PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pembuatan lapak-lapak kayu di lokasi Pasar Induk kembali mendapat protes dari warga RW 11, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tuah Madani. Pasalnya atap lapak-lapak kayu tersebut bakal menumpahkah curahan air hujan ke Jalan Baru yang tepat berada di sebelah komplek Pasar Induk tersebut.
Warga yang tidak terima dengan kondisi tersebut mendatangi pembangunan lapak yang berada di dalam komplek Pasar Induk pada Sabtu (28/5) sekitar pukul 09.30 WIB pagi. Puluhan warga terlihat memasuki pasar yang berada di tepi Jalan Soekarno-Hatta tersebur bersama-sama.
Mereka bermaksud menemui pihak pemgembang. Sayangnya, di lokasi cuma ada para pekerja. Warga kemudian berdialog dan meminta pekerja menghentikan pembuatan lapak-lapak tersebut. Karena cucuran yang langsung jatuh ke jalan berpotensi mengakibatkan banjir.
"Atap-atap lapak ini miringnya ke arah Jalan Baru. Tentu saja warga keberatan, karena akan membanjiri jalan dan jangka panjang bisa merusak jalan," kata Sukmana Herlambang, perwakilan warga RW 11, Kelurahan Sidomulyo Barat, yang ditemui Riau Pos di lokasi.
Menurut Herlambang, keinginan warga cuma satu, yaitu adanya drainase di Pasar Induk sehingga air pembuangannya tidak melimpah ke Jalan Baru yang merupakan akses utama warga RW 11. ‘’Warga tidak menolak pasar Induknya, tapi dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitarnya yang ditolak. Untuk itu kami sangat berharap dapat berdialog dengan pihak pengembang (PT Rafa Bonai, red.)," kata Sukmana lagi.
Ditanya Riau Pos apakah warga juga akan memberitahu pemerintah kota soal protes warga ini, Sukmana mengatakan belum. "Kami masih mengumpulkan informasi dulu. Walaupun dulu sebenarnya sudah pernah dilakukan. Warga menyampaikan beberapa keberatan kepada Pemko dan DPRD Kota atas dampak yang ditimbulkan pembangunan pasar induk ini," kata Sukmana.
Sehari sebelumnya pihak pengembang bersama instansi terkait seperti anggota Komisi IV DPRD kota, Dinas PUPR dan Disperindag kota sudah mendatangi lokasi pembangunan lapak di Pasar Induk. Rombongan tersebut sempat berdialog dengan dua ibu-ibu warga RW 11.
‘’Saya warga yang hadir dalam pertemuan di lapangan pada Jumat (27/5) menyampaikan hasil poin penting yg disepakati pihak pengembang, Dinas PUPR, Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan anggota dewan yang hadir serta ibu-ibu warga RW 11 yaitu pemberhentian kegiatan pembangunan pasar maupun bedeng sampai pembuatan parit selesai,’’ kata salah seorang warga, Siswanti kepada Riau Pos melalui aplikasi WA beberapa waktu sebelumnya.
Seperti beberapa kali diberitakan sebelumnya, pembangunan Pasar Induk kerap diprotes warga RW XI yang memang berdampingan langsung dengan lokasi.
"Kami sudah lama keberatan dengan akibat yang ditimbulkan pembangunan Pasar Induk ini. Terutama limpahan airnya yang langsung ke Jalan Baru bahkan sampai masuk ke rumah warga karena ada lapak permanen yang dibangun di atas jalan, tanpa ada drainase. Nah, kali ini keberatan lagi dengan akibat pembuatan bedeng lapak ini. Kami berharap pihak pengembang mau berdialog dulu dengan warga dan Pemko serta DPRD juga tanggap atas masalah ini," sebut Sukmana.
Terkait protes warga terhadap pengembang ini, wartawan mencoba menghubungi Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru Ahmad Ingot Hutasuhut. Namum pimpinan instansi yang mengawasi pembangunan Pasar Induk ini belum menjawab.
Pesan singkat yang dikirimkan ke nomor ponselnya sejak pukul 13.55 WIB siang masih ceklis satu, sementara telpon yang bersangkutan tidak aktif. Hingga tulisan ini diturunkan, tetap belum ada respon dari yang bersangkutan.(egp/end)