasan sehingga hasil produk pertanian benar-benar dirasakan manfaatnya bagi petani kita,” ujar Tengku Nahar.  

CD Strategic Manager RAPP, Bertone Anwar mengatakan selain untuk memutus rantai distribusi, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian para petani agar tetap kompetitif di pasaran.

“Kalau rantai distribusi terlalu banyak berada di tengah, tentu petani mendapatkan hasil yang sedikit dan konsumen membelinya juga mahal. Harapannya petani bisa langsung ke konsumen secara digital, sehingga penjualan lebih tinggi dan harga di konsumen bisa lebih murah,” kata Bertone.

 

Senyum semringah petani semangka di Kabupaten Kampar ini tampak merekah ketika berdiskusi dengan Community Development Officer (CDO) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), di depan ribuan buah semangka baru panen. Sakimin, 36 tahun, warga Desa Sungai Lipai, Kecamatan Gunung Sahilan ini, memang tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Namun demikian, ia dijuluki ‘insinyur pertanian’ oleh rekan petani lainnya.

Sakimin berhasil memanen semangka sebanyak 40 ton di lahan sendiri seluas 3 hektare. Sebuah capaian luar biasa awal tahun ini. Dijual seharga Rp4.500 per kilogram, semangka Sakimin banjir peminat hingga ke luar daerah seperti Batam dan Jakarta. Dengan modal Rp45 juta, Sakimin kini bisa meraup untung hingga 4 kali lipat. Ia mengaku seharusnya panen semangkanya bisa mencapai 70 ton, namun ternyata musim kemarau datang lebih awal dan panen terpaksa dipercepat. Hal ini lantaran menanam semangka memerlukan banyak air terutama pada fase vegetatif. Buah kaya manfaat ini menyukai kelembaban tinggi dengan curah hujan berkisar 40-55 milimeter per bulan.

- Advertisement -

Sakimin merupakan salah satu contoh dari petani-petani penerima manfaat program agribisnis Community Development (CD) RAPP. Sebagai bagian dari Kelompok Tani (poktan) Mekar Tani, ia berhasil membawa poktannya ke tingkatan lebih mandiri. Bahkan poktannya menjadi tujuan studi banding dari poktan daerah lain.

Baca Juga:  PM Mahathir Muhammad Sampaikan Selamat pada Joko Widodo

Koordinator Region Kampar-Kuansing, CD RAPP, Hendrik mengatakan program pendampingan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan yang berujung pada kemandirian para petani. Melalui program agribisnis CD RAPP, anggota poktan diberikan pendampingan seperti pelatihan, bantuan pupuk, perlengkapan hingga manajemen keuangan pertanian.

- Advertisement -

“Para petani dilatih untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi, lalu mencarikan solusinya bersama-sama,” katanya.

Pada tahun 2021 lalu, Hendrik menambahkan, sebanyak 75 poktan telah menerima program dampingan dengan komoditi beragam seperti sapi, jambu kristal, karet, hortikultura dan sebagainya.

“Jumlah poktan yang kami dampingi tahun ini meningkat dari tahun lalu sebanyak 85 poktan yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan di lima kabupaten di Riau,” jelasnya.

Selain itu, poktan difasilitasi berjejaring dengan petani lainnya untuk saling berbagi informasi dan pengalaman seputar pertanian.

“Contohnya Poktan Sepakat Tani Makmur dari Desa Kebun Lado Kuansing, estate Logas melakukan studi banding ke lahan pertanian Sakimin di Desa Sungai Lipai, ini salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM poktan binaan,” ujar Hendrik.

Atasi Problema Petani, RAPP Gandeng TaniHub
Selain modal, ternyata petani masih menghadapi berbagai persoalan. Salah satunya persoalan rantai distribusi pertanian yang panjang. Hal ini membuat keuntungan yang didapat masih sangat rendah. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKPTPH) Kabupaten Pelalawan, Tengku Nahar mengatakan pemerintah telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna mengatasi persoalan klasik ini. Salah satunya melalui kegiatan pelatihan budidaya tanaman hortikultura kepada Kelompok Tani oleh Program CD RAPP, bekerja sama dengan Tani Foundation, grup dari TaniHub, sebuah startup pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan petani kecil.

Baca Juga:  Ria Ricis: Aku Mohon Kalian Mengerti, Aku Juga Punya Privasi

“Adanya permainan spekulan ini yang membuat petani kita tidak menikmati hasilnya. Ini harus kita cari terobosannya. Saya melihat pelatihan yang ditaja oleh RAPP bersama Tani Foundation ini, bisa menambah wawasan sehingga hasil produk pertanian benar-benar dirasakan manfaatnya bagi petani kita,” ujar Tengku Nahar.  

CD Strategic Manager RAPP, Bertone Anwar mengatakan selain untuk memutus rantai distribusi, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian para petani agar tetap kompetitif di pasaran.

“Kalau rantai distribusi terlalu banyak berada di tengah, tentu petani mendapatkan hasil yang sedikit dan konsumen membelinya juga mahal. Harapannya petani bisa langsung ke konsumen secara digital, sehingga penjualan lebih tinggi dan harga di konsumen bisa lebih murah,” kata Bertone.

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari